Hai - hai ketemu lagi nih ma Author yang amatiran. Pada nunggu kelanjutan cerpen kemaren nggak? Ini kelanjutan Cerpen Remaja Romantis"Cerpen Cinta ini Untukmu.
Ya udah deh happy reading aja yah!
Karin keluar kamar sambil mengucek - ngucek mata dan sesekali menguap, jam di dinding menunjukkan waktu subuh. Biasanya Karin langsung ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat berjama'ah bersama papa dan mamanya, namun karena ada tamu bulanan dia tidak tergesa - tergesa ke kamar mandi melainkan pergi menuju dapur dan mengambil air minum.
Karin menarik kursi makan sebelumnya meneguk air minumnya, ketika air yang ada digelas sudah habis Ia menengok ke belakang karena mendengar seseorang yang sedang berjalan ke arah dapur.
"Pagi sayang udah bangun?" Sapa Mama yang berjalan melewati Karin dan berjalan mendekat pintu belakang untuk membukanya.
Karin hanya mengangguk saja
"Hari ini kamu lagi halangankan? Ko' tumben bangun pagi" Tanya Papanya sambil menarik kursi dan duduk disebelah Karin .
"Tadi ngambil minum Pa!" Jawab Karin sambil menutup mulut dengan tangan karena menguap sedangkan tangan satunya mengacungkan gelas yang kini telah kosong,
"Kemaren kamu kenapa ndo? Pulang sekolah ko' lesu kaya gitu" Kata Mama sambil merapikan dapur bersiap untuk memasak.
"Emang kenapa? Ada masalah apa di sekolah?" Tanya sang Papa penasaran. Karin melihat orang tuanya satu persatu dengan rasa malas.
"Begini nih kalau punya orang tua yang super protektif pasti pengen tau segala urusan anaknya" Pikir Karin dalam hati sambil menguap.
"Karin, kalau ditanya jawab donk, jangan cuma nguap gitu aja" Kata Mama sambil duduk di depan Karin.
"Iya ma" Kata Karin melihat satu persatu orang tuanya kembali
"Kemaren itu Hari paling nggak mengenakan bagi Karin" Jawab Karin sambil berusaha mengusir kantuknya
"Kenapa?" Jawab Papa dan Mamanya secara bersamaan sambil mengubah cara duduk mereka yang tadinya santai kini terlihat lebih tegak.
"Karena Karin ngalami kejadian yang sangat memalukan Pa, Ma" Jawab Karin sambil memasang muka serius, membuat orang tuanya menatapnya dengan lebih serius.
"Kemarin di sekolah ada turnamen taekwondo sekabupaten" Lanjut Karin sambil lagi - lagi menguap.
"Terus" Jawab kedua orang tuanya
"Karin dipaksa nonton sama Sarah, dan disana penuh sama murid - murid di sekolah Karin" Lanjut Karin lagi sambil geleng - geleng kepala mencoba mengusir rasa kantuknya, sedangkan kedua orang tua Karin melihatnya dengan penasaran.
"Terus" Ucap mereka bersamaan lagi.
"Karena penuh sesak Karin nontonnya nggak bisa mendekat, namun karena Karin penasaran, jadi Karin berusaha mendekat dengan cara menerobos kerumunan siswa. Dan pada saat Karin tinggal selangkah lagi bisa melihat dengan jelas, kaki Karin kesandung sesuatu" Kata Karin yang kini sudah bisa mengatasi kantuknya.
"Terus?" Tanya Mama yang masih penasaran dengan cerita Karin
"Biar papa tebak, kamu jatuh nyungsep ke depan terus ditertawain sama teman - teman kamu ya?" Kata Papa mengeluarkan pendapatnya.
Karin hanya menggeleng - geleng kepala "Lebih parah dari itu" Jawab Karin santai
"Kamu terluka?, kepala kamu ke bentur lantai iya nak, lalu gagar otak ya. Mana yang sakit. Kita harus bawa Karin ke rumah sakit pa" Tanya Mama sambil menghampiri Karin dan memeriksa kepala Karin
"Aduh Mama apan sih, lebay deh. orang Karin cuma nggak sengaja nyium cowok ko' " Jawab Karin sambil berusaha menapis tangan mamanya.
"APA" Teriak sang Papa yang tidak menyangka Karin akan berbuat seperti itu. Perkataan mencium cowok membuat Papa Karin marah. Itu hal yang wajar bagi seorang ayah yang tidak mau anaknya menjadi wanita murahan dengan melakukan perbuatan tercela seperti itu. Membuat Karin langsung menutup mulutnya karena menyadari perkataannya membuat Papanya marah.
"Aduh keceplosan nih" Gumam Karin sambil geleng - geleng kepala.
"Kamu tadi bilang apa nak?" Tanya Mama dengan nada lembut, sedangkan Papanya melihatnya dengan tatapan tajam.
"Ayo jelasin ke Papa apa maksud perkataan kamu itu?" Tanya Papa dengan nada lebih tajam.
"Itu terjadi nggak sengaja Pa, Ma" Kata Karin menjelaskan sambil memandang kedua orang tuanya secara bergantian
"Nggak sengaja gimana?" Tanya Papanya dengan nada tegas.
"Karena kaki Karin kepleset terus Karin jatuh tepat disamping cowok yang sedang bertanding Pa, dan bibir Karin nempel di pipinya. Itu beneran nggak sengaja Pa, suer deh" Jelas Karin mencoba meyakinkan Papanya.
"Bener? Kamu nggak sengaja nyium? Apa kamu cuma beralasan karena kamu suka sama cowok itu" Tanya Papa membuat Karin mendongakkan kepala sambil melongo menatap Papanya, sedang Mamanya hanya mengelus - elus rambut Karin dengan lembut.
"Nggak lah Pa, Karin baru pertama kali ketemu sama dia, lagian bukan sifat Karin agresif gitu" Jawab Karin dengan tegas. Papanya terkadang memang suka berlebihan dalam menilai pergaulan Karin. Tapi Karin tau kalau Papanya bertindak seperti itu karena Papanya sangat sayang sama dia.
"Beneran Pa, Karin nggak bo'ong" Kata Karin saat dirasa Papanya masih menatapnya dengan tatapan curiga. Papanya hanya bisa menghela napas.
"Hem, terus cowok itu bilang apa sama kamu?" Tanya Mama berusaha mengalihkan perhatian Karin dari Papanya.
Karin menundukkan kepala dan menghela napas mengingat apa yang dikatakan Daren sangat kelewatan.
"Dia bilang kalau Karin cewek murahan, padahal Karin kan nggak sengaja?" Jawab Karin dengan nada sedih dan menundukkan kembali kepalanya.
"Kurang ajar banget itu bocah, dia kan baru ketemu sama kamu. Masa gara - gara hal itu kamu di nilai cewek murahan! Mama nggak terima ini" kata Mamanya dengan berapi - api.
"Siapa namanya? Biar Mama labrak dia. Berani - beraninya dia menilai anak mama seperti itu. Ayo Karin bilang ke mama siapa namanya, ntar Mama ke sekolah kamu" Lanjut sang Mama penuh amarah.
Orang tua mana coba yang nggak terima jika anaknya dikatakan seperti itu, padahal meski tidak berada disamping sang anak selama 24 jam, tapi sang Mama tau kalau Karin bukan cewek yang seperti itu.
Membuat Karin dan Papanya saling menatap ngeri mengingat kemarahan sang Mama yang notabene mantan atlit taekwondo dan mempunyai penyakit darah tinggi.
"Udah Ma, udah sabar. Biarkan Karin yang menyelesaikan masalahnya sendiri. Nanti kalau dia nggak bisa menyelesaikan, baru kita tolong dia" Kata Papa yang berusaha menurunkan emosi Mama.
"Iya Ma, Karin pasti bisa menyelesaikan masalah ini. Jadi Mama tenang aja ya!" Kata Karin sambil memeluk pinggang Mamanya, Mamanya pun kini tenang dan duduk di samping Karin.
"Ya udah deh, sekarang kamu masuk kamar dan ganti baju yang lebih sopan. Lalu bantuin Mama nyiapin sarapan" Perintah Mama sambil melirik Karin yang hanya menggunakan tenktop dan celana boxer pendek saja.
Karin hanya bisa nyengir kuda sebelum beranjak pergi ke kamarnya.
****
Karin berjalan dengan hati - hati saat memasuki area sekolahnya, ia yakin bahwa sekarang ini pasti banyak siswa yang mengenalinya. Saat dirasa aman ia melangkahkan kaki dengan cepat menuju koridor yang menghubungkan ruang dengan gerbang sekolah.
"Karin" Sapa seorang cowok yang Karin tak tau namanya.
Karin hanya bisa tersenyum simpul saja mengingat ia tidak kenal dan juga tidak pernah bertemu dengan orang yang menyapanya. Karin bukan tipe seseorang yang selalu berusaha mengenal semua cowok disekolahnya, bukan juga orang yang tidak peduli dengan lingkungan sosialnya, Karin hanya mengenal beberapa anak cowok yang pernah sekelas dengannya atau yang pernah bersosial dengannya. Namun cowok yang menyapa Karin tadi, ia yakini bukan teman sekelas atau pernah berbicara dengan Karin sebelumnya, cowok Karin benar - benar tidak tau namanya meski terkadang dia sering melihatnya.
"Karin" Begitu banyak siswa cowok yang menyapanya namun sapaan mereka dinilai Karin sangat menghinanya membuat Karin lebih baik mengacuhkan sapaan tersebut dari pada membalasnya.
"Ih dia kan cewek yang kemaren itu kan?" Bisik seseorang saat Karin hampir mencapai kelasnya.
"Iya masih berani ke sekolah ya ternyata" Kata seorang cewek lainnya yang Karin kenal dengan nama Rena, Karin segera mempercepat langkahnya untuk masuk kelas.
Saat Karin hendak masuk dia menabrak seseorang yang ada didepannya.
"Aduh maaf nggak sengaja" Kata Karin berusaha meminta maaf kepada seseorang yang dia tabrak.
"Aduh Karin ati - ati donk" Balas Lia dengan nada ketus,
"Ya elah Lia aku kan udah bilang nggak sengaja, permisi" Kata Karin sambil neloyor begitu saja tanpa mempedulikan gerutuan Lia yang keluar dengan menghentak - hentakkan kakinya dan duduk tenang di bangkunya.
Karin benar - benar bingung, semua orang kini mengenalnya. Bukannya Karin nggak mau terkenal, Hei siapa sih yang nggak mau terkenal? Semua orang pasti pengen terkenal dikenal dan mempunyai banyak teman.
Tapi kalau terkenalnya karena hal negatif mending nggak usah. Karin hanya bisa menghela napas kesal.
"Hei pagi - pagi bengong" Sapa Sarah yang langsung menduduki tempat duduk sebelah Karin.
"Hem" Karin hanya menjawab dengan gugaman malas.
"Hei Rin, kamu sekarang banyak yang nanyain deh" Kata Gina yang langsung ngomel saat pertama datang.
"Hem" Gumam Karin tidak mempedulikan Gina malah sibuk dengan buku yang ada didepannya.
"Iya tadi waktu aku mau ke kelas ada yang nanyain aku kenal sama kamu nggak, aku jawab kenal, bahkan dia teman baik aku" Kata Gina meneruskan ceritanya dengan semangat.
"Hem" Lagi - lagi Karin hanya bisa menggumam tak jelas.
"Ko' malah nggak seneng sih? Harusnya kan seneng karena kamu terkenal" Kata Gina dengan nada polosnya.
"Gina udah nggak usah cerita tentang itu" Jawab Sarah
"Loh emang kenapa ada yang salah ya?" Tanya Gina lagi
"Ya nggak seneng lah, dikenal karena nyium orang sembarangan didepan banyak anak lagi, kayak cewek murahan aja sih" Kata Lia dengan nada mengejeknya.
"Ngefans sih ngefans tapi kalau kelakuan kayak gitu itu namanya bukan ngefans tapi kepengen nyium" Lanjutnya sambil duduk dibangku dan melirik Karin sekilas.
Sarah yang mendengar sudah berdiri dan ingin menghampiri Lia, namun tangannya ditahan oleh Karin. Sedangkan Gina yang memang nggak tau apa - apa hanya melongo dan berkomentar dengan "Kok bisa?"
"Udah lah Sar nggak usah diladenin. Lagian dengan kamu meladeni mereka berarti kamu membuktikan kalau aku memang seperti yang mereka kira" Kata Karin santai membuat Sarah duduk kembali.
"Tapi kamu nggak bisa diem aja gitu donk Rin, dia itu sudah keteralaluan banget tau" Kata Sarah dengannada emosi.
"Udah nggak usah diladeni, sini duduk aja dengan tenang" Kata Karin memaksa Sarah untuk duduk kembali.
"Ceritain sama Gina apa yang terjadi sama kamu kemaren?" Kata Gina menuntut penjelasan sama Karin dan Sarah.
****
Pernahkah kalian mengalami kejadian saat kalian tak mengenal seseorang kalian tak pernah bertemu dengan orang itu!
Namun saat kalian mengenal seseorang itu entah bagaimana caranya tanpa sengaja kalian sering melihatnya.
Karin menghela napas karena entah udah berapa kali dia melihat Daren cowok yang membuatnya merasa dihina di sekolah padahal sebelumnya kejadian kemaren dia tak pernah melihat Daren dimanapun. Dari tadi jam istirahat pertama dia nggak sengaja melihatnya di kantin, dikoridor kelas, meski kelihatannya Daren tak menyadari keberadaannya dan kini malah Daren berada di ruang perpus di tempat duduk yang biasa diisi oleh Karin.
"Ko' bisa sih hari ini aku ketemu dia terus, padahal sebelumnya nggak pernah" Gumam Karin sambil berjalan melewati Daren menuju rak buku.
Sepertinya Daren tidak sadar akan kehadirannya membuat Karin lebih tenang untuk melewatinya. Karin mencari buku yang akan ia gunakan untuk mengerjakan tugasnya, setelah mendapatkan buku yang ia cari, Karin berbelok berniat untuk duduk di tempat yang biasa ia duduki.
"Eh" Kata Karin saat ia mendapati Daren sedang menatapnya.
"Kamu ngikutin aku?" Tanya Daren dengan nada dingin, membuat Karin mengerutkan keningnya.
"Jangan bercanda, untuk apa aku ngikutin kamu" Jawab Karin sambil tertawa dengan nada mengejek.
"Bagaimana bisa dia berpikir sepeti itu" Kata Karin dalam hati sambil geleng - geleng kepalanya.
"Terus ngapain kamu kesini?" Tanya Daren membuat kening Karin tambah berkerut.
"Ya cari buku lah, inikan perpustakaan dan tempat umum buat siswa kenapa aku nggak boleh kesini coba" Jawab Karin sambil masih tersenyum,
"Ya udah gih sana cari tempat duduk lain" Usir Daren, bukannya menjauh Karin malah semakin mendekat.
Membuat Daren menatapnya lebih tajam.
"Aku minta maaf" Kata Karin sambil mengulurkan tangannya, bukannya membalas uluran tangan Karin, Daren malah meliriknya dengan pandangan mencela.
"Untuk yang kemaren, aku benar - benar nggak sengaja jadi aku minta maaf" Kata Karin dengan masih mengulurkan tangannya, namun Daren malah sibuk dengan bukunya kembali dan tidak menghiraukan Karin.
"Oke kuanggap kau menerima permintaan maaf dariku" Kata Karin sambil menarik kembali tangannya.
"Kupikir kau juga harus minta maaf padaku karena kau telah berkata kasar padaku" Lanjut Karin membuat Daren mengalihkan perhatiannya dan menatap Karin dengan kening yang berkerut.
"Kata orang kita tidak boleh menilai seseorang baik atau buruk dari saat pertama kali bertemu, jadi aku pikir aku tidak boleh menilai drimu jahat karena menghinaku disaat pertama kali bertemu, dan aku pikir kau juga tidak boleh menilaiku seperti itu hanya karena kejadian kemaren" Lanjut Karin menjelaskan kenapa Daren harus meminta maaf kepadanya.
Daren tersenyum misterius yang menurut Karin itu senyuman mengejeknya.
"Lalu apa aku benar - benar salah jika menilaimu seperti itu karena menurutku perbuatan menyium seseorang yang bahkan tak kau kenal adalah perbuatan yang mencerminkan cewek itu murahan? Jadi bagiku itu wajar dan tak ada salahnya" Kata Daren santai sambil menatap Karin yang kini sedang menahan emosi dan air matanya.
"Kalau tak ada lagi yang ingin kau katakan lebih baik kau pergi" Usir Daren dengan memalingkan wajahnya ke buku yang sedang dibacanya
"Kalau begitu aku juga tidak salah menilaimu jahat karena tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain dan menilai orang dengan seenaknya, bahkan kau membuatnya menjadi seseorang yang terhina di sekolah ini. Berarti aku yang benar dalam menilaimu sebagai orang jahat, bukan mereka yang selalu menilaimu dengan kata baik yang sempurna. Bagiku kau adalah orang jahat yang sangat jahat. Salahku adalah masih mau meminta maaf pada orang yang telah menghinaku dan berharap akan mendapat maafnya walau perbuatanku itu tidak sepenuhnya salahku. Mungkin itu saja yang bisa aku katakan, permisi" Kata Karin diiringi dengan air matanya yang mengalir sambil berbalik dan berlari meninggalkan ruang perpustakaan dan tidak mempedulikan tatapan - tatapan anak lain yang memandangnya dan bahkan mungkin mendengar kata - katanya.
Daren yang tadinya tak mempedulikan Karin kini hanya bisa menatap kepergian Karin dengan menghela napas.
"Apa tadi aku sangat keterlaluan ya!" Gumam Daren sambil menutup buku yang ia baca dan beranjak dari tempat duduknya. Berusaha menutupi rasa malunya karena kini ia menjadi pusat perhatian dengan tatapan yang merendahkannya ia berjalan sesantai mungkin seperti biasanya, seperti kejadian tadi tak pernah terjadi walaupun rasa bersalah menghampiri hatinya, membuatnya ingin meminta maaf pada gadis yang barusan menemuinya.
To Be Continue
Huuh Daren benar - benar nggak bisa dimaafin ya! Padahal Karin udah meminta maaf tapi malah dia seperti itu. Kasian Karin udah dihina mau minta maaf tapi masih tetep dihina lagi.
Jangan nangis ya Karin, eh tapi Karin udah nangis ya!
Ya udah deh minta sarannya aja, harus diapain itu sih Daren biar nggak bikin Karin nangis lagi
1 comments:
Best Online Casino in Malaysia | Online Casino Malaysia
The best Online Casino Malaysia, we've got all the worrione best online casinos in Malaysia - 온카지노 we have you covered! We 바카라 사이트 have the biggest casino in the world
Post a Comment