Huuh kemaren benar - benar bikin pusing karena lagi beresin blog eh malah bognya eror, sempet ketunda deh ngepostnya. Harusnya kemaren bisa ngepost baru sekarang bisa.
Masih nunggu kelanjutan "Cerpen Cinta Ini Untukmu"
Happy reading aja deh buat semuanya.
Daren sedang membaca buku di perpustakaan, dengan santai ia membolak - balik bukunya,
"Ih, harusnya kan bukan aku yang dihukum, harusnya pak guru tau mana yang salah dan mana yang nggak" Suara seseorang menarik perhatian Daren, membuatnya mendongakkan kepala. Seketika itu ia melihat Karin sedang mengambil buku di rak dengan kasar, lalu duduk didepan Daren, sepertinya Karin belum menyadari keberadaan Daren karena ia masih menggerutu tidak jelas sambil mengerucutkan bibirnya. Membuat Daren yang melihatnya geleng - geleng kepala sambil tersenyum.
"Gini nih alasan kenapa aku protes dengan keputusan Mama! Gara - gara berangkat bareng Daren semua cewek pada heboh. Bener - bener deh" Gumam Karin yang mampu ditangkap oeh Daren.
Mendengar namanya disebut membuat kening Daren berkerut karena penasaran, ingin rasanya ia menanyakan masalah yang dimaksud Karin. Namun alih - alih bertanya ia diam saja dan memilih melanjutkan membaca buku dari pada bertanya kepada Karin. Sementara Karn sudah terfokus pada buku yang tadi dia ambil dari rak.
Sesekali Daren mendongak mengamati Karin yang tetap fokus dan belum menyadari keberadaannya.
Karin membolak - balikkan buku lalu mencatat sesuatu yang menurutnya penting dengan nada masih kesal.
Siapa sih yang nggak kesal, mendapat hukuman tapi bukan karena kesalahan sendiri, melainkan karena kesalahan orang lain. Kesal kan pasti.
"Padahal yang mulai duluan kan Lia! Kenapa aku sih yang disalahin" Gumam Karin dengan mengutuk - ketukkan pulpen ke meja lalu ia menangkap bayangan didepannya.
"Acch" Celutuk Karin dengan nada sedikit meninggi saat ia mendongakkan kepalanya, melihat seseorang yang kini ada dihadapannya.
Celutukan Karin dibalasi dengan suara "Huus" Petugas Perpustakaan sambil meletakkan ujung jarinya ke mulut, pertanda menyuruh Karin diam. Karin hanya mengangguk sambil meminta maaf dengan suara yang tak terdengar, lalu pandangannya beralih ke arah cowok didepannya.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Karin dengan nada lebih pelan pada Daren yang hanya mendongakkan kepalanya lalu mengangkat buku yang sedang ia baca.
"Sejak kapan dia berada disini? Perasaan aku nggak dengar bunyi kursi diseret" Gumam Karin yang mampu didengar Daren.
Daren kini mendongakkan kepalanya memandang Karin dengan lebih serius. Karin yang sadar bahwa ia dipandangi oleh Daren merasa salah tingkah,
"Nga Ngapain liat - liat kaya gitu" Kata Karin dengan gugup karena salah tingkah
"Lucu aja" Ujar Daren singkat lalu kembali membaca bukunya tanpa mempedulikan Karin yang sedang melihatnya dengan pandangan bingung.
"Maksudnya apa sih? Lagian sejak kapan kamu ada disini? Nggak tau permisi malah nyelonong duduk gitu aja" Kata Karin dengan nada ketus karena ia sedang kesal.
Kini giliran Daren yang menatap Karin dengan bingung sambil menaikkan salah satu alisnya,
"Gini ya Nona Karin, saya disini udah dari tadi sebelum kamu masuk ke perpustakaan" Kata Daren dengan nada penuh penekanan mencoba menjelaskan dengan nada pelan seperti menjelaskan sesuatu yang salah pada anak kecil, "Jadi yang harusnya mengucapkan permisi itu siapa?" Lanjutnya sambil memandang Karin yang kini hanya diam tak berkutik didepannya.
"Dari tadi? Perasaan tadi aku nggak liat orang duduk disini" Pikir Karin dalam hati sambil memalingkan tatapannya ke arah lain selain Daren.
Daren yang melihat ekspresi lucu Karin hanya tersenyum simpul lalu meneruskan membacanya,
"Astaga kalau kamu dari tadi disini" Ucap Karin spontan dengan nada sedikit meninggi saat ia menyadari sesuatu.
"Huuuuuuuuuusssssssssss" Belum sempet Karin menyelesaikan kalimatnya ia sudah dihujani tanda peringatan kedua dari petugas perpustakaan, kali ini bukan dengan jari yang ada di depan mulut sang petugas, tapi petugas itu menunjuk papan pengumuman "Harap Tenang, Berisik Berarti Keluar" yang di tempel didinding dengan ukuran cukup besar yang bisa dibaca oleh siapa pun yang ada di ruang perpustakaan, membuat Karin lagi - lagi meminta maaf dengan nada pelannya sambil nyengir tidak jelas.
Daren yang melihat itu sekali lagi hanya bisa geleng - geleng kepala, ia kini menyadari sesuatu dari gadis yang dihadapannya. Yaitu memiliki hobi berteriak saat dalam keadaan shok.
"Kamu dari tadi disini?" Tanya Karin dengan nada lebih rendah dari sebelumnya yang hanya dibalas anggukan oleh Daren tanpa berniat memandang Karin.
"Kalau kamu dari tadi disini pasti kamu denger aku ngomong donk" Tanya Karin lagi dengan nada harap - harap cemas, berharap Daren tidak mendengar gerutuannya tentang keputusan Mama yang mengharuskan mereka berangkat bareng. Karin yakin omongannya dia memang tiddak keras tapi bisa ditangkap oleh seseorang yang berada didekatnya. Pastinya ada perasaan nggak enak saat kau merasa keberatan akan sesuatu dan tanpa sengaja kau menunjukkan hal itu kepada orang yang ada sangkut pautnya.
Lagi -lagi Daren hanya mengangguk tanpa memandang Karin.
"ASTAGA JADI KAMU TAU TADI AKU NGOMONG APA?" Teriak Karin sambil berdiri yang otomatis membuat Daren menutup telinganya. Kali ini tanpa di peringatkan lagi Karin langsung di usir oleh petugas perpustakaan meski ia sudah meminta maaf berkali - kali.
****
Karin, Sarah dan Gina berjalan beriringan menuju parkiran sambil bergurau dengan asyiknya, tiba - tiba saja gerakan Sarah terhenti seketika saat sudah tak jauh dari parkiran. Menyadari hal itu Karin dan Gina pun mengikuti pandangan Sarah yang membuatnya berhenti. Sekarang Karin tau kenapa Sarah tiba - tiba saja berhenti seperti patung dan membelalakan matanya sambil tersenyum diikuti juga dengan Gina yang ekspresinya juga memandang takjub pada seseorang yang berada di parkiran dan tak jauh dari tempat sepedanya terparkir.
Daren sosok yang membuat Sarah dan Gina seperti terhipnotis karena mereka sedang melihatnya tertawa bersama seseorang yang ada di depannya. Daren memang sosok orang yang menurut mereka jarang tersenyum dan melihatnya tertawa lepas seperti itu membuat semua gadis seakan terhipnotis akan pesonanya, begitu pun Karin yang merasa sedikit bergetar saat melihat Daren benar - benar tertawa lepas. Namun Karin buru - buru memalingkan pandangan agar ia cepat tersadar akan pesona Daren.
"Ya ngeliatinnya nggak usah seperti itu juga kali Sar" Kata Karin sambil mengusapkan telapak tangannya ke muka Sarah.
"Sampe - sampe tuh mata mau meloncat keluar" Lanjut Karin sambil menyenggol lengan Gina membuat mereka tersadar akan suasana hipnotis tadi.
"Ih apaan sih Karin, orang mataku masih disini ko' " Jawab Sarah sambil mengusap - usap mukanya.
"Ya udah ayo samperin mereka" Ajak Karin sambil hendak berjalan kearah Daren, namun tangannya dicekal oleh Gina.
"Ada apa?" Tanya Karin sambil mengkerutkan keningnya.
"Kenalin kita sama Daren donk!" Pinta Gina membuat mata Karin membelalak tak percaya mendengarnya.
"Bukannya kalian udah kenal dia?" Kata Karin merasa heran karena setau Karin Sarah dan Daren sudah satu sekolah sejak SD, dan Gina sudah satu sekolah sama Daren sejak SMP.
"Kenapa minta dikenalin?" Tanyanya lagi saat melihat raut sedih kedua sahabatnya itu.
"Kita emang kenal sama Daren, tapi belum tentu Daren kenal sama kita kan" Ucap Sarah dengan nada sedih dan didukung oleh anggukan kepala Gina membuat Karin hanya menghela napas.
"Benar juga, belum tentu Daren kenal sama mereka. Selama ini kan mereka yang selalu mencari tau tentang Daren meski tak pernah berusaha mendekatinya. Sedangkan Daren? sepertinya termasuk orang yang cuek dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Bahkan sama aku yang pernah berurusan masalah dengannya, juga tak dikenalnya" Pikir Karin dalam hati sambil melihat kearah Daren dan kembali memandang kedua sahabatnya sebelum mengangguk setuju. membuat kedua sahabatnya tersenyum lebar lalu dengan cepat menarik tangannya untuk berjalan menuju Daren.
Daren yang menyadari kedatangan Karin dan teman - temannya langsung menghentikan gurauannya dengan Bayu.
"Kita pulang sekarang" Ucapnya sambil memandang jam tangannya dan hendak melangkah bersama Bayu.
"Daren tunggu" Ucap Karin, membuat Daren menghentikan langkahnya dan memandang Karin dengan tatapan "Ada apa".
Karin sedikit salah tingkah dibuatnya dan bingung akan mengucapkan apa, sedangkan Sarah dan Gina menyenggol - nyenggol lengan Karin sambil menunduk, memberi tanda agar Karin menepati perkataannya.
"Gini, sebelumnya kamu kenal sama kedua temanku nggak?" Tanya Karin dengan sedikit takut sambil memandang Daren.
Daren hanya mengernyit lalu memandang kedua teman Karin yang kini sedang memandangnya dengan penuh harapan, dan menengok kearah Bayu yang hanya mengardikkan bahunya sebelum ia menggeleng kepala kepada Karin. Karin tau kejadiannya akan seperti ini, membuatnya tak enak kepada kedua sahabatnya yang berharap Daren bisa mengenal mereka. Kekecewaan tergambar jelas diraut muka Sarah dan Gina dengan apa yang baru saja mereka alami.
Mereka tau belum tentu Daren mengenalnya, tapi mengetahui hal itu dengan jelas dihadapan mereka sendrir membuat Sarah dan Gina merasa sedikit sakit. Apalagi bagi Sarah yang tidak hanya mengagumi sosok Daren tapi diam - diam ia jatuh cinta kepada Cowok yang tak pernah mengenalnya itu.
Karin hanya bisa menghela napas melihat raut muka Sarah dan Gina dengan iba.
"Kalau gitu kenalin mereka, ini Sarah dan Gina temenku" Kata Karin memulai perkenalan mereka sebelum mereka merasa sakit hati lebih sambil menunjuk satu persatu sahabatnya itu.
Daren pun mengulurkan tangan kepada Sarah dan Gina karena merasa tak enak saat melihat raut sedih mereka. Sarah dan Gina pun membalas uluran tangan Daren dengan tersenyum lebar lalu menyebutkan nama mereka satu persatu, begitu juga dengan Bayu yang mengikuti langkah Daren membuat Karin tersenyum puas karena berhasil membuat kedua sahabatnya tersenyum kembali, hingga matanya tak sengaja bertatapan dengan mata Bayu, membuatnya menghentikan senyumannya dan menunduk kaku.
"Oh ya, aku bareng Bayu dulu. Kalau sudah berada dipertigaan baru aku bareng kamu. Ok" Kata Daren yang membuat Karin langsung menatapnya dan mengangguk gugup. Lalu mereka segera mengambil sepeda masing - masing dan mengayuhnya keluar sekolah.
****
Saat berada dipertigaan seperti kata Daren sebelumnya untuk berhenti sejenak lalu Daren akan bonceng Karin, karena arah rumah Bayu yang harus berbelok sedangkan rumah Karin kearah lurus dan masih jauh.
"Ayo jalan" Kata Daren yang langsung duduk di boncengan sepeda Karin, Karin hanya bisa diam dan tak bergeming lalu melihat keadaan jalan yang sedikit menanjak.
"Kenapa?" Tanya Daren tak mengerti karena Karin diam saja. Karin menatap Daren lalu memandangi keadaan jalan sebelum menunduk.
"Jalannya menanjak, mana mungkin aku kuat boncengin kamu. Gimana kalau kita jalan kaki aja dulu sampai keadaan jalan datar, setelah itu baru kita naik sepeda" Kata Karin menjelaskan.
Daren hanya mengangguk lalu turun dari boncengan dan berjalan mendahului Karin, Karin mengikuti Daren sambil mengiring sepedanya memapaki jalanan yang sedikit menanjak itu.
Mereka berjalan beriringan sambil diam karena tak ada yang memulai pembicaraan, Karin sesekali melirik Daren yang diam sambil melihat - lihat sekeliling jalan, dan tanpa diduga Daren menatap Karin yang sedang memperhatikannya, membuat Karin cepat - cepat memalingkan mukanya kearah lain, karena takut Daren berpikir yang tidak - tidak.
"Kenapa?" Tanya Daren saat melihat Karin yang langsung menunduk, sebenarnya lucu juga melihat tingkah Karin saat sedang salah tingkah dan itu membuat Daren tersenyum simpul.
"Maaf" Kata Karin yang membuat Daren mengkerutkan kening sambil terus menatapnya.
"Maaf" Sekali lagi Karin mengucapkan kata itu, namun kini dia membalas menatap Daren.
"Untuk?" Tanya Daren singkat dengan nada penasaran.
"Bukannya tadi kamu mendengar perkataanku saat berada di perpustakaan" Jawab Karin yang dibalas dengan anggukan Daren yang masih memandangnya dengan penasaran.
"Maaf, bukan maksud aku keberatan kalau kamu tinggal di rumah aku, dan membuat kita berangkat bareng. Tadi itu kata - kataku saat sedang marah jadi jangan dimasukkan dalam hati" Ucap Karin sambil menunduk dan merasa tidak enak pada Daren.
Saat dirasa Daren tidak mengatakan apa - apa Karin mendongakkan kepala dan matanya langsung bertemu dengan mata Daren yang coklat itu, Karin tau hanya dengan melihat mata Daren dia bisa merasakan bahwa cowok yang kini ada disampingnya kebingungan dengan ucapan yang baru ia lontarkan.
"Sebenarnya kamu di perpustakaan dengar aku ngomong sendiri nggak sih?" Tanya Karin merasa sebal karena Daren tidak meresponnya, Daren hanya mengangguk dan juga masih kebingungan.
"Kamu dengar, saat aku bilang alasan kenapa aku protes keputusan mama yang menyuruh kita berangkat bareng" Ucap Karin dan sekali lagi Daren hanya mengangguk saja.
"Maka dari itu aku kesal saat mereka tau kita berangkat bareng mereka seakan - akan menghakimiku , belum lagi masalah yang waktu itu membuat aku dimata mereka semakin hina karena berusaha mendekati kamu" Kata Karin sedikit kesal dan kelewat batas.
"Kamu tau itu nggak sih? Gimana rasanya kalau digosipin yang enggak - enggak tentang kamu" Ucap Karin membuat langkah Daren berhenti dan Karin juga menghentikan langkahnya.
Daren kini tau apa yang dirasakan Karin, dia tau karena penilaiannya waktu itu kepada Karin sekarang berimbas kepada Karin. Namun yang Daren tak tau selama ia melihat Karin sepertinya gadis itu bukan tipe yang akan minder dengan semua gosip yang menimpanya.
"Kamu peduli dengan gosip itu?" Tanya Daren yang membuat Karin memalingkan pandangannya kearah depan sambil menghembuskan napas.
"Kalau saranku. Seandainya kamu bukan seperti yang mereka pikirkan kamu harusnya nggak usah peduliin mereka dan jangan terpancing emosi hanya gara - gara apa yang mereka omongin. Dengan kita menanggapi mereka dengan emosi itu malah menunjukkan kalau kita seperti apa yang mereka pikirkan. Jadi cuek aja lah" Kata Daren sambil menghardikkan bahu dan melangkah mendahului Karin.
Kata - kata Daren membuat Karin tersadar bahwa ia tak seharusnya terpancing emosi gara - gara perkataan Lia yang tak tau apa - apa. Toh dengan adanya Sarah dan Gina serta keluarganya yang mempercayainya itu sudah cukup untuk Karin. Lalu dengan cepat Karin menyusul langkah Daren.
"Kalau kamu, kamu peduli dengan gosip yang kini sedang beredar?" Tanya Karin saat dia sudah berada disamping Daren.
"Gue sih cuek" Ucap Daren dengan manghardikkan bahunya.
Dengan ucapan Daren yang singkat membuat Karin tau bahwa apa yang ada dipikirkannya selama ini benar bahwa Daren adalah orang yang tak peduli dengan keadaan sekitarnya.
"Kalau gitu kamu nggak peduli kalau mereka bilang kita ada hubungan?" Tanya Karin yang membuat Daren berhenti dan mengernyitkan dahinya.
"Bukannya kita memang ada hubungan ya?" Alih - alih menjawab Daren malah mengucapkan pertanyaan yang membuat Karin salah tingkah kembali.
"Apa sih maksud Daren" Pikir Karin dalam hati dengan menunduk dan tak berani memandang Daren.
"Hubungan teman tentunya" Lanjut Daren sambil tersenyum simpul dan membuat Karin lebih merona karena sempat - sempat berpikir yang tidak - tidak.
"Eh emang kita teman? Bukannya kita sering marahan ya!" Tanya Karin sambil menatap Daren yang kini memandang jamnya sebelum menatap Karin lagi.
"Menurutku kita teman, karena aku nggak pernah marah sama kamu. Ayo kita udah sampai di jalanan yang datar kini giliran kamu boncengin aku" Kata Daren yang langsung menduduki boncengan sepeda Karin. Membuat Karin sadar bahwa mereka sudah berada di jalan yang datar, dan kini ia bersiap mengayuh sepedanya.
"Jadi kamu nggak pernah marah sama aku" Kata Karin sambil mengayuh sepedanya.
dan Karin bisa mendengar Daren menghela napas.
"Bukannya kamu yang suka marah kepadaku?" Tanya Daren.
"Karen kamu menyebalkan" Jawab Karin sambil mengerucutkan bibirnya lucu, meski Daren tak melihatnya namun ada senyum disudut bibirnya.
"Berteman sama Daren mungkin akan menyenangkan" Kata Karin dalam hati sambil tersenyum dan dengan semangat mengayuh sepedanya.
To be Continue
Waah menurut kalian ceritanya ada so sweetnya nda? Menurutku ia nih. Di part ini Daren sering tersenyum padahal sebelumnya dia dingin. Bagi seseorang yang pengen Daren tetep dingin maaf ya! belum bisa terpenuhi. Tapi Daren tetep cool donk ya!.
Kira - kira perasaan mereka selanjutnya kayak gimana ya?
Masih ditunggu saran dan kritiknya juga :-)
0 comments:
Post a Comment