Wednesday 2 October 2013

"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 3"

Cerpen Cinta ini Untukmu

Hai aku kembali lagi dengan musim panas, ini part selanjutnya dari "Cerpen Cinta Ini Untukmu"

Part ini baru aku ketik langsung aku publish, nggak pake aku edit dulu. Biasanya kalau ngepost cerpen aku edit dulu baru aku publis, jadi kalau bahasanya agak membingungkan maklumin aja ya!

Oke deh nggak pake lama silahkan membaca :-)



Daren menghela napas ketika melihat sekeliling kantin yang ada dihadapannya penuh sesak, memalingkan pandangan sebentar ke arah makanan yang kini berada ditangannya dan kembali memandang ke sekeliling kantin berusaha mencari tempat yang kosong. Sejenak matanya berhenti di tempat duduk yang masih memiliki ruang, tidak kosong sih, sudah ada yang menempati tapi masih ada bangku untuknya duduk.

"Kita duduk dimana nih bro" Kata seseorang yang menepuk bahunya, Daren hanya melihatnya sekilas lalu pandangannya beralih lagi ke bangku yang masih kosong.

Daren ragu apakah ia dan Bayu yang tadi menepuknya bisa duduk dibnagku yang kosong itu, ketika Daren melihat siapa yang lebih dahulu menduduki bangku itu. Ya seorang gadis yang kemaren menangis karena perkataan Daren, mengingat itu Daren ragu untuk menghampiri bangku itu.

"Masa kita makan sambil berdiri sih" Kata Bayu yang belum menyadari ada bangku yang kosong, kata itu pula yang terlintas dihati Daren namun beda pemikiran karena Daren sudah menemukan tempat yang kosong namun dia ragu untuk menghampirinya.

"Aha, ada duh satu tempat yang masih kosong" Kata Bayu sambil menyenggol lengan Daren memberi isyarat agar Daren mengikuti arah telunjuknya.

Mata Daren mengikuti telunjuk Bayu dan berhenti tepat dibangku yang sedari tadi ia pandangi, kemudian Daren mengikuti langkah Bayu yang sudah mendahuluinya. Daren hanya bisa menghela napas saat sudah berada di depan bangku tersebut.

"Boleh duduk disini?" Tanya Bayu kepada 3 orang yang sudah menduduki tempat ini sebelumnya, Daren hanya bisa diam sambil menunggu untuk dipersilahkan.

Ketiga cewek itu mendongak lalu membulatkan mata mereka saat menyadari siapa yang ada dihadapannya.

"Tempat duduk yang lain penuh, jadi kami meminta ijin untuk duduk disini" Kata Bayu menambahkan karena kedua gadis masih diam menatap dia dan Daren dengan tidak percaya sedangkan gadis yang satunya malah tidak mempedulikannya.

"Bagaimana? Boleh kami duduk disini?" Tanya Daren kali ini karena dia merasa terlalu lama menunggu jawabannya. Kedua gadis yang sedari tadi melihat dengan bola mata yang berbinar langsung memangguk setuju sedangkan gadis yang kini berada di depannya duduk saja dan lebih tertarik melanjutkan makanannya dari pada merespon Daren.

"Terima kasih" Kata Bayu dan duduk di depan bangku depan mereka.

****

Sarah dan Gina masih tidak percaya kalau didepan mereka adalah sosok yang selama ini mereka kagumi yaitu Daren. Meski mereka mengagumi Daren dari dulu tapi mereka tak pernah berani menyapa Daren tapi kali ini justru Daren lah yang mendatangi mereka, bukankah itu hal yang sangat menyenangkan jika kau menyukai seseorang dan hanya bisa mengamatinya dari jauh kini keadaan berbanding terbalik karena orang yang kamu sukai menegurmu lebih dulu, rasanya sangat menyenangkan bukan.

Sarah dan Gina masih senyum - senyum dan mengamati Daren saat Bayu menayakan pendapat seseorang disamping Sarah,

"Kamu nggak keberatan kan kita duduk disini" Kata Bayu membuat Sarah dan Gina sadar kalau ada Karin menimbulkan rasa tidak enak karena tidak menanyakan pendapat Karin yang mempunyai sedikit masalah dengan Daren.

"Kenapa?" Jawab Karin acuh,

"Ya mungkin kamu sedikit keberatan dengan adanya kami" Lanjut Bayu penuh penekanan pada kata kami sambil melirik Daren yang memang dari tadi memasang muka was - was. Sebenarnya kata kami itu ia tunjukkan untuk Daren karena Daren lah mempunyai masalah dengan Karin.

Karin tersenyum simpul "Ini kantin dan juga tempat umum jadi bukan hak aku untuk melarang kalian duduk disini" Jawab Karin yang dibalas dengan tatapan aneh oleh Bayu, Sarah, Gina dan juga Daren namun sepertinya Karin tidak mempermasalahkannya dan lebih memilih menikmati makanannya kembali.

"Terimakasih" Ucap Bayu sambil tersenyum tulus membuat Karin mendongak sejenak untuk membalas senyumnya sebelum kembali menikmati makanan.

Mereka pun menikmati makanan mereka masing - masing, suasananya memang agak canggung mengingat tidak ada yang berbicara dan Daren merasa dia selalu diperhatikan oleh entah siapa karena Daren tak bisa menangkap basah orang yang memperhatikannya.

"Kalau makan jangan terburu - buru. Nanti tersedak" Ucap Daren saat ia menghentikan makannya karena merasa diperhatikan.

Sebenarnya bukan maksud Daren memperhatikan cara makan orang yang ada dihadapannya, namun karena posisinya seperti itu ia bisa melihat kalau orang yang ada dihadapannya ini memakan makanannya terlalu cepat.

"Uhuk - uhuk - uhuk"Baru diperingatkan Karin langsung tersedak, dengan sigap semua orang yang ada dimeja meyodorkan minuman kepadanya, kecuali orang yang memperingatkannya.

"Waaah kalian sangat perhatian kepadaku. Uhuk - uhuk" Ucap Karin disela - sela tersedaknya dan lebih memilih mengambil minumannya sendiri yang tinggal sedikit karena merasa bingung mau mengambil minuman milik siapa.

"Duh Karin, tersedak sakit ya! Nyampe nangis gitu" Kata Gina merasa iba melihat Karin yang mengeluarkan air mata. Karin hanya mengibas - ibaskan tangan kepada Gina sambil masih berusaha meradakan pedas akibat tersedaknya, ia lalu mengambil minum Sarah yang berada disampingnya dan berusah meraih tisu yang memang agak jauh dari jangkauannya.

Lalu sebuah tangan mengulurkan tisu, dengan cepat Karin menyambar tisu itu lalu mengusap air matanya, tanpa berpikir siapa yang menyodorkan tisu kepadanya.

"Tisunya kurang?" Tanya seseorang sambil meletakkan box tisu didepannya membuat Karin mengernyit saat sadar kalau orang yang menyodorkan tisu dan mengambilkan box adalah Daren.

"Terima hiks kasih" Jawabnya dengan masih ada efek seperti orang menangis karena tersedak.

"Udah Rin jangan nangis, kan dia cuma ngambilin tisu ko' kamu nyampe nangis gitu karena saking terharunya ya?" Kata Gina dengan bodohnya mengira Karin merasa terharu karena sikap Daren yang baik kepadanya.

Karin hanya bisa membuka mulutnya dan sedikit melirik Daren yang salah tingkah.

"Maksudnya apa coba" Kata Sarah sambil menaikkan alisnya merasa bingung dengan perkataan Gina, sedangkan Bayu hanya angkat bahu saja.

"Aku bukan nangis karena itu, ini bakso pedes karena tersedak jadi pedesnya menjadi dua kali lipat, bikin mataku berair "Kata Karin mencoba menjelaskan pada mereka sambil masih mengsap air yang keluar dari matanya, sedang ia yakin kini wajahnya sudah merah akibat kepedesan.

Kalian pernah merasakan kalau kita tersedak saat memakan makanan pedas pasti efek pedasnya jadi 2 kali lipat membuat mata kita berair.

"Aku ke toilet dulu" Kata Karin langsung beranjak pergi meninggalkan kantin, sedangkan teman - temannya hanya bisa melihat kepergiannya.

"Temen kalian aneh" Komentar Bayu saat Karin sudah menghilang dari kantin.

"Masa?" Tanya Sarah dan Gina berbarengan yang hanya dibalas Bayu dengan anggukan kepalanya, sedang Daren hanya diam meneruskan makanannya tampak tak tertarik dengan obrolan mereka.

****

Karin dengan sedikit terburu - buru menuruni tangga rumahnya, mencari sosok sang Mama yang mungkin ada di dapur

"Ma, Karin pergi dulu ya"Kata Karin setelah mencium tangan mamanya, lalu langsung bergegas menuju pintu rumah.

"Eh Karin, masa pergi gitu aja, bantuin Mama dulu" Teriak Mama dari arah dapur.

"Nggak sempet ma, Karin buru - buru ini" Kata Karin yang sudah berniat membuka pintu, saat pintu sudah terbuka tiba - tiba ada sebuah jitakan mendarat di kepalanya.

"Aduh" Ucap Karin sambil memegang kepalanya,

"Maaf, aku pikir belum terbuka" Kata seseorang yang berada di depannya, Karin menurunkan tangannya bersiap memarahi siapa yang berani menjitaknya.

"Kamu" Tuding Karin kaget setelah tau siapa yang menjitakknya, orang yang menjitak Karin juga tak kalah kaget melihat Karin yang berada didepan pintu masuk rumah yang tadi hendak ia ketuk.

"HALO KARIIIN" Teriakan seseorang menyadarkan kekagetannya dan Karin mengalihkan pandangannya ke belakang cowok itu.

"Tante Ririn?" Kata Karin, tante Ririn langsung menghambur memeluk Karin dan Karin membalasnya,

"Karin ada siapa? Eh kamu udah dateng jenk" Itu suara Mama Karin yang mendekat ke pintu, Tante Ririn melepas pelukannya dan bergegas memeluk sahabatnya yaitu Mama Karin.

Karin yang masih sedikit shok karena Daren juga berada disini bersama Tante Ririn dan Om Danu sahabat karib orang tuanya hanya bisa mematung melihat keakraban kedua orang tuanya dengan Tante Ririn dan Om Danu.

"Oiya sampai lupa aku kesini sama anakku, Daren ayo masuk" Ajak Tante Ririn, Daren menurut dan berjalan melewati Karin begitu saja.

"Loh Karin ko' diam aja disitu, masuk donk" Kata Papa dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Karin.

Karin pernah mendengar bahwa Tante Ririn mempunyai anak laki - laki yang seumuran dengannya, tapi dia tidak menyangka kalau Darenlah anak yang dimaksud oleh Tante Ririn. Dunia ini benar - benar sempit ternyata!

Karin duduk sebelah Mama yang satu sofa dengan Tante Ririn dan menghadap Daren, sedangkan Papanya satu sofa dengan Om Danu dan juga Daren, untuk kedua kalinya ia berhadapan dengan sosok yang pernah menghinanya, Karin hanya bisa menghela napas berusaha mengusir rasa kikuk yang menyerangnya.

Keempat orang yang ada didekatnya mengobrol seru tentang masa lalu mereka, sedangkan Daren hanya asyik dengan tabletnya, dan Karin hanya menempelkan dagunya dilengan sofa yang sedang ia duduki.

"Oiya lupa" Kata Tante Ririn,"Karin kamu ingetkan dulu tante pernah cerita tentang anak tante? Itu dia anak tante namanya Daren" Jelas Tante Ririn sambil menunujukkan Daren membuat Karin mengalihkan pandangannya ke Daren, Daren hanya mengangkat wajahnya sejenak lalu kembali asyik dengan Tabletnya.

"Karin nggak sopan ach, ditanyain posisinya ko' malas - malasan gitu" Tegur Mamanya membuat Karin menegakkan tubuhnya.

"Seharusnya kalian udah saling kenal, kalian kan satu sekolahan" Kata Om Danu sambil menyikut lengan Daren, Daren mengerti dan memasukan tabletnya ke dalam tas yang dari tadi ada dipangkuannya.

"Kamu kenal Daren kan Karin?" Tanya Tante Ririn.

"Kenal tante" Jawab Karin sambil tersenyum "Walau kenal karena hal negativ" Lanjut Karin dalam hati ia tidak bisa mengutarakan pendapatnya itu karena dirasa tidak sopan.

"Pasti Daren juga kenal Karin donk?" Tanya Mama Karin sambil memandang Daren.

"Nggak" Jawab Daren singkat yang membuat Karin melotot karenanya.

"Bagaimana bisa dia nggak kenal aku, udah jelas - jelas pernah bicara. Ya walau pembicaraannya bukan dalam konteks baik sih, tapi harusnya dia bersikap lebih sopan dengan basa - basi kenal kek" Gerutu Karin dalam hati.

Ternyata bukan hanya Karin yang melotot kepada Daren, Tetapi kedua orang tua Daren juga melotot karena perkataan Daren yang dinilai mereka kurang sopan.

"Kenal wajahnya aja, nggak kenal nama" Lanjut Daren saat tatapan semua orang melihatnya aneh.

"Owh iya, selama kita ketemu aku kan belum pernah menyebut namaku, tapi aku juga tau namanya dari Sarah bukan dari dia langsung. Harusnya dia bisa tau namaku saat orang - orang memanggil namaku kan. Sungguh anak ini terlalu" Gerutu Karin masih dalam hatinya.

"Owh panteslah! Kan sekolah mereka luas jadi nggak mungkin tau semua nama siswa yang satu angkatan. Aku dulu juga nggak inget semua nama teman yang satu angkatan denganku, kecuali beberapa orang sajalah" Kata Papa Karin saat dirasa suasana menjadi kurang beres.

"Kenal nama bukan berarti juga berteman baik" Kata Karin dengan nada sengit sambil menatap Daren tajam, Daren juga membalas tatapannya dengan santai tanpa ada rasa bersalah di matanya.

"Hahahaa ya udah nggak usah dibahas. Sekarang yang terpenting kalian sudah saling kenalkan?" Kata Mama Karin menengahi, lalu menatap Karin dengan tatapan "Karin jaga omongan kamu".

Karin hanya memutar matanya, dan berhenti saat melihat jam yang bertengger manis di dinding.

"Ach ya Allah, Karin telat deh" Kata Karin sambil berdiri panik, sedangkan semua orang melihatnya dengan bingung.

Karena shok akibat kedatangan Daren bersama Tante Ririn, dan kenyataan bahwa dia anak Tante Ririn membuatnya lupa kalau dia ada urusan, dengan cepat - cepat ia berpamitan kepada Mamanya lalu pergi sambil membawa sepedanya.

****

Karin menguap seperti biasa saat keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju dapur, seperti biasa ia bangun karena kehausan dan air minum yang semalem ia sediakan sudah habis diminumnya. Karin lagi - lagi menguap saat melewati ruang tengah, matanya masih setengah tertutup saat berjalan menuju dapur.

"Pagi" Suara sapaan seseorang yang mampu ditangkap oleh telinga Karin.

"Pagi juga pah, ko' tumben udah selesai sholatnya?" Balas Karin sambil menuangkan air putih ke gelas dan tidak memperhatikan siapa yang menyapanya,

"Tunggu, biasanya jam segini kan Papa sama Mama masih sholat" Gumamnya dalam hati sambil menegak air minumnya.

"Dan tadi juga bukan seperti suara papa" Lanjutnya sambil memutar badan ke sumber suara yang ia dengar.

Disana nampak seseorang yang sedang duduk di karpet dan didepannya sebuah meja belajar lipat dengan berbagai buku diatasnya, orang itu menengok kearah Karin sambil tersenyum lalu asyik kembali dengan buku yang ada didepannya.

Karin memutar otak berusaha mengingat wajah orang yang tadi tersenyum kepadanya, setelah teringat matanya membelalak lebar dan hampir menjatuhkan gelas kalau saja tangannya tidak sigap menanggap gelas yang jatuh dari mulutnya.

"WWWWWWWAAAAAAAAAAAAAAAAA" Teriak Karin membuat seseorang yang sedang asyik dengan buku menutup telinganya, kemudian disusul dengan suara derap langkah kaki dari arah ruang sholat menuju ke ruang tengah.

"Ada apa, ada apa?" Tanya sang Papa yang merasa kaget mendengar teriakan Karin,

"Mana malingnya, mana malingnya?" Tanya Mama yang ada dibelakang papa dengan masih menggunakan mukena.

"It.....itu! Kenapa dia ada disini" Jawab Karin terbata - bata sambil menunjuk seseorang yang melihatnya dengan bingung, wajahnya pucat seperti orang ketakutan karena melihat hantu.

"Ihs Karin, Papa kira ada apa" Jawab Papanya sambil mengelus dadanya,

"Ya ampun Karin" Teriak sang Mama panik sambil mendekat ke Karin dan berusaha menutupi Karin dengan mukenanya dari pandangan Daren.

"Mama apaan sih, Jawab dulu pertanyaan Karin" Kata Karin yang tak mengerti dengan tingkah Mamanya yang seakan ingin menutupi badannya dengan mukena yang ia kenakan.

"Ganti dulu baju kamu dengan yang lebih sopan" Kata sang Mama membuat Karin melihat badannya sendiri, benar saja apa yang dikatakan sang Mama kalau saat ini Karin harus mengganti pakaiannya karena yang ia kenakan hanya sebuah tentop dan boxer pendek sangat tidak sopan jika diperlihatkan kepada orang asing yang tidak memiliki hubungan saudara.

"AAAAAAAAAAAACCCCCCCCHHHHHHHHHH" Teriak Lagi Karin dengan wajah yang sangat merah karena malu.

Menyadari hal itu papanya langsung ke arah Daren dan menyuruh Daren membalikkan badan agar tak melihat Karin, sementara sang Mama berusaha menutupi Karin dengan mukena sambil berjalan ke lantai atas menuju kamar Karin.

"Nak Daren jangan menengok ke belakang ayo hadap tembok dulu" Ucap sang Papa dengan lembut dan berusaha menahan malu, sedangkan Daren mencoba mengerjai Papa Karin dengan sedikit menengok ke belakang.

"Aduh nak Daren dibilangin jangan menengok kebelakang" Kata Papa sambil mengarahkan kepala Daren agar tidak menengok ke belakang.

"Kamu apa - apaan sih, keluar kamar dengan pakaian seperti itu, nggak sopan tau" Gertak sang Mama saat sudah sampai didalam kamar Karin.

"Ih Mama yang apa - apaan kenapa nggak bilang ke Karin kalau Daren ada disini. Biasanya Karin kalau tidur pake pakaian begini. Mana Karin tau kalau ada Daren disini" Gerutu Karin sambil duduk di tepi ranjangnya.

"Oiya Mama lupa kasih tau kamu habis semalem kamu pulang langsung tidur sih" Kata sang Mama, Karin hanya bisa menghela napas.

"Ih pasti dia tadi ngeliat badanku deh, kan jadi malu kalau ketemu dia lagi" Gumam Karin dalam hati.

"Daren nginep disini berapa hari Ma?" Tanya Karin berharap hanya hari ini Daren ada di rumahnya.

"Sampai dia lulus SMA" Jawab Mama sambil melepas mukena.

"AAPAA" Teriak Karin membuat Mamanya menutup telinga untuk ketiga kalinya di pagi ini.

To Be Continue

Ya nggak nyangka Daren sama Karin tinggal satu rumah. Apa jadinya ya ntar!

Gimana menurut kalian? Ceritanya tambah seru, ngebosenin apa datar aja? atau mungkin ngebingungin?

Minta Saran lagi ach sama pendapat.

Sarannya

- Mau dibikin gimana lagi ini cerita.

Minta Pendapat dari Kalian yang sering baca tulisanku atau yang pernah baca tulisanku.

Menurut Kalian gimana bahasa yang aku gunakan? Masih bikin kalian bingung atau udah lebih baik? Atau malah kalian sering kebingungan dengan bahasa tulisanku yang amatiran ini??

Kemaren ada yang nyaranin dibikin lebih romantis, author masih berusaha bikin jadi romantis ya walau hasilnya belum ada, soalnya masih belajar gimana ngegambarin suasana romantis. Jadi sekalian nunggu anggap aja ini cerita masih awal, masih pengenalan tokoh belum kemistrinya! ok!

Jangan bosen - bosen buat kasih saran terus ya!

Mohon kritik dan sarannya ya!

Thanks buat Kalian yang udah baca!




0 comments: