Sunday, 20 October 2013

"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 7"

Gara - gara efek galau kemaren, jadi nggak bisa nyari kata - kata yang pas buat pembuka. Jadi mending baca langsung aja ya!

Happy reading :-)







Karin membereskan perlengkapan sekolahnya sebelum keluar dari kelas bersama Sarah dan Gina. Hari ini hari pertamanya masuk sekolah setelah kejadian kaki terkilirnya.

"Gila nggak berangkat dua hari aja, tugas udah numpuk apalagi kalau nggak berangkat seminggu ya!" Ucap Karin saat mereka berjalan menyusuri koridor menuju parkiran.

"Ya akhir - akhir ini memang guru banyak yang ngasih tugas" Kata Gina dibalas dengan anggukan acuh Sarah.

"Oiya aku nggak bisa nemenin kamu nungguin Daren, hari ini aku ada les Rin" Lanjut Gina saat mereka sudah berada di persimpangan koridor.

"Oiya ya, kamu kan hari ini ada jadwal les ya! Ya udah aku sama Sarah aja juga nggak papa" Ucap Karin yang teringat jadwal les Gina.

"Aduh maaf Rin, aku juga nggak bisa nemenin kamu!" Ucap Sarah yang membuat kening Karin berkerut,

"Ko' gitu? Nggak biasanya kamu nggak mau nonton Daren latihan?" Kata Karin yang kaget dengan tingkah laku Sarah, tak biasanya dia melewatkan sesi Daren latihan, padahal biasanya Karin yang selalu menolak permintaan Sarah untuk menemaninya menonton Daren latihan

"Iya soalnya aku ada urusan" Jawab Sarah sambil salah tingkah,

"Ya udah deh, aku duluan ya! Daah semua" Pamit Sarah saat Karin akan menyeruakan protesannya.

Karin yang menyadari perubahan sikap Sarah kepadanya mencoba mencari tau lewat tatapan mata pada Gina. Seakan mengerti tatapan dari Karin yang diberikan kepadanya, Gina hanya angkat bahu untuk menanggapinya.

"Udah lah nggak usah dipikirin, mungkin memang dia lagi sibuk" Ucap Gina mencoba berkata bijak menanggapi perubahan sikap Sarah akhir - akhir ini.

"Ya deh. Kamu ati - ati pulangnya ya!" Kata Karin mencoba menerima perkataan Gina meski ia kepikiran dengan perubahan sikap Sarah yang cuek dan seakan menghindarinya.

"Iya kamu juga ati - ati pulangnya! Jangan sampai terkilir lagi, sayang kan kalau nggak masuk sekolah padahal udah mendekati ujian" Kata Gina mencoba menasehati sebelum ia pamit.

"Iya, aku juga nggak mau kakiku terkilir untuk kedua kalinya!" Ucap Karin dan menyuruh Gina untuk segera pulang.

"Siapa juga yang mau terkilir untuk kedua kalinnya" Gumam Karin saat ia melambaikan tangannya kepada Gina yang sudah berjalan mendekati parkiran.

"Ya sendirian deh nungguinnya" Gumam Karin sambil melangkahkan kakinya menuju ruang aula.

Saat Karin sedang sibuk dengan pikirannya, seseorang terlihat melambai - lambaikan tangannnya dan memanggil Karin, namun entah apa yang sedang dipikir Karin sehingga membuatnya tidak bisa melihat pemuda itu, meski pemuda itu sudah memanggilnya. Seakan menyerah untuk memanggil Karin, pemuda itu hanya bisa menghela napas sambil menggelengkan kepala dan berjalan mengikuti Karin

Karin sedang memikirkan perubahan sikap Sarah yang terjadi akhir - akhir ini, saat ia sudah sampai di depan aula, ia menghela napas sejenak sebelum menengok ke dalam aula. Karin ragu untuk masuk saat melihat begitu banyak siswa yang tidak ia kenal.

"Seandainya saja ada Sarah pasti aku udah langsung masuk ke dalam dan menunggu Daren disana" Gumam Karin sambil menunjuk sebuah sudut yang sering ia tempati bersama Sarah selama menonton Daren latihan.

"Sekarang untuk masuk saja aku nggak berani, apa aku pulang saja ya!" Lanjutnya sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok Daren.

Pandangannya terhenti saat sosok yang Karin cari terlihat sedang berbicara dengan seorang perempuan dan bersiap melakukan adu taekwondo, membuat Karin mengernyit mencoba mengenali sosok perempuan itu.

"Siapa perempuan itu?" Tanya Karin bermonolog sendiri sambil menaik - naikkan kepalanya agar ia bisa melihat dengan jelas sosok perempuan itu.

"Apa dia pacar Daren ya!" Tebak Karin karena melihat keakraban Daren dan perempuan itu.

"Bukan namanya Diana, dia alumni sekolah ini" Jawab seseorang yang berada dibelakang Karin namun Karin belum menyadarinya.

"Owh kakak kelas, cantik juga. Hebat lagi" Kata Karin sambil terus fokus melihat kearah Daren dan perempuan yang bernama Diana itu.

"Dia satu - satunya orang yang bisa ngalahin Daren" Ucap seseorang lagi

"Masa? Bukannya Daren itu atlit paling kuat disini" Gumam Karin yang masih belum menyadari keberadaan seseorang yang ada dibelakangnya.

"Ya pastilah. Dia kan atlit tingkat propinsi bahkan akan menjadi kandidat atlit internasional. Daren masih kalah jauh darinya" Ucap suara itu lagi dengan nada yang santai.

"Owh atlit propinsi dan akan internasional langsung, hebat" Gumam Karin sekali lagi, kening Karin berkerut dan kerutan itu semakin dalam saat ia menyadari ada suara yang menanggapinya padahal ia datang ke aula sendirian.

"Perasaan aku kesini sendirian, terus aku ngomong sama siapa donk" Ucap Karin sambil menengok kearah belakang dengan hati - hati dan waspada.

Saat kepalanya sudah bisa melihat kearah belakang terlihat lah seseorang yang dengan senyuman khas serta mata indahnya menatap Karin dengan pandangan menahan geli. Sejenak Karin terdiam, otaknya memproses siapa orang yang ada dibelakangnya kini, karena terlalu terkejut Karin tak menyadari pintu yang menjadi tumpuannya terdorong ke depan membuatnya terjerembab ke depan dan jatuh dengan kening membentur lantai aula.

"Aduuuuh" Pekik Karin sambil memegang keningnya, karena kejadian itu semua penghuni aula sontak menertawainya.

Menyadari hal itu Karin langsung bangkit dan menengok kearah Bayu yang sedang menahan tawa sebelum melangkah pergi dari aula.

****

Karin bener - bener kesal karena gara - gara Bayu dia ditertawain oleh semua orang yang ada di aula, untuk melampiaskan rasa kesalnya ia melempar batu kerikil berulang kali ke lapangan yang ada di depannya.

"Ini" Ucap seseorang sambil mengacungkan milk shake rasa coklat ke depan Karin, Karin mengernyit dan mendongak untuk melihat siapa yang memberi minuman itu kepadanya.

"Sebagai permintaan maaf karena menertawaimu" Ucap Bayu sambil tersenyum dan menggoyang - goyangkan minumannya.

Mau tak mau Karin terpaksa menerimanya, setelah minuman itu berada di tangan Karin, Bayu duduk disebelah Karin tanpa permisi membuat Karin menatapnya tajam.

"Aku nggak tau sebenarnya kamu suka coklat apa nggak! Tapi menurutku kebanyakan cewek suka coklat jadi ku belikan yang rasa coklat" Kata Bayu santai sambil mengesap minumannya dan tidak merasa terganggu dengan tatapan Karin.

"Setau aku nggak banyak cowok yang suka coklat, kenapa kamu beli rasa coklat juga?" Tanya Karin sambil mengikuti tindakan Bayu.

"Kalau begitu aku pengecualian, karena aku suka coklat" Kata Bayu dengan nada santainya, Karin hanya diam tak menanggapi perkataan Bayu.

"Kening kamu tidak apa - apa?" Tanya Bayu sambil memandang kening Karin, membuat Karin memegang keningnya yang terasa sedikit menonjol akibat benturan tadi.

"Ini semua gara - gara kamu, coba aja kamu nggak ngagetin aku!" Kata Karin sambil memijat keningnya, dan Bayu hanya mengerutkan keningnya merasa bingung.

"Aku itu udah pernah manggil kamu di koridor, tapi kamunya aja yang nggak respon" Kata Bayu cuek.

"Ih kapan kamu manggil ? Aku nggak pernah merasa ada yang manggil" Ucap Karin membela dirinya.

Bayu hanya memandang Karin dengan muka pasrahnya membuat Karin salah tingkah dan menundukkan kepalanya.

"Makanya kalau jalan jangan ngelamun" Kata Bayu sambil meletakkan minuman disampingnya.

"Ye siapa juga yang ngelamun"Kata Karin masih kukuh dengan pendiriannya yang membuat Bayu hanya bisa geleng - geleng kepala menanggapinya.

Karin hanya diam sambil mengesap minumannya tidak mempedulikan Bayu yang kini sedang berusaha sabar menghadapinya.

"Tumben sendirian! Biasanya bareng sama Sarah" Celetuk Bayu membuat Karin meliriknya sekilas.

"Orangnya lagi sibuk" Jawab Karin nampak acuh sambil meletakkan minuman disamping tempat duduknya.

"Masih sibuk apa kalian lagi ada masalah?" Tanya Bayu yang dibalas dengan tatapan keheranan Karin

"Nggak usah heran aku tau darimana tertulis jelas di keningmu" Jawab Bayu seakan bisa menebak pikiran Karin.

Karin hanya mendengus kesal mengetahui bahwa pikirannya bisa dibaca oleh Bayu,

"Makanya jadi orang jangan mudah dibaca oleh orang lain" Nasehat Bayu sambil mengambil minuman dan mengesapnya.

"Iya cerewet" Gumam Karin sambil mengesap minumannya membuat Bayu tersenyum manis sambil memandang Karin, Karin yang melihat senyuman Bayu hanya bisa terdiam beberapa saat sebelum tersadar dan menundukkan kepalanya akibat salah tingkah.

****

Daren hendak berjalan kearah kamar saat melihat Karin sedang duduk di teras rumah sambil memandang ke langit dan sesekali menghela napas pelan. Daren berhenti untuk sekedar memperhatikan Karin yang duduk memunggunginya, ia lalu memutuskan untuk mendekati Karin dengan berjalan kearahnya.

Sepertinya Karin sedang melamun membuatnya tak sadar kalau Daren sudah duduk disampingnya, Daren yang tau sifat Karin lebih memilih diam dari pada harus mengagetkannya. Cukup lama Daren diam sambil memandang Karin yang belum menyadari keberadaannya, membuat Daren memilih memasang headshet dari handphonenya dari pada terus - terusan memandang Karin yang sedang melamun.

Karin mendengus pelan sambil menunduk, ia benar - benar tak tau harus bagaimana menghadapi Sarah yang berubah, tak biasanya Sarah tidak membalas smsnya.

Mungkin Karin lebay, Sarah pernah tidak membalasnya karena tidak punya pulsa. Namun baru kali ini Sarah tidak mengangkat telponnya meski sudah berkali - kali Karin mencoba untuk menelponnya.

Sesekali Karin mendongak keatas memandang langit malam yang disinari cahaya bulan sabit dan beberapa bintang, lalu menghembuskan napas pelan.

"Apa Sarah benar - benar kecewa karena omonganku waktu itu ya!" Gumamnya pelan sambil masih memandang langit.

"Apa Sarah benar - benar suka sama Daren ya!" Gumamnya lagi sambil mengalihkan pandangan kesampingnya.

"Astagfirullah" Pekik Karin ketika mendapati Daren yang sedang duduk disampingnya dan masih asyik dengan handphonenya.

Karin menyadari kalau dia tadi sempat mengucapkan nama Daren membuatnya menatap Daren dengan was - was takut kalau Daren mendengarnya, saat Karin melihat ada headshet terpasang dikedua telinga Daren membuatnya yakin kalau Daren tidak bisa mendengar omongannya, Karin baru bisa bernapas lega.

Daren yang menyadari Karin sedang memperhatikannya mendongak sambil melepas salah satu headshetnya.

"Sejak kapan kamu ada disini?" Tanya Karin dengan nada sarkastik.

"Dari tadi" Jawab Daren singkat dan kembali asyik dengan handphonenya.

"Terus ngapain kamu disini?" Tanya Karin membuat Daren menatapnya lagi.

"Kamu sendiri ngapain disini?" Bukannya menjawab Daren malah melemparkan pertanyaan yang sama kepada Karin.

"Baca novel" Jawab Karin sambil mengangkat sebelah tangannya yang sedang menggenggam sebuah buku novel.

Kening Daren berkerut saat memperhatikan buku yang ada ditangan Karin.

"Membaca dalam keadaan terbalik?" Ucapnya, membuat Karin memperhatikan buku novelnya dan langsung menunduk menyembunyikan wajah malu karena ketahuan dia berbohong.

"Sedang ada masalah?" Tanya Daren lembut membuat Karin menatapnya dengan tak percaya lalu menggeleng dengan cepat.

"Nggak ada" Jawabnya mencoba berbohong namun sia - sia karena Daren masih menatapnya dengan kening yang berkerut,

Karin tau kelemahannya adalah dia tidak pandai berbohong dan seperti apa yang Bayu katakan bahwa ia adalah tipe orang yang mudah ditebak hanya dengan melihat matanya. Oleh karena itu Karin berusaha menunduk agar Daren tak bisa menebaknya.

"Tapi ada tulisan di kening kamu SEDANG ADA MASALAH" Kata Daren sambil menyentuh kening Karin dengan telunjukknya, Karin langsung mendongak dan menutup kening dengan tangannya sambil menatap Daren tak percaya.

"Emang ada tulisannya!" Pekik Karin polos membuat Daren menahan tawanya melihat tingkah laku Karin.

"Aish kau mengerjaiku ya!" Ucap Karin karena melihat Daren yang berusaha menahan tawanya.

"Mana ada tulisan di keningku tanpa aku menyadarinya terlebih dahulu" Gerutu Karin karena tertipu omongan Daren.

Daren melepaskan tawanya saat melihat ekspresi lucu Karin, membuat Karin mendengus dan memukulnya bahunya.

"AWW, makanya jadi orang jangan mudah ditebak" Ucap Daren sambil berusaha menghentikan tawanya yang membuat Karin semakin sebal kepadanya.

"Nggak lucu ach Daren" Kata Karin mengalihkan pandangannya kearah lain "Kata - kata kamu ko' sama kaya Bayu sih?" Lanjut Karin yang membuat Daren menghentikan tawanya dan memilih untuk menatap handphonenya.

Karin yang menyadari perubahan Daren mengkerutkan kening sambil memandangnya.

"Kenapa?" Tanya Karin kepada Daren yang mendongakkan wajahnya.

"Apa?" Jawab Daren acuh sambil menatapnya tajam membuat Karin tak berani berkata apa - apa lagi dan memilih untuk mengalihkan pandangannya.

Suasana disekitar menjadi hening dan canggung karena diantara Karin dan Daren tak ada yang memulai pembicaraan. Karin yang tidak suka dengan suasana ini membuatnya berinisiatif memanggil Daren.

"Hem" Jawab Daren tanpa memandang Karin,

"Antara cinta dan persahabatan! Kamu akan pilih yang mana?" Ucap Karin sambil memandang Daren. Daren mendongak dan membalas tatapan Karin.

"Maksud kamu?" Tanya Daren.

"Saat kamu mencintai seseorang yang juga dicintai oleh sahabatmu apa yang akan kamu pilih? Memperjuangkan Cinta kamu apa memilih mundur untuk sahabatmu?" Jelas Karin sambil mengalihkan pandangannya kearah depan.

"Kalau kamu bertanya kepadaku soal itu, aku akan memilih mendengarkan apa kata hatiku dari pada harus mendengarkan omongan orang lain" Jawab Daren membuat Karin kembali menatapnya.

"Karena saat kau mengikuti kata hatimu kau tidak akan membohongi siapapun, baik orang lain atau pun dirimu sendiri. Itu akan menjadi lebih baik dari pada harus mengikuti omongan orang lain yang belum tentu sama dengan kata hati kamu" Jelas Daren yang membuat Karin melongo merasa takjub Daren bisa mengatakan hal itu.

"Ya nggak usah bengong kaya gitu juga kali" Ucapnya sembari mencubit hidung Karin dengan tangan kirinya.

"Apaan sih Daren! Sakit tau" Sahut Karin sambil memegang hidungnya yang sedikit merah gara - gara cubitan Daren. Daren hanya tersenyum dan tidak merasa bersalah pada Karin.

"Daren" Panggil Karin dengan nada sedikit takut.

"Apalagi?" Tanya Daren yang tau gelagat Karin yang ingin melontarkan pertanyaan kepadanya.

"Ada nggak seseorang yang kamu suka?" Tanya Karin dengan hati - hati serta suara pelan namun masih bisa didengar oleh Daren.

"Ada" Jawab Daren dengan santai membuat mata Karin sedikit berbinar serta takut.

"Si....siapa?" Tanya Karin dengan hati was - was sambil menatap Daren yang hanya diam.

"Pasti Diana yang tadi siang main bareng sama kamu ya!" Tebak Karin karena Daren masih saja diam.

"Bukan?" Jawab Daren singkat yang membuat Karin semakin penasaran!

"Terus siapa donk?" Desak Karin karena Daren tidak melanjutkan jawabannya.

"Kamu" Ucap Daren ketika Karin masih menatapnya dengan bingung.

Pernyataan Daren membuat otak Karin yang sedikit lemot harus bekerja keras dan membutuhkan waktu beberapa saaat untuk mengartikannya, mata Karin membelalak saat otaknya bisa mencerna seketika membuatnya salah tingkah dan menundukkan kepala.

"Jangan geer dulu. Suka itu Bukan berarti cinta. Dan cinta itu bukan hanya untuk sepasang kekasih, Banyak cinta yang bisa kau rasakan di dunia ini,Banyak pula cinta yang bisa kau tunjukkan untuk dunia ini" Jelas Daren dengan penuh penekanan, agar kata - katanya bisa dimengerti oleh otak Karin yang memang lemot.

"Intinya Untuk saat ini aku memang suka kamu sebagai sahabat tidak lebih"Lanjutnya saat dirasa Karin belum bisa mengerti kata - kata sebelumnya.

"Udah malam. ayo masuk! Sebelum sesuatu yang mengintai kita juga ikut masuk" Kata Daren dengan nada misterius sambil beranjak dari tempat duduknya, diikuti dengan Karin yang memandangnya penasaran.

Saat berada di depan tangga yang memisahkan mereka karena kamar Karin berada di lantai dua sedangkan kamar Daren berada di lantai bawah, Karin menarik tangan Daren meminta penjelasan tentang apa yang barusan diucapkannya.

"Yang mana?" Tanya Daren saat Karin merajuk dan tak mau melepaskan tangannya.

"Yang kamu bilang sebelum sesuatu yang mengintai kita juga ikut masuk. Maksudnya sesuatu itu apaan? Kamu tadi liat apa?" Tanya Karin dengan nada penuh tuntutan, sedangkan Daren hanya diam saja memandangi raut muka Karin yang lucu saat penasaran.

"Jangan bilang kamu bisa ngeliat makhluk astral?" Tuding Karin sambil memandang Daren dengan memicingkan mata namun ada nada ketakutan dari suaranya.

"Nggak, aku nggak punya kemampuan untuk itu!" Jawab Daren dengan menahan geli karena bisa mengerjai Karin yang memang penakut.

"Serius?" Ucap Karin masih dengan nada takutnya, alih - alih menjawab Daren malah tertawa tertahan membuat Karin menghempaskan tangan Daren kasar.

"Ihs, jadi kamu ngerjain aku lagi ya!" Bentak Karin saat melihat Daren masih berusaha menahan tawanya!

"Ih Daren mah" Keluh Karin sambil memukul lengan Daren dan hendak menaiki tangga saat Daren memanggilnya.

Karin menoleh dengan malas ke arah Daren, alih - alih melihat Daren yang tadi menahan tawanya kini Karin melihat Daren sudah seperti biasanya dengan mata coklat tajam yang menatapnya.

Daren maju selangkah agar bisa mensejajari tingginya dengan Karin, Karin yang tak bisa berkutik hanya bisa menatap mata coklat Daren. Beberapa saat mereka terdiam, atau mungkin hanya Karin yang terdiam saat Daren sudah mundur satu langkah sambil tersenyum.

"Se se.......lamat ti....dur" Kata Karin terbata -bata karena tubuhnya masih shok dan otaknya belum bisa menyadari apa yang barusan terjadi sesaat sebelum Daren berbalik arah dan berjalan kearah kamarnya, belum bisa menyadari apa yang terjadi sesaat sebelum Daren mengucapkan selamat tidur untuknya!

"Karin bodoh, inget donk apa yang Daren lakukan tadi" Gumam Karin sambil menaiki tangga menuju kamarnya!

To be Continue!

Nggak nyangka ya Daren bisa bilang kaya gitu! Padahal dia kan orang yang sedikit cuek?

Dan menurut kalian apa yang dilakukan Daren hingga membuat Karin shok kaya gitu??

Mau yang beragumen sekalian ngasih ide, saran dan kritiknya!

0 comments: