Saturday 28 December 2013

"Cerpen Cinta 5 Meter"



Ide ini akhirnya terealisasikan juga, padahal udah lama ide ini muncul dan sangat ingin dijadikan sebagai cerpen. Setelah menimbang - nimbang,serta berdiskusi sedikit dengan teman akhirnya jadi juga kisah ini dijadikan cerpen.








Seorang gadis sedang duduk di teras depan rumahnya, menikmati sore hari yang cerah dengan sebuah buku yang berada di tangannya. Sebuah buku novel yang terbuka dan terlihat menggoda untuk dibaca, namun mata sang gadis itu teralihkan dari buku, menerawang ke depan memperhatikan satu obyek yang berada tak jauh didepannya. 


Memperhatikan gerak - gerik satu obyek yang menarik perhatiannya, satu obyek yang bisa dikatakan seorang manusia berkelamin laki - laki yang beberapa hari ini menarik perhatian sang gadis. Membuat sang gadis entah sejak kapan memulai kebiasaan duduk di depan rumah menikmati suasana sore, atau nuansa malam yang menyenangkan sambil memperhatikan gerak - gerik pemuda tersebut.


Bisa dilihat dari mata sang gadis ada rasa penuh kekaguman dan rasa penasaran saat menatap pemuda itu, meski ia tak yakin pemuda itu membalas tatapannya atau bahkan mengetahui keberadaannya. Namun seakan tidak peduli bahwa pemuda itu mengenalnya atau tidak, ia masih saja melakukan kebiasaan memperhatikan tingkah laku pemuda tersebut yang rumahnya di depan rumah sang gadis. 


Hanya lima meter kurang lebih jarak yang memisahkan mereka, namun sang gadis tak pernah berani bertukar sapa dengan pemuda itu, ia hanya bisa memperhatikan pemuda itu secara diam - diam.


"Memperhatikan dia lagi" Gumaman seseorang yang tepat berada di telinganya, membuat gadis itu terlonjak hingga menjatuhkan buku yang ada di tangannya, membuat orang yang menggumam itu terkekeh geli.


"Aduh Nadin, ngagetin aja deh" Gadis yang dipanggil Nadin terkikik tanpa dosa sedangkan gadis yang dikagetkannya bersungut - sungut karena kesal sambil menunduk dan mengambil buku yang terjatuh dari tangannya.


"Makanya jangan terlalu fokus memperhatikan dia Ar, sampai - sampai mengacuhkan kedatanganku" Jawab Nadin sambil duduk di sebelah gadis yang sedang menatapnya sebal.


"Kamunya aja yang datang nggak pake salam, dan berbisik di telingaku. Lagian siapa yang terlalu fokus memperhatikan siapa?" Balas gadis yang dipanggil Ar dengan nada penekanan di kata "siapa". 



Nadin hanya memutar bola mata tak menghiraukan runtukkan temannya itu "Kamu memperhatikan pemuda yang didepan itu lah, siapa lagi?" Kata Nadin sambil mengarahkan telunjuknya kearah depan tepat ke pemuda yang sedari tadi Arni perhatikan. Membuat Arni menelan ludah dengan salah tingkah.


"Lagi pula, kalau memang suka kenapa nggak coba ngajak kenalan aja sih! Dari pada cuma duduk dan diam - diam memperhatikannya" Kata Nadin santai namun berbanding terbalik dengan Arni yang kini menatapnya dengan tatapan horor miliknya.


"Kenapa? Toh memang kamu belum kenal kan sama dia?" Kata Nadin menegaskan posisi Arni yang memang tidak kenal sama pemuda yang mereka bicarakan, membuat Arni memhela napas yang dapat diartikan sebagai pembenaran ucapan Nadin, Arni memang tidak mengenal siapa nama pemuda itu, dia hanya tau bahwa pemuda itu bekerja ditempat fotocopy di depan rumahnya sejak beberapa bulan yang lalu.


"Iya sih, tapi masa aku harus utuk utuk kesana, tersenyum nggak jelas, lalu mengulurkan tangan sambil bilang. Hai boleh kenalan nggak? atau hai kenalin namaku Arni kamu siapa, atau cowok cakep, boleh kenalan donk?" Katanya dengan nada dibuat - buat serta ekspresi centil yang terlihat sangat dibuat - buat, membuat Nadin tertawa terbahak - bahak membayangkan jika sahabatnya benar - benar melakukan hal itu.


"Nggak lucu Nadin!" Bentaknya membuat Nadin harus susah payah beredakan tawanya yang kelewat itu, agar Arni tidak marah padanya, "Lagian itu bukan aku banget!" Lanjutnya tegas yang dibalas dengan anggukan Nadin yang masih bersusah payah meredakan tawanya.


"Iya ya ya! Aku tau, kamu bukan tipe seseorang yang seperti itu. Bahkan kamu orang dengan tipe cenderung mengabaikan seseorang yang baru kamu kenal, dibandingkan menjadi orang yang ingin mendapat perhatian dari orang baru bukan?" Kata Nadin yang dibalas dengan anggukan oleh Arni dan tatapan "Nah itu tau".


Nadin sudah mengenal Arni sejak lama, jadi dia tau Arni hanya tipe orang yang akan lebih memilih memperhatikan diam - diam dari pada harus melakukan berbagai cara untuk tau segala info yang berhubungan dengan orang yang ia sukai.


"Lagi pula"


"Lagi pula kamu ingin jatuh cinta pada orang yang tepat dan disaat yang tepat pula. Yaitu pada saat rasa cinta itu sudah halal bukan? Kamu udah pernah menngatakannya" Kata - kata Arni terpotong oleh omongan Nadin yang tau persis keinginan sederhana yang terdapat dalam hati Arni.



Dengan tidak percaya ia menatap Nadin yang kini sedang menatapnya, mengangguk mantap sebelum menundukkan kepalanya.


Nadin hanya menghela napas melihat kelakuan sahabatnya itu, "Kalau memang kaya gitu, apa menurut kamu dia orang yang tepat untuk kamu, hingga kamu jatuh cinta padanya?" Kata Nadin sambil memandang sosok pemuda yang sedang mereka bicarakan.


Dahi Arni mengernyit tidak memahami perkataan Nadin, Nadin yang kini sudah memandang Arni hanya tersenyum tipis.


"Kamu bilang, kamu ingin jatuh cinta pada orang yang tepat bukan? Apa menurut kamu dia orang yang tepat?" Tanya Nadin lagi sambil kembali memandang pemuda itu membuat Arni sedikit salah tingkah.


"Aku....aku nggak jatuh cinta padanya" Jawab Arni tegas namun matanya menyiratkan keraguan membuat Nadin kembali menatapnya dengan dahi berkerut dan tatapan "Masa?"


"Aku .........aku hanya suka memperhatikannya" Kilah Arni tanpa berani bertatapan mata dengan Nadin dan lebih memilih menundukkan kepalanya.


Sebenarnya ucapan itu hanya untuk menegaskan dirinya sendiri agar tidak jatuh cinta pada orang yang sedang mereka bicaran atau lebih tepatnya menyangkal perasaan yang tiba - tiba masuk ke dalam hati Arni, karena dia sendiri tidak yakin apakah orang yang sering ia perhatikan adalah orang yang tepat untuknya. Ia tidak yakin apakah orang ini yang Allah pilihkan untuknya, tidak yakin apakah hatinya ini digerakan oleh Allah agar ia bisa jatuh cinta kepada pemuda tersebut, atau hanya digerakan oleh bisikan setan serta hawa nafsu yang akan membawanya hanya kepada kepahitan semata.

Mencintai seseorang yang tidak tepat sangat menyakitkan, apalagi jika cinta itu tidak bisa dilupakan hingga dia bersama laki - laki lain dan hidup dalam bayangan cinta yang tidak bisa dimilikinya, Arni tau itu dan dia tidak ingin mengalami nasib yang sama dengan kakaknya yang tidak bisa melupakan cintanya pada seseorang yang bukan suaminya, tidak bisa melupakan cinta yang bukan miliknya, mengkhianati perasaan sendiri karena mereka tak berjodoh. Untuk itu ia ingin jatuh cinta dengan benar sesuai dengan ajaran agamanya, jatuh cinta untuk orang yang benar, untuk orang yang akan mendampinginya selama sisa hidupnya. Sebuah keinginan sederhana namun tidak terlalu sederhana jika di praktekkan.


"Dari mata turun kehati, bukankah seperti itu perumpamaan datangnya cinta?" Kata - kata Nadin membuat Arni tersadar dari lamunannya, dan menatap sahabat yang sudah dikenalnya selama 10 tahun itu.


"Dari mata turun kehati, dari hati naik ke otak dari otak menyebarkan keseluruh anggota badan. Jika hati sudah terserang virus cinta, maka ia akan memerintahkan otak untuk selalu memikirkan orang itu. Hati yang hanya diliputi oleh hawa nafsu semata akan mengabaikan segala logika atau akal sehat yang coba otak sampaikan, hingga akal sehat itu kalah dan menyuruh seluruh anggota badan untuk melaksanakan segala cara agar kita bisa bersama dengan orang yang membuat kita jatuh cinta. Entah itu cara yang benar sesuai norma atau cara yang bertentangan dengan norma - norma yang ada. Bukankah itu akibatnya jika terjangkit penyakit jatuh cinta?" Tanya Nadin sambil memandang Arni.

"Kau tau dari mana pemikiran seperti itu? Apa kamu pernah mengalami hal itu?" Tanya Arni merasa heran dengan sahabatnya yang terkadang rese tapi bisa pemikiran seperti itu.

"Untuk mendapatkan pengalaman, tak perlu kau mengalaminya langsung bukan? Kau bisa melihat lingkungan sekitarmu. Jika kau pandai membaca situasi dan keadaan pasti akan ada pelajaran yang sangat berharga yang bisa kamu dapat dari lingkungan sekitarmu" Jawab Nadin sambil tersenyum misterius.

"Lagi pula, jodoh itu takkan kemana. Jika kau berjodoh dengannya, pasti dengan caraNYA sendiri kau akan bersama pemuda itu untuk selamanya. Begitu sebaliknya jika kau tak berjodoh dengan pemuda itu, sekuat apapun kau berusaha, semua usaha itu akan sia - sia bukan?" Kata Nadin sambil menatap langit lalu mengalihkan pandangan kearah Arni, dan tersenyum simpul.


Arni menatap sahabat yang ada duduk disampingnya sambil tersenyum, dia paham apa yang Nadin coba jelaskan padanya. Ia tak seharusnya menghabiskan waktunya hanya untuk memperhatikan seseorang yang belum tentu patut untuk Arni perhatikan. 


Selepas kepulangan Nadin, Arni memperhatikan kesekelilingnya. Merasa duduk diteras rumah hanya untuk memperhatikan seseorang bukan lah sesuatu yang penting, yang harus dilakukan hingga menjadikan sebuah kebiasaan.



Sekali lagi ia melihat kearah pemuda yang beberapa hari ini menjadi pusat perhatiannya sambil membereskan buku yang ada didepannya, Sebelum ia beranjak dari tempat duduk dan berjalan memasuki rumah.



Dengan penuh tekad untuk menghentikan kebiasaan memperhatikan pemuda itu ia perlahan - lahan menutup pintu rumah sambil bergumam "Jika dia memang orang yang tepat untukku, aku percaya Allah akan menyatukan kami dengan caraNYA yang akan berakhir dengan indah. Tapi jika memang dia bukan orang yang tepat untukku, aku ingin rasa cinta ini terhapus sebelum menjadi lebih dalam lagi dan menjadi salah" Gumamnya sambil tersenyum saat pintu tertutup sempurna, dan dengan senyuman Arni pergi kekamarnya.






Endiiinng

Cerpen ini penulis buat khusus untuk penulis sendiri. Hehehe

See you next my story ya!



(I Give You My Lovenya kapan ya disambung?#tanya pada diri sendiri) ;-)

0 comments: