Monday 7 October 2013

"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 4"

Cerpen Cinta ini Untukmu part 4
Berhubung lagi nggak pengen ngomong banyak langsung aja kalian baca cerpen kelanjutan dari "Cerpen Cinta Ini Untukmunya ya!

Silahkan Membaca :-)







"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 4"

"Jadi kamu mau kos disini sampai kita lulus" Kata Karin sambil memandang Daren yang duduk dihadapannya tak percaya.

"Ya" Jawab Daren singkat tanpa memandang Karin malah asyik dengan sarapannya

"Hanya karena tante Ririn dan Om Danu harus pergi keluar kota dan kamu tidak mau ditinggal sendirian?"

Lanjut Karin sambil geleng - geleng kepala tak percaya apa yang baru saja ia dengar dari mamanya.

Daren meletakkan sendok yang ada ditangannya lalu mendongak dan menatap Karin dengan tajam, ia merasa tersinggung dengan ucapan Karin, seakan - akan Karin mengejeknya sebagai seorang penakut.

"Bukannya udah dijelasin sama tante! Alasan aku disini. Masih nggak ngerti juga" Jawab Daren sambil menggetakkan gigi menahan emosinya.

"Kamu pikir aku bego apa? Aku kan cuma ingin memastikan aja" Kata Karin dengan nada sedikit kesal, karena Daren seakan - akan memandangnya bodoh tidak mengerti penjelasan yang diberikan mamanya

"Udah - udah ko' malah berantem sih" Sela sang Mama saat Daren akan menjawab omongan Karin.

'"Daren benar sayang, Mama kan tadi udah jelasin ke kamu. Kalau Daren tinggal disini karena desakkan Mama sama Tante Ririn. Daren emang tadinya mau ngekos di tempat lain, Menurut Mama dari pada ngekos di tempat lain mending disinikan? Jadi kamu ada temennya" Lanjut sang Papa yang didukung oleh anggukan Mama, Karin hanya memutar bola matanya sambil menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Berteman sama dia? Nggak jamin bisa akur" Gumam Karin saat mengunyah makanan dan memandang Daren.

"Kamu ngomong apa sayang?" Tanya Mamanya lembut membuat Karin mengalihkan tatapannya sambil menggeleng - geleng kepala.

"Karena kamu sudah tau ada orang asing di rumah kita, Papa harap kebiasaan kamu saat keluar kamar dengan pakaian minim di hentikan ya. Papa nggak mau kejadian tadi pagi terulang lagi" Kata Papa memberi perintah kepada Karin.

Karin tersedak seketika karena teringat kejadian tadi pagi membuat pipinya langsung memerah, sedangkan Daren nampak santai seakan kejadian tadi pagi tak pernah terjadi.

"Iya pah. Karin pastikan nggak akan terulang lagi" Ucap Karin lantang seperti mengingatkan diri sendiri bahwa kejadian tadi pagi adalah kesalahan terbesarnya.

"Siapa juga yang mau mengulang kejadian yang sangat memalukan seperti tadi pagi, memperlihatkan separuh badan pada seseorang yang bukan siapa - siapanya, eh nggak akan deh" Kata Karin dalam hati sambil bergidik.

"Ya udah sekarang habisin makanannya lalu kalian berangkat bareng" Kata Mama membuat Karin menatap sang Mama saat hendak memasukkan nasi goreng ke mulutnya.

"Berangkat bareng?" Kata Daren dan Karin berbarengan sambil menatap Mama dengan tidak percaya.

"Iya lah, kalian kan satu sekolah. Lagian Daren kan baru di tempat ini, pastinya nggak tau jalan sini kan? Dari pada nyasar mending kalian berangkat bareng" Jelas Mama sambil memandang satu persatu Daren dan Karin.

Daren hanya mengangguk saja lalu melanjutkan makannya. Sedangkan Karin menatap Mamanya penuh protes.

"Kenapa harus bareng sih Ma? Dia kan bisa naik angkot" Protes Karin kepada Mamanya.

"Naik angkot dari sini harus jalan kaki dulu sayang, jauh lai diujung komplek! Dan Daren pasti nggak tau angkot apa yang lewat depan sekolah kamu kan?" Kata Mama membalas protesan anaknya.

"Kan bisa dikasih tau Mama angkot mana! Kalau nggak bareng sama Papa aja deh!" Kata Karin tetap keberatan dengan keputusan Mamanya.

"Berangkat bareng sama Daren? Gimana reaksi semua orang di sekolah coba" Bisik Karin dalam hati.

"Enggak sayang, Mama takut Daren nyasar! Kan Daren sekarang jadi tanggung jawab Mama, kalau bareng sama Papa terlalu siang lah. Papa kan berangkat kerja jam 8" Kata Sang Mama masih dengan nada lembut sambil membelai rambut Karin. Membuat Karin tak mampu protes lagi karena kelembutan yang diberikan Mamanya. Dengan terpaksa ia melanjutkan makannya, sambil sesekali melirik Daren yang dirasa tetap santai.

Saat sedang makan tiba - tiba Karin teringat perkataan Mamanya dengan Tante Ririn yang tak sengaja ia dengar.

"Mama dan tante Ririn nggak bermaksud jodohin aku sama Daren kan?" Celutuk Karin yang sukses membuat Daren tersedak dan langsung menatapnya horor, kini giliran Karin yang bersikap santai dan tidak mempedulikan tatapan Daren, malah memandang sang Mama meminta penjelasan.

Papa dan Mamanya saling bertukar pandang sebelum tersenyum menatap Karin dan Daren yang kini sedang menunggu jawabannya.

"Karin kenapa berpikir seperti itu?" Tanya Mama dengan nada lembut yang dibuat - buat.

"Pernah dengar omongan Mama sama Tante Ririn tentang itu!" Jawab Karin tegas sambil memandang Mamanya dengan penuh selidik.

"Hem, itu!" Kata Mamanya salah tingkah dan bingung mau menjawab apa karena saat ini mata Daren dan Karin masih menatapnya dengan tatapan harap - harap cemas.

"Sebenarnya sih mau mama sama tante Ririn begitu, kalau kalian nggak keberatan" Jawab Mama

"KEBERATAN" Jawab Daren dan Karin serempak memotong penjelasan Mama, Mama hanya bisa memandang Papa meminta bantuan yang dibalas dengan gelengan kepala.

"Ya sudah kalau keberatan Mama nggak akan memaksa kalian" Jelas sang Mama sambil tersenyum salah tingkah.

"Udah cepet habisin makanannya, ini udah jam berapa? Nanti Kalian telat loh" Kata sang Mama mengalihkan perhatian Karin dan Daren yang sedang menatapnya untuk meminta penjelasan lebih.

Benar saja jam sudah menunjukkan pukul 06.30 mau tak mau Karin menunda pertanyaan yang akan ia lontarkan.

****

Karin sedang berusaha mengeluarkan sepeda dari bagasi dan menuntunnya keluar gerbang saat tiba - tiba Daren duduk di boncengan sepedanya.

"Eh, eh ngapain kamu?" Tanya Karin kepada Daren.

"Bukannya tante nyuruh kita berangkat bareng? Ayo jalan!" Kata Daren santai,

"Tapi yang seharusnya bonceng aku, bukan kamu! Mana ada cowok bonceng cewek" Tegas Karin membuat Daren menaikkan satu alisnya.

"Kamu lupa ya? Bukannya aku anak baru disini, jadi nggak tau arah. Kalau nyasar gimana?" Jawab Daren sambil melipat tangannya di depan dada.

"Nggak akan nyasar lah. Nanti biar aku yang pandu, ayo cepat turun" Kata Karin memerintah Daren, tapi cowok itu tak bergeming sedikit pun.

Saat Daren akan membalas omongan Karin, Mama Karin datang menghampiri mereka.

"Ada apa? Kenapa kalian belum berangkat?" Tanyanya heran.

"Ini mah, masa Daren yang bonceng Karin? Harusnya kan Karin yang bonceng dia" Rajuk Karin sambil menuding Daren.

"Daren disini kan baru tante, jadi belum tau daerah sini! Nanti kalau nyasar gimana?" Jawab Daren membela diri.

"Ya udah Karin nggak papa kamu yang didepan. Dari pada nyasar dan tambah lama. Cepetan udah jam setengah tujuh lewat sepuluh menit loh" Kata sang Mama mengingatkan sambil menyuruh Karin cepat - cepat mengayuh sepedanya.

"Ayo Rin, gayuh yang cepat. Jangan sampai kita terlambat" Kata Daren saat Karin melajukan sepedanya dengan pelan.

"Duuh, kalau kayak gini caranya kita bakal telat Rin" Ucap Daren lagi sambil sesekali melihat jam tangannya.

"Ih berisik banget sih kamu, tenang aja kenapa" Kata Karin menanggapi perkataan Daren.

Sepanjang perjalanan Daren terus merecoki Karin dengan kata - kata telat yang membuat Karin kesal dan merasa heran kemana Daren yang kemaren sangat irit banget dengan kata. Apa mungkin Daren yang sebenarnya adalah Daren yang saat ini tengah diboncengnya?

Saat mendekat jalan yang menurun Karin mempunyai ide untuk mengerjai Daren, seketika memasuki jalanan turun Karin langsung mengayuh sepedanya dengan penuh kecepatan membuat Daren yang tadinya merecokinya dengan kata - kata telat, kini merocokinya dengan kata - kata pelan.

"Karrriiiiiiiiiiin pelan - pelan, Awas Rin rem - rem" Katanya disaat Karin hampir menabarak seseorang saat berada ditikungan namun karena Karin sudah mahir dengan sepedanya dia hanya menghindar tanpa memperlambat laju sepedanya.

"Riiin, rem ntar kita nabrak orang" Teriak Daren namun tak dipedulikan oleh Karin

"Ach berisik, ntar kita telat" Kata Karin dengan tetep mempercepat gayuh sepedanya membuat Daren mempererat pegangannya di ujung boncengan.

Saat berada di tikungan terkahir ada sebuah batu besar yang membuat Karin kaget dan tak mampu menghindar dan menginjak batu tersebut, membuat ia sedikit terangkat keatas sandel, namun itu tak kunjung membuatnya memperlambat laju sepeda..

Setelah sudah mendekati gerbang sekolah Karin menghentikan sepeda sambil mengusap keringat didahi dengan punggung tangannya, lalu tersenyum menengok kearah Daren yang sudah turun sambil membungkukkan badan. Kening Karin berkerut namun dibibirnya tersungging senyum puas karena berhasil mengerjai Daren.

"Ini baru naik sepeda tuan Daren, tapi kenapa anda seakan ingin muntah" Kata Karin dengan nada yang dibuat - buat.

Daren hanya mendongakkan kepala sambil menahan rasa sakit

"Gila kamu Riin naik sepeda kayak kesetanan gitu. Nggak tau apa ini sakit" Kata Daren sambil menunjuk perutnya, Karin menutup mulutnya dengan ekspresi yang sangat dibuat - buat.

"Ooops aku nggak tau, Maaf ya! Ach Berhubung udah nyampe depan gerbang, dan 3 menit lagi bel ber berbunyi, aku duluan ya! Kamu nggak berminat aku bantu berjalan ke dalam sekolahkan?" Tanya Karin sambil memandang Daren yang berusaha menegakkan tubuhnya kembali.

"Nggak perlu" Jawab Daren tegas

"Ok bye" Kata Karin sambil berjalan menuntun sepedanya dan tak mempedulikan Daren yang menatapnya dengan rasa jengkel.

Karin berjalan acuh saat dirasakan semua orang sedang menatapnya dengan aneh, dan Karin berhenti saat matanya bertatapan dengan mata seseorang yang pernah ia kenal namun ia lupa siapa namanya. Orang itu menghampirinya sambil menyungginggkan senyum tulusnya yang membuat Karin merasa pernah melihat senyum itu, namun ingatan tentang orang itu belum ia temukan.

"Baru berangkat bareng sama Daren ya!" Katanya yang menyadarkan Karin untuk tak memperhatikan senyumnya.

"Oh iya! Itu dia di belakang" Jawab Karin sambil menunjuk ke arah belakangnya kini Karin ingat siapa orang yang menegurnya tadi, kalau tidak salah dia orang yang pernah meminta ijin dengan Daren untuk duduk di tempatnya saat di kantin. dan tanpa permisi ia meneruskan jalannya kembali dan tak menghiraukan tatapan orang tadi.

To be Continue

Ach pendek banget ya! Udah gitu ceritanya nggak aneh lagi.

Maaf deh kalau kurang panjang, dan nggak jelas gini. Karena aku sebagai penulis masih kekurangan ide ini. Makasih ya udah mau baca1 :-)

2 comments:

Ana merya said...

Ha ha ha, jadi mereka berdua berboncengan pake sepeda.
Ah, co cweet cekayih....
Tapi, ngomong ngomong, mereka nggak beneran di jodohin kan?...
gkgkgkgkgkkg

Unknown said...

Ana merya
hehehehe
klu msalah d.jodohin nggaknya. liat ntar aj yak :-)