Wednesday 16 October 2013

"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 6"

Cerpen Cinta Ini Untukmu
Selamat Idul Adha. Ayo yang pada kekenyangan makan daging ya1 Boleh donk kasih opini sedikit di part 6 ini, kelanjutan dari "Cerpen Cinta Ini Untukmu"

Oke deh langsung aja bacanya!

Happy reading






Waktu silih berganti, kebersamaan Karin dan Daren yang kini tinggal satu rumah membuat mereka semakin akrab, mereka selalu terlihat bersama, belajar bareng, makan bareng, nonton tv bareng,bahkan pulang pergi ke sekolah juga bareng. Seiring jalannya waktu gosip yang tidak enak tentang Karin kini mulai menghilang, semua orang sudah tau kalau Daren tinggal di rumah Karin karena jarak rumah asli Daren yang cukup jauh dari sekolah. Meski kadang ada saja yang menggosipinnya namun Karin tetap cuek dan tak ingin memikirkannya.

Setiap hari setiap berangkat ke sekolah Karin selalu dihadang oleh kedua sahabatnya Sarah dan Gina. Agar Karin menceritakan kesehariannya di rumah. Karin tau bukan keseharian Karin yang mereka ingin dengar, tapi keseharian Daren yang membuat mereka selalu menyuruhnya bercerita. Meski kesal dengan ulah sahabatnya tapi Karin tetap bercerita kepada mereka apa yang selalu Daren lakukan dalam rumah, dari bangun tidur sampai tidur kembali, membuat Karin menjadi mata - mata yang memperhatikan Daren setiap hari tanpa Karin sadari.

Seperti biasa pulang sekolah Karin dan Daren berjalan di jalanan yang agak menanjak, sesaat sebelumnya dipertigaan mereka berpisah dengan teman - teman mereka.

"Memang benar ya apa kata pepatah, tak kenal maka tak sayang" Ucap Karin sambil menengadah ke atas dan Daren menengok kearah Karin sambil mengangkat alisnya.

"Maksudnya?" Tanya Daren yang membuat Karin menengok kearahnya

"Ya sebelumnya aku pikir kamu itu orangnya jutek, jahat! Menilai seseorang hanya dari penampilannya saja ternyata kamu nggak sejahat itu" Jawab Karin sambil tersenyum ke arah Daren.

"Oh" Balas Daren singkat dan memalingkan tatapannya ke depan. Karin pun tak lagi memandang Daren yang kini hanya diam, ia lalu berjalan sambil mendorong sepedanya.

Sesekali kali Karin melirik Daren yang kini terfokus ke depan, Karin sangat suka memperhatikan Daren dari arah samping, menurut Karin, Daren akan lebih keren jika dilihat dari samping.

"Pantesan banyak yang suka sama dia" Gumam Karin dalam hati sambil masih mengamati Daren, Daren yang dari tadi fokus ke depan kini menengok ke arah Karin sebelum Karin sempat mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku nggak suka diperhatiin, ngerti" Kata Daren tegas membuat Karin merasa pipinya panas karena malu dan ia menundukkan kepalanya.

"Maaf" Kata Karin lirih, tanpa Karin sadari ada sebuah senyum geli yang bertengger dibibir Daren saat melihat Karin yang salah tingkah karena ke pergok sedang memperhatikannya.

Kini giliran Daren yang memperhatikan Karin saat dia sedang menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah sambil terus tersenyum simpul. Saat dirasa Karin akan mendongakkan wajahnya buru - buru Daren memalingkan tatapannya kearah depan sambil berlagak marah.

Karin yang mendongakkan kepalanya karena ia merasa Daren sedang memperhatikannya kini hanya memandang Daren dengan kening berkerut.

"Kenapa?" Tanya Daren tanpa melihat Karin dan hanya meliriknya sekilas,

Karin menghela napas sebentar sebelum menjawab"Nggak apa - apa" Katanya sambil memandang kearah depan.

"Aneh, meski udah lama tinggal bersama tapi kenapa aku masih bingung dengan sifat aslinya? Kadang cerewet, kadang ngeselin, kadang cuek dan nakutin. Bener - bener aneh" Gumam Karin dalam hatinya sambil menggeleng kepalanya pelan.

****

Langkah Daren terhenti dan itu membuat Karin menyadari bahwa mereka sudah berada di jalanan yang datar.

"Udah sampai ayo cepet" Kata Daren yang kini langsung duduk diboncengan Karin seperti biasanya, namun Karin tidak seperti biasa yang akan langsung mengayuh sepedanya, dia hanya diam sambil memandang Daren dengan was - was.

"Kenapa?" Tanya Daren yang melihat Karin yang diam saja tidak beranjak untuk mengayuh sepedanya.

"Gantian kamu yang gayuh yah" Pinta Karin dengan nada lembut. Daren hanya menatapnya dengan bingung.

"Kata kamu, kamu nggak mau gayuh sepeda karena kamu belum tau jalan kan?" Tanya Karin yang dibalas dengan anggukan Daren.

"Aku rasa kamu udah tau jalan karena udah sering lewat sini" Lanjut Karin , Daren hanya menunduk dan terlihat gusar.

"Pleas donk Ren, sekali - kali kamu yang gayuh, hari ini aku cape banget" Pinta Karin dengan nada memelas, bukannya Karin nggak mau menggayuh sepedanya, tapi hari ini ia bener - bener merasa kurang enak badan.

"Sebenarnya, aku nggak bisa naik sepeda" Ucap Daren sambil menunduk tak berani menatap Karin

Beberapa saat tidak ada balasan dari Karin, membuat Daren mau tak mau mendongakkan wajahnya untuk melihat reaksi Karin, dan saat itu juga Daren menyesali apa yang tadi dia ucapkan.

"WAAHAHAHAHAHAAHAH" Ketawa Karin meledak saat Daren menatapnya membuat Karin memegangi perutnya yang mendadak sakit.

"Hhahahaha, masa Daren yang hahahahha terkenal serba bisa nggak bisa naik sepeda hahahaha" Kata Karin di sela tawanya, sampai -sampai ia harus berjongkok untuk menahan rasa sakit akibat tertawanya.

"Aku bukannya nggak bisa, dulu aku pernah naik sepeda, tapi karena udah lama nggak naik sepeda takut nggak bisa lagi" Jawab Daren dengan nada datar.

Bukannya berhenti tertawa, Karin malah semakin memperkeras tawa membuatnya harus bersusah payah untuk menahan rasa sakit diperutnya.

"Udah deh nggak usah ketawa" Kata Daren tegas dengan nada menaik, membuat Karin mau tak mau berusaha menahan ketawanya.

Karin bangkit saat dirasa perutnya sudah tidak sakit lagi, dan tawanya juga sedikit mereda, sebelum menggapai stank sepeda Daren sudah merebutnya dan bersiap akan menganyuh sepeda Karin membuat Karin melongo.

"Akan aku buktikan kalau aku bisa" Kata Daren dingin,

"Eh nggak usah Ren biar aku aja" Kata Karin namun saat menatap tatapan Daren yang seperti ingin menerkamnya, mau tak mau Karin menuruti perkataan Daren dan duduk di boncengannya.

Daren pun mengayuh sepeda Karin dengan sedikit goyah, membuat Karin terus berdo'a agar ia tak jatuh dari boncengan. Lama kelamaan gayuhan sepeda Daren menjadi stabil membuat Karin sedikit tenang, Daren memalingkan mukanya mencoba menengok ke arah Karin

"Liat aku bisa kan" Ucap Daren dengan nada bangga, namun seketika itu entah kenapa tiba - tiba sepedanya goyah lagi dan tiba - tiba terdengar bunyi

Bruuuk disusul dengan teriakan Karin karena sepeda mereka terjatuh dengan Karin yang sukses mendarat ditanah beraspal

"Aduuh sakit" Ucap Karin sambil berusaha duduk dan melihat Daren yang kini sedang berdiri, entah bagaimana kejadiannya tiba - tiba saja Karin sudah jatuh dengan keadaan sujud di aspal.

"Kamu nggak apa - apa Rin?" Tanya Daren yang entah bagaimana sudah bisa berdiri seperti tak terjadi apa - apa.

"Nggak papa gimana? Sakit nih badan aku" Kata Karin sambil berusaha berdiri, namun terjatuh lagi tanpa bisa dicegah oleh Daren.

"Aduuh kakiku sakit!" Ucap Karin sambil memegangi kakinya yang terlihat tak wajar, Daren kini berjongkok untuk melihat Kaki Karin.

"Kaki kamu terkilir Rin, tahan bentar ya!" Kata Daren yang langsung memberi sentuhan kepada kaki Karin

Kreek Bunyi suara dari kaki Karin saat dari Daren menyentuhnya membuat Karin berteriak dan memukul lengan Daren.

"Kamu mau patahin kaki aku ya?" Geram Karin karena ulah Daren.

"Ini pertolongan pertama untuk korban terkilir, kamu bisa jalan nggak Rin?" Tanya Daren dengan tidak menghiraukan ringisan Karin,

Dengan dibantu Daren, Karin berusaha berdiri dan berpijak pada kedua kakinya, namun disaat itu juga ia merasakan ngilu yang teramat sangat membuatnya berjongkok lagi.

"Nggak bisa nih" Kata Karin sambil memijat kakinya dengan pelan.

Daren menengok kanan dan kirinya tak ada seorang pun yang bisa ia mintai tolong, membuatnya berjonngkok didepan Karin. Karin yang melihat hal itu merasa bingung dengan ulah Daren.

"Ayo naik, biar aku gendong kamu sampai rumah" Kata Daren saat menengok Karin,

"Gendong?" Tanya Karin dengan penasaran apakah ia tidak salah dengar.

"Iya, kamu kan nggak bisa jalan. Udah cepetan naik" Jawab Daren.

"Tapi aku berat, nanti kalau kamu nggak kuat gimana?" Tanya Karin dengan hati - hati.

"Kamu lupa ya aku itu siapa? Aku atlit jadi tubuhku sudah biasa mengangkat beban yang berat - berat" Kata Daren dengan sedikit narsis membuat Karin mendengus kesal.

"Bisa - bisanya sih narsis disaat seperti ini" Gumam Karin pelan, namun dalam hati ia membenarkan ucapan Daren membuatnya bersiap menyampirkan tubuhnya agar bisa digendong Daren.

Saat Daren sudah mengangkat sedikit tubuhnya Karin sadar, kalau ia pulang begitu saja bagaimana dengan sepedanya.

"Sepedanya mau taruh dimana Ren? Nanti kalau ilang gimana?" Tanya Karin membuat Daren sadar dan langsung melepaskan tangannya yang berada di kaki Karin, membuat Karin terjengkang ke belakang dengan kasar.

"Aduh, duh Daren" Geram Karin yang kini memegang pinggulnya yang terasa sakit akibat terbentur aspal.

"Sorry aku lupa tentang sepeda. Tunggu sebentar yah" Kata Daren sebelum meninggalkan Karin dengan membawa sepedanya.

Karin yang melihat itu panik karena takut Daren akan pulang lebih dahulu, dan meninggalkannya sendirian disini. Karin berusaha berdiri namun gagal lagi, mau berteriak memanggil Daren sudah terlambat karena Daren sudah jauh meninggalkannya.

"Aduuh, gimana ini! Gimana kalau Daren pulang dan ninggalin aku sendirian disini. Mama tolong Karin" Ucap Karin panik dan berusaha menahan isakannya.

"Kenapa juga kakiku terkilir, aku jadi nggak bisa lari kan" Gumam Karin sambil memukul kakinya namun seketika itu ia meringis karena merasakan linu.

"Ayo sekarang kita bisa pulang dengan tenang" Suara seseorang mengagetkannya membuat Karin mendongak dan tersenyum ketika melihat Daren yang berjongkok didepannya sambil mengatur napasnya.

Setau Karin jalan ini masih jauh dari rumahnya kenapa Daren bisa secepat itu ia kembali lagi.

"Ayo Karin cepetan" Kata Daren membuat Karin tersentak dan segera ia menyampirkan tubuhnya ke punggung Daren, dan dengan segera Daren berdiri sambil mengendong Karin dibelakangnya.

Berjalan dengan santai ke rumah Karin.

****

"Apa digendong Daren?" Tanya Sarah dan Gina serempak saat mereka berada di kamar Karin dan sedang mendengarkan cerita Karin. Karin yang tadi bercerita langsung membekap mulut kedua sahabatnya itu.

"Ya nggak usah shok kaya gitu juga kali" Jawab Karin sambil menarik tangannya kembali.

"Kamu serius Daren gendong kamu saat pulang kemaren?" Tanya Sarah ada sedikit nada kecewa dalam suaranya.

"Apa boleh buat. Aku kan nggak bisa jalan gara - gara kakiku terkilir. Jadi mau nggak mau dia harus gendong aku donk!" Jawab Karin dengan santai tanpa menyadari perubahan dalam suara Sarah.

"Cie - cie Romantis banget yang pulang digendong sama pangeran" Ucap Gina menggoda Karin, membuat Karin langsung salah tingkah dan pipinya memerah.

"Apaan sih Gin, mana ada romantis saat kamu merasakan sakit coba?" Kata Karin sambil melemparkan tisu kepada Gina lalu menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang merona.

"Kamu senang ya digendong Daren?" Tanya Sarah dengan nada dingin.

"Ya iyalah donk Sar, siapapun pasti senag digendong sama cowok seganteng Daren" Jawab Gina dengan nada dramatisnya.

"Aku nggak tanya sama kamu Gin?" Kata Sarah dengan nada dingin yang sama.

Membuat Karin dan Gina saling berpandangan bingung.

"Kamu suka kan pastinya? Bisa berdekatan dengan Daren?" Tanya Sarah lagi kepada Karin.

"Kalau dibilang suka sih iya. Membuat aku bisa menilainya lebih baik dari pada saat pertama kali bertemu" Ucap Karin dengan jujur masih tetap tak menyadari perubahan dari sikap Sarah.

"Aku jadi penasaran apa sih alasannya Mama kamu dan Mamanya Daren menyuruh Daren untuk ngekos disini?" Tanya Gina sambil mengambil makanan yang tersaji di meja dekat tempat tidur Karin.

Karin hanya mengangkat bahu sambil sesekali memijat kakinya yang kini agak bengkak.

"Apa jangan - jangan kalian akan dijodohkan ya!" Tebak Gina sambil memicingkan mata menatap Karin.

Sarah yang mendengar hal itu langsung membelalak dan menatap tak percaya pada Karin saat mendengar jawabannya.

"Mungkin, karena aku pernah tak sengaja mendengar hal itu dari pembicaraan mereka" Jawab Karin santai dan sekali lagi tak melihat perubahan Sarah yang kini sudah berdiri dan mengambil tasnya.

"Kamu mau kemana Sar?" Tanya Karin saat Sarah sudah mencapai pintu kamarnya.

"Aku mau pulang, permisi Rin" Ucap Sarah tanpa berbalik untuk sekedar menatap Karin dan langsung melangkah menjauh. Seketika itu Gina langsung mengambil tasnya dan perpamitan terburu - buru kepada Karin sambil mengunyah makanan yang berada dimulutnya berusaha mengejar Sarah agar tidak ditinggal.

Karin yang melihat tingkah laku sahabatnya hanya mengerutkan kening sambil berpikir kesalahan apa yang ia buat sehingga membuat Sarah seperti itu, seakan tersadar akan kesalahannya Karin membelalak dan hanya bisa menghela napas menyesali kesalah pahaman yang ia timbulkan.

****

Karin tertatih - tatih saat menuruni tangga sambil berusaha menahan sedikit rasa sakit dari kakinya, hari ini ia belum bisa berangkat ke sekolah dikarena kan kakinya yang masih terasa ngilu untuk berjalan.

"Ma" Panggil Karin saat ia sudah memapaki tangga terakhir.

"Ma mama?" Panggil Karin sambil berjalan menuju dapur, namun tak ada siapa - siapa disana.

"Mama dimana sih" Gumam Karin sambil mengambil minum dan berjalan ke ruang tengah dengan tertatih menyeret kakinya.

Karin duduk dibangku untuk menonton tv,

"Astagfirullah" Teriak Karin saat melihat Mamanya bangun dari sofa disamping Karin dengan muka yang sedang dimasker.

"Mama ngagetin Karin aja deh" Kata Karin sambil mengelus dadanya, mamanya hanya nyengir lalu bangkit dari sofa menuju ke kamar mandi.

Karin yang kini sudah tenang menyalakan televisi dengan santai sambil mengambil makanan yang tersedia di meja.

"Kaki kamu udah baikkan Rin? Tanya Mamanya yang kini sudah berada di samping Karin dengan muka bebas masker.

"Udah mendingan sih ma!" Jawab Karin lalu menghela napasnya.

"Ma, Karin boleh nanya sesuatu nggak ma?" Tanya Karin kini dengan menatap mamanya dengan serius,

"Boleh mau tanya apa?" Jawab sang Mama sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Mama dan tante Ririn nggak serius jodohin aku sama Daren kan??" Tanya Karin dengan mimik berharap - harap cemas.

"Kenapa kamu tanya seperti itu? Apa kamu berharap mama sama tante Ririn menjodohkan kalian?" Bukannya menjawab Mamanya malah mempertanyakan hal yang membuat Karin merasa bersalah.

"Bukan begitu ma, Karin sama Daren kan masih muda jadi Karin belum memikirkan tentang jodoh. Dan lagi jodoh kan udah ada yang ngatur Ma. Belum tentu kan kami berjodoh ma" Jawab Karin mencoba menjelaskan apa yang ada dipikirannya.

Mama Karin tersenyum sambil membelai pipi anaknya,

"Mama tau sayang, Mama nggak akan memaksa kehendak Mama untuk menjodohkan kalian, Mama menyuruh Daren menetap disini murni karena mama merasa kasian sama Daren dan ingin menjaga Daren. Kamu sendiri tau kan bagaimana sibuknya tante Ririn?" Kata sang Mama yang dibalas dengan anggukan Karin.

"Mama nggak mau jadi orang tua yang egois. Mama ingin kamu yang menentukan masa depan kamu sendiri, tapi seandainya nanti kalian memang berjodoh, mama akan senang sekali, jika memang kalian tidak berjodoh mama harap kalian bisa saling menyanyangi layaknya saudara" Kata sang Mama sambil merengkuh Karin dalam pelukannya.

"Makasih Ma. Karena mama nggak maksain kehendak mama" Ucap Karin lembut dalam pelukan mamanya, dan dibalas dengan belaian lembut sang Mama.

"Kalau mama memaksakan kehendak, akan ada seseorang yan terluka" Lanjut Karin dalam hati.

To Be Continue

Cinta atau persahabatan! Manakah yang akan kalian pilih jika kalian mencintai orang yang sama dengan sahabat kalian??

Hati siapakah yang akan kalian rengkuh?? Sahabat Kalian atau hati kalian sendiri.

:-)




2 comments:

Neng Zury said...

Untuk part ini, jujur aja fell nya nggak dapat....
Berbeda dengan part part sebelumnya, untuk yang ini aku malah ngerasa ceritanya terkesan 'maksa'...
Hanya pendapat aja sih, gak tau deh kalo bener....
H̲̣̣̣̥α̩̩̩̩̥ά̲̣̥:Dн̣̣̣̝̤̥̇̇̇̈̊α̣̣̥α̍̍̊α̇̇̇̊=Ḍ̥H̲̣̣̣̥̩̩̩̥ά̲̣̥α̩̩̩̥̇̇̇ά̲̣̥α̇̇̇=)) н̣̣̣̝̤̥̇̇̇̈̊α̣̣̥α̍̍̊α̇̇̇̊=D

Unknown said...

heheheheh
ada yg bilang kayak gitu jg.
mkasih kak atas komennya :-)