Friday 13 December 2013

"Cerpen I Give You My Love Part 2"

Cihuuuy,

Balik lagi nih, dengan Cerpen I Give You My Lovenya. Kira - kira ada yang nungguin kelanjutannya nda ya??

Happy reading aja deh buat kalian semua........





Hana membuka sebuah pintu ruangan bernuansa putih yang berbaur dengan aroma obat tercium menembus hidungnya, aroma khas ruangan rumah sakit yang selalu ia hirup jika berada di ruangan ini.


Di bangsal ruangan ini, ada seorang gadis yang sedang sibuk dengan sebuah buku ditangannya dan tidak menyadari kedatangan Hana yang mengamatinya, Hana tersenyum melihat saudara kembarnya sangat serius dan juga terlihat raut bosan di mukanya, sesekali bibir mungil Hani mengerucut dengan alis yang terangkat.


Hani benar - benar terlihat sangat bosan dan segera menutup bukunya dengan kasar hingga menimbulkan suara braak membuat Hana yang sedang mengamatinya tersentak karena terkejut.


"Aaaach" Pekikan dari kedua gadis itu terdengar lalu mereka saling tertawa saat menyadari keterkejutan satu sama lain.

"Ello ngagetin gue aja" Kata Hani sambil mengelus dadanya memandang Hana



"Ello juga ngagetin gue, ngapain sih banting buku segala" Ucap Hana tak mau kalah dengan saudara kembarnya itu.


Hani mengernyit mendengar ucapan Hana "Gue nggak banting buku ya! Gue cuma nutup buku doank" Elak Hani yang juga tak mau kalah.


"Nutup buku nggak usah pake otot kali, Jadi nggak bikin kaget orang" Sungut Hana sambil berusaha menangkap buku yang dilempar oleh Hani.


Hana tersenyum lalu mendekat kearah Hani dan memeluknya, memeluk saudara kembarnya membuat beban yang Hana rasakan menguap sudah. Selain lapangan basket yang berada di komplek rumahnya, Hani adalah tempat keduanya berbagi emosi yang ia rasakan.



"Kemana aja kemaren? Nggak njenguk gue sama sekali" Tanya Hani setelah melepas pelukannya dan membiarkan Hana duduk di depannya.


"Sorry gue kemaren cape. Jadi ketiduran" Kata Hana berbohong tanpa memandang Hani dan lebih pura - pura mengalihkan perhatian kepada buku yang ada ditangannya, Hani hanya diam sambil mendekatkan wajahnya kearah Hana dan bisa melihat ada kebohongan disana.


"Protes sama Mama lagi? Jadi lupa nggak mampir ke ruangan gue?" Tebak Hani dengan sedikit serius yang membuat Hana gelagepan tidak tau harus menjawab apa, lebih memilih menghela napas dibanding menjawab pertanyaan Hani yang tanpa dijawab Hani pun sudah tau hal itu.


Hani menjauhkan wajahnya dari wajah Hana, lalu ia merebut buku yang ada di tangan Hana dan membukanya meski tidak berniat membaca "Gue juga pengen protes sama mama, dari kemaren gue nggak boleh diijinin keluar kamar! Dan gerak - gerik gue selalu diawasi, nggak boleh inilah itulah" Protes Hani tanpa memandang Hana yang sedang memandangnya.


Hana mengalihkan tatapannya ke meja kecil samping bangsal Hani yang berisi buku - buku sekolahnya, "Apa alasannya Mama ngelarang loe keluar kamar? Loe kan nggak lagi sekarat?" Tanya Hana sambil mengambil buku paket Matematika Hani yang menarik perhatiaannya.


Dari sudut mata Hana bisa melihat Hani menghela napas membuat sebuah senyum simpul bertengger di wajahnya "Ya mama ngelarang loe karena loe kemaren lagi sekaratkan?" Tanya Hana tanpa memandang Hani yang sedang memandangnya.


Ketika Hana menengok terlihat tatapan Hani yang terlihat sedih dan merasa bersalah, "Makanya jangan sampai terkena serangan lagi! Jadi loe nggak kena hukuman dari mama" Ucap Hana sambil memukulkan buku paket ke kepala Hani dengan pelan.


"Maafin gue!" Ucapan Hani membuat Hana memandangnya sambil mengerutkan kening "Maafin gue gara - gara gue, Mama jadi lupa dateng kepertandingan loe, Maafin gue gara - gara gue Mama nggak nepatin janjinya ke Loe. Maafin Gue ya Na" Lanjut Hani dengan nada menyesal seperti biasa setiap dia merebut perhatian kedua orang tuanya dari saudara kembarnya itu.


"Ngapain minta maaf? itu bukan salah loe lagi!" Kata Hana sambil tersenyum tulus tanpa dibuat - buat "Lagian ada untungnya mama nggak nonton kepertandingan gue, karena gue kalah. Jadi gue nggak malu - maluin mama yang sudah cape - cape dateng ke pertandingan anaknya. Eh malah ngeliat anaknya kalah" Kata Hana santai sambil berusaha tersenyum meski sia - sia karena Hani masih memperlihatkan wajah sedihnya.


"Udah deh, gue kesini nggak mau ngeliat loe mewek! Males banget kesini jauh - jauh cuma ngeliat orang mewek! Mending nonton spongebob ma patrik di rumah noh adem ayem" Oceh Hana acuh membuat ia mendapat jitakan dari Hani yang merasa kesal.


"Ih loe! lebih suka liat spongebob dari pada saudara kembar loe ini!"Sungut Hani sambil memanyunkan bibir mungilnya membuat Hana tertawa, Meski Hana cuek namun dia sebernarnya sangat sayang sama Hani, baginya Hani adalah segalanya.


"Lagian loe masih mewek juga sih" Ucap Hana di sela tawanya, "Mending kita keluar jalan - jalan yuk dari pada mewek mulu loe" Ajak Hana dibalas dengan anggukan antusias dari Hani.


Dengan segera Hana membantu Hani turun dari bangsalnya serta membantu membawa tiang infus Hani.
Sesaat kemudian mereka duduk - duduk di taman rumah sakit, tempat yang biasa mereka gunakan untuk mengobrol. Menceritkan kisah satu sama lain, atau mungkin saling berdiam diri sambil mengamati pasien yang lain dan petugas - petugas rumah sakit yang lalu lalang.


"Gue pengen deh ke mall, terus nonton bareng. Bosen gue disini terus" Ucap Hani sambil memandang Hana penuh harapan, membuat Hana hanya tersenyum simpul mendengarnya.


"Gue beneran bosen disini Na, nggak ada temen yang di ajak ngobrol. Gue nggak pernah ngerasain gimana rasanya jalan bareng temen - temen. Seru - seruan bareng, menghabiskan weekend bareng. Kaya dulu kita lakuin pasti enak deh! Gue pengen banget hidup normal, nggak tergantung sama rumah sakit dan alat ini lagi" Lanjut Hani sambil mengangkat tangan yang diinfus.


"Nanti loe bisa ngelakuin itu kalau udah sembuh" Ucap Hana memotivasi saudaranya meski itu sia - sia, karena Hana tau semua orang pun tau Hani tidak bisa sembuh jika dia tidak melakukan transpalasi jantung,"Atau nggak! saat kondisi loe udah stabil, kalau saat ini loe masih belum stabil. Jadi mending loe diam aja disini" Lanjutnya berusaha tegar didepan saudara kembarnya yang begitu rapuh. Meski ia sendiri sebenarnya juga rapuh.


Hani hanya tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangannya ke seorang pasien yang sedang berjalan - jalan di bantu oleh sauadarnya.


"Gitu ya?" Katanya dengan nada sedih sambil menunduk "Sebenarnya gue udah stabil, bahkan menurut gue kalau disini terus itu bikin gue tambah sakit aja" Ucap Hani sambil mendongakkan kepalanya menatap ke langit yang cerah "Mama aja yang kelewat overprotektif terhadap gue, hingga gue harus di kurung disini"


"Hem" Hana menghela napas bosan jika Hani mulai seperti ini "Ya, yang mama lakuin itu kan demi kebaikan loe, Dia nggak mau loe kenapa - napa. Makanya loe harus bisa buktiin sama Mama kalau loe nggak kenapa - napa dan loe kuat, dengan cara loe nggak mengeluh terus" Kata Hana santai meski sebenarnya dia merasa sedih melihat saudara kembarnya.


"Meski itu yang ngebuat Mama nglupain loe" Ucapan Hani membuat Hana diam membisu tak berani menatap saudara kembarnya.



****


"Melihat Hani, Aku tau dia juga tidak suka dengan sikap mama yang terlalu protektif dan mengacuhkan keberadaanku. Melihat Mama yang sangat cemas saat dia tidak mendapati Hani di kamarnya, membuat aku tidak bisa egois menyalahkan perasaan Mama yang sangat ingin melindungi Hani. Meski dengan begitu Mama melupakan kehadiranku. Yaa terima sajalah nasibmu Hana" Pikiran Hana melayang mecerna apakah ia terlalu egois jika ingin diperhatikan oleh kedua orang tuanya, dan mungkin menyalahkan sakitnya Hani yang menjadi faktor utama kenapa dia bisa diacuhkan oleh kedua orang tuanya. Hana terlalu asyik dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sudah berkali - kali memanggilnya.

"HAAAAAAANNNNNAAA" Teriakkan itu membuat Hana terkejut dan reflek menjatuhkan kepalanya yang sedang bertopang di tangan. Dengan kesal ia menatap Silvi yang sedang berada dihadapannya.


"Apaa?" Tanya Hana dengan geram namun tidak mebuat Silvi ketakutan, malah terlihat kesal kepada Hana, "Dih yang dikagetin siapa yang kesal siapa" Gumam Hana dalam hati sambil menautkan kedua alisnya.


"Gue panggil - panggil dari tadi baru nyahut! Ngapain sih loe ngelamun, mending kita ke kantin. Ayoook" Tak peduli dengan sikap Hana yang ogah - ogahan Silvi tetap menarik tangan Hana agar mengikutinya, membuat Hana mau tak mau Silvi yang dengan kuat menarik tangannya.

Silvi adalah teman sebangku Hana di SMA ini, namun Hana tidak pernah bisa membuka dirinya kepada Silvi seperti dia membuka dirinya kepada Hani. Entah kenapa Hana enggan bergaul dengan siapapun selain Hani 


Hana duduk diam sambil menyantap makanan sementara Silvi terus mengoceh meski tidak ditanggapi oleh Hana.


"Gue boleh gabungkan?" Tanya seseorang membuat Silvi dan Hana mendongak, lalu dengan cepat Silvi mengiyakan orang tersebut untuk duduk sementara Hana kembali menyantap makanannya dalam diam.


"Tumben banget permainan loe kemaren ancur, biasanya loe paling jago bikin tembakan" Kata Alvin kepada Hana, yang dimaksud hanya mendongak sekilas lalu melanjutkan makanannya tanpa menjawab perkataan Alvin.

"Iya sih, tapi lawan kita juga hebat kali Al. Jadi loe nggak harus nyalahin Hana juga" Jawab Silvi untuk membela Hana agar tidak ditekan oleh ketua tim basket yang sedang duduk dihadapan Hana.

"Ya gue maklumin, tapi seharusnya Hana bisa lebih bagus permainannya! Kalau nggak terlalu emosi" Ucap Alvin sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya "Untung pertandingan kemaren pertandingan persahabatan, jadi nggak terlalu masalah. Tapi karena hal itu loe terancam nggak masuk tim inti Han" Lanjutnya 

"Ya" Jawab Hana singkat dan datar tanpa ada ekspresi sama sekali.

"Kalau boleh tau kemaren loe emosi kenapa? Ada masalah?" Tanya Alvin kepada Hana sambil memperhatikannya.

"Nggak juga" Jawab Hana sambil memakan makanannya tanpa memandang Alvin yang mendengus kesal.

"Kepo banget sil loe, pasti dia nggak ada masalah di hidupnya! Karena hidup Hana itu sempurna, udah pinter akademi, pinter olahraga, bapaknya pengusaha, ibunya dokter. Dah gitu udah dapet beasisiwa sampai lulus kuliah lagi. Jadi dia nggak mikirin kuliah. Enak banget hidup kamu Han!" Kata Silvi dengan nada lebay sambil memandang Hana kagum,

Hana memandang balik Silvi sambil tersenyum dengan sedikit dipaksakan "Loe salah kalau loe pikir gue nggak ada masalah" Gumam Hana dalam hati tanpa berniat untuk menjawab perkataan Silvi.

"Ye semua manusia pasti punya salah kali Sil" Ucap Alvin tak mau kalah "Makanya gue tanya, Siapa tau aja, gue bisa bantu masalah Hana" Lanjutnya,

"Kalau pun Hana punya masalah, dia nggak akan cerita sama loe juga kali" Cibir Silvi kepada Alvin sambil memeletkan lidahnya, Alvin yang geram melempar Silvi dengan tisu. Melihat kelakuan kedua  temannya Hana hanya bisa geleng - geleng kepala.

Mereka pun kembali diam dan menikmati makanan masing - masing. Sesekali Alvin memperhatikan Hana yang duduk di depannya, namun saat Hana akan mendongakkan kepalanya, Alvin langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Gue sih nggak masalah kalau loe ada masalah, tapi jangan sampai dibawa ke dalam pertandingan. Coz itu bisa mempengaruhi permainan loe" Kata Alvin mencoba menasehati Hana, "Jadi kalau loe marah dengan seseorang jangan loe lampiaskan sama bola loe, Bola itu nggak salah, dan nggak seharusnya loe bersikap seperti itu" Lanjutnya membuat Hana menghentikan aktivitasnya karena terganggu dengan omongan Alvin.

"Perasaan gue pernah denger kalimat ini deh" Gumam Hana dalam hati sambil berpikir.

"Loe seharusnya lebih lembut dengan bola, jadi bola bisa ngikutin kemauan kita dan bisa sempurna masuk kedalam ring, ngerti kan maksud gue?" Tanya Alvin, namun Hana bergeming dan masih memikirkan kata - kata Alvin yang pernah didengarnya.

"Tapi dimana?" Tanya Hana dalam hati tidak peduli dengan ekspresi kesal Alvin yang diacuhkannya.


****

Syuuut Blang, 

Bola yang dilemparkan Hana masuk kedalam ring dengan sempurna seperti keinginannya, bola itu ia lemparkan dengan penuh perasaan tanpa adanya kemarahan disetiap gerakkannya.

"Ternyata benar kata cowok waktu itu kalau gerakan bola mengikuti perasaan pemainnya" Gumam Hana sambil tersenyum manis, mengingat bahwa yang diucapkan Alvin saat di kantin sama persis ucapan cowoh yang ditemuinya di lapangan. 

Hana bersiap - siap melempar, dengan menyipirkan mata dan fokus kepada ring lalu ia melempar bola dengan gerakan pelan namun kuat.

Syuuut Blang, bola yang Hana lempar masuk dengan sempurna membuat mata Hana melebar karena tidak percaya dengan kemampuannya, yang mampu memasukkan bola dari jarak  yang cukup jauh dari biasanya dia melempar.

Prok - prok suara tepuk tangan membuat Hana menoleh kearah belakang, dan ia mendapati seorang pemuda yang ia yakini adalah pemuda yang kemaren Hana  temui di lapangan ini.

Pemuda itu maju mendekati Hana, yang sedang mematung karena tidak percaya ada orang lain di lapangan ini.

"Ternyata feeling gue benar, kalau gue pengen ketemu sama loe gue harus ke tempat ini" Gumam pemuda itu sambil menolehkan kepalanya menghadap Hana dan tersenyum memamerkan lesung pipi yang ia punya.

Hana mengernyit mendengar penuturan pemuda itu dan mengamati wajah pemuda itu. "Siapa sih dia, kayaknya gue nggak pernah lihat nih orang" Batin Hana karena merasa asing dengan pemuda yang ada didepannya.

Pemuda itu membungkuk guna mengambil bola Hana yang menggelinding dibawah kakinya.

"Gue Adnan, gue orang baru dikomplek sini" Ucapan Adnan menjawab pertanyaan yang muncul di otak Hana membuat Hana ber oh saja.

"Kalau loe siapa?" Tanya Adnan sambil mengulurkan bola Hana yang ada di tangannya.

"Gue Hana" Jawab Hana sambil menerima bola itu membuat Adnan tersenyum geli yang membuat Hana penasaran.

"Kenapa loe ketawa? Tanya Hana membuat Adnan menghentikan cengirannya.

"Lucu aja, biasanya orang berkenalan dengan cara berjabat tangan. Kalau kita malah serah terima bola basket" Jawabnya yang kini tidak bisa menahan geli dengan tertawa lepas.

Mendengar hal itu mau tak mau membuat Hana tersenyum membenarkan perkataan Adnan. Lalu mereka duduk di pinggir lapangan tanpa alas duduk.

"Jadi loe hampir tiap hari kesini?" Tanya Adnan saat dia tau, dia tau kebiasaan Hana yang sering kesini sehabis pulang sekolah.

"Ya, kalau nggak ada latihan di sekolah" Jawab Hana "Kalau loe sekolah dimana atau loe udah kuliah?" Tanya Hana penasaran, karena dilihat dari postur tubuh Adnan lebih tua darinya.

"Owh Gue home schooling" Jawab Adnan yang dibalas dengan owh Hana, "Hari ini loe lagi nggak marah nih?" Tanya Adnan.

Hana mengernyit tak mengerti maksud ucapan Adnan "Maksudnya?" Tanya Hana 

"Kemaren loe marah - marah nyampe permainan loe ancur, sekarang lagi nggak marah nih, jadi permaianan loe bisa bagus kaya tadi?" Perkataan Adnan membuat Hana mengerti bahwa ia sedang disinggung tentang kejadian pertama kali mereka bertemu.

"Owh , waktu itu gue emang lagi marah, jadi gue ngmong nggak sopan sama loe" Kata Hana sambil tersenyum meminta maaf, namun Adnan masih menunjukkan senyum meremehkannya.

"Apaan sih Nan! Iya gue minta maaf karena kejadian kemaren" Kata Hana kesal karena Adnan meremehkannya, namun saat melihat senyum Adnan, Hana pun tersenyum.

"Nah gitu donk! Ya udah gue pulang dulu loe masih mau disini?" Tanya Adnan sambil hendak berdiri dan mengeluarkan sebuah tongkat dari sakunya.

Hana juga bangkit dari duduknya lalu mengernyit bingung saat melihat Adnan memanjangkan tongkatnya seperti pijakan untuk orang buta

"Elloo" Kata Hana spontan dan bingung mau meneruskan pemikirannya atau tetap diam, mendengar perbedaan suara Hana, Adnan menduga bahwa gadis di sampingnya bingung.

"Loe mau bilang kalau gue buta? Gue memang buta ko' "Kata Adnan sontak membuat Hana membulatkan matanya merasa tak percaya.

"Dia buta? Bagaimana mungkin?" Pikir Hana, karena penasaran dengan perkataan Adnan benar apa tidaknya, ia mencoba melambai - lambaikan tangan didepan mata Adnan, bahkan dengan gerakan akan mencolok matanya.

Pada orang normal gerakan seperti itu akan membuat mata otomatis menutup, namun mata Adnan tetap membuka dan tak bereaksi apapun.

"Udah puas buktiinnya?" Ucapan itu membuat Hana menarik tangannya kembali lalu menelan ludah merasa bersalah karena perbuatannya.

"Maaf" Ujar Hana lirih sambil menunduk meski Adnan tidak tau bahwa dia sedang menunduk.

"Tidak apa - apa, santai aja lagi" Ucap Adnan sambil tersenyum dan masih menatap ke depan "Gue emang buta, tapi nggak buta total ko'. gue masih bisa liat cahaya meski itu sangat minim" Kata Adnan tersenyum, membuat Hana berani mendongakkan wajahnya.

"Maaf karena gue tadi ngelakuin hal itu, itu karena gue kaget. Pada awal kita ketemu loe nampak seperti sama seperti gue, dan loe bisa masuk kan bola dalam ring dari jarak yang lebih jauh dari gue. Loe juga bisa nangkap bola gue saat itu, jadi nggak ada dipiran gue kalau ello nggak sama kaya gue" Kata Hana mengucapkan alasan kenapa dia nggak mempercayai pengakuan Adnan.

Adnan hanya bisa tersenyum maklum kepada Hana yang baru dikenalnya, "Allah itu Maha Adil, Gue dikasih kekurangan dan juga kelebihan. Kekurangan gue nggak bisa melihat dengan mata, tapi gue bisa ngeliat dengan mata hati gue. Serta pendengaran dan penciuman gue lebih tajam dari orang lain. Kedua kelebihan itu yang gue manfaatin buat jadi penglihatan gue" Jawab Adnan panjang lebar, Hana hanya mengangguk saja.

"Senang bertemu dengan loe" Kata Adnan tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke arah depan bermaksud ingin menjabat tangan Hana, namun Hana ada disamping Adnan.

Hana menatap tangan Adnan mengarah ke depan merasa sedih dan tak percaya bahwa Adnan benar - benar buta. Mengetahui tak ada reaksi dari Hana, Adnan membalikkan badannya ke arah samping tepat dihadapan Hana dengan tangan masih terulur ke depan.

"Sorry gue kira loe ada didepan, senang bertemu dengan loe" Kata Adnan dengan senyum manis bertengger di wajahnya.

Ragu - ragu Hana mengulurkan tangannya lalu membalas uluran tangan Adnan, saat tangannya dan tangan Adnan berjabatan Hana merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan, bahkan sebelumnya ia jarang berjabat tangan dengan lawan jenis selain keluarga dan teman - teman mamanya.

"Gue juga senang ketemu loe" Ucap Hana dengan senyum yang tak pernah ia perlihatkan kepada siapapun sebelumnya dan mungkin akan ditunjukkan hanya untuk Adnan, meskipun Hana tau Adnan tidak bisa melihatnya.


To be Continue

Ingin ber eksperimen

bikin karakter tokoh yang beda dari sebelumnya, ternyata nggak segampang dibayangkan, hehehehehe

2 comments:

Aninandear said...

KAKAKK!!!! mana kelanjutannya?? Penasaran nih, lagi asik juga bacanya..^^ ayo dong kak:') aku tunggu kelanjutannya ya kak:) :) :)

EBO GAMINGS said...

Hai bosku......
binggung cari situs judi online langsung gabung aja di situs kami : http://ebobet.asia/
EBOBET situs Master Agen Bola88, IDN Poker, Agen Slot, IDN live casino online terpercaya dan terbaik Asia

Berikut keuntungan bergabung dengan Ebobet :
- Bonus Member Baru Bola 100%
- Bonus Member Baru slot 100%
- Bonus Member Baru 20%
- Bonus Deposit Harian 10 %
- Bonus mingguan Live Casino & Slots 0,8% s/d 1 %
- Bonus Cashback Bola 5% s/d 10 %


-Minimal Deposit Rp . 10.000
-Minimal Withdraw Rp. 25.000

LINE : ebobet
WA : +855967598801