Sebenarnya penulis bingung mau lanjutin cerpen ini apa nggak, coz banyak pertimbangan - pertimbangan tersendiri sih. Tapi ide cerita ini masih ada diotak penulis, So lanjutin dulu aja deh. :-)
Maukah Kau Menugguku Part 3
Aisya terdiam merenung sambil berkali - kali ia ucapkan kalimat istighfar, dan berkali - kali pula ia menghembuskan napas berat di kamarnya. Aisya memikirkan seseorang yang akhir - akhir ini menganggunya, pemuda yang entah dari mana asalnya namun sudah beberapa hari ini selalu bertemu dan menggangunya.
"Astaghfirullahaladzim, aku nggak boleh mikirin dia. Astaghfirullah" Gumam Aisya sambil menepuk - nepuk dadanya kebiasaan Aisya saat ia sedang merasa sedikit resah.
Tiba - tiba terdengar suara kakak ipar yang memanggilnya.
"Ia mba" Aisya buru - buru mengambil kerudung panjang dan mengenakannya lalu keluar kamar menuju dapur untuk menemui kakak iparnya.
"Ada apa mba?" Tanya Aisya saat menemukan kakak iparnya yang sedang menyiapkan makan siang untuk suaminya.
"Mba mau minta tolong sama kamu, tolong bayarkan kontrakan sama ummi Ani, soalnya bentar lagi mba mau bawa makan siang ini ke kakak kamu" Kata Mba Anis kakak ipar Aisya. Aisya hanya mengangguk dan mba Anis masuk ke kamar untuk mengambil uang kontrakan.
Mba Anispun pamit untuk mengantarkan makan siang suaminya yang sedang bekerja dan menyerahkan urusan pembayaran kontrakan kepada Aisya.
Setelah mengunci pintu kontrakan Aisya lalu pergi ke rumah pemilik kontrakan yang tak jauh dari rumah kontrakannya.
"Assalamu alaikum" Salam Aisya sambil mengetuk - ngetuk pintu pemilik rumah, tak beberapa lama pintu terbuka namun buka ummi Ani yang membukakan pintu tetapi anak laki - lakinya.
"Eh mba Aisya, ada perlu apa mba?" Tanya Ardi anak ummi Ani kepada Aisya.
"Ummi ada mas? Saya ada perlu sama Ummi" Jawab Aisya sambil menundukkan kepalanya.
"Sebentar ya mba" Kata Ardi sambil masuk untuk memanggil umminya. Aisya menunggu di luar tanpa berniat untuk masuk ke dalam rumah.
"Katanya disuruh masuk aja mba" Kata Ardi setelah kembali menemui Aisya, Aisya nampak berpikir sejenak untuk masuk apa menunggu saja. Namun ia putuskan untuk masuk dan menemui ummi Ani didalam rumahnya.
Aisya yang tak pernah masuk ke rumah Ummi Ani, ia merasa bingung harus ke arah mana, sedangkan Ardi tak memberi tahu kemana dia harus berjalan. Aisya berjalan kurus sambil sesekali memanggil nama Ummi Ani, tak sengaja Aisya menabrak seseorang yang mendadak keluar dari ruang samping.
"Astaghfirullah maaf mas" Kata Aisya tanpa menatap muka orang yang ditabraknya.
"Hei, kita bertemu lagi" Kata orang yang tak sengaja ditabrak Aisya, Aisya memberanikan diri untuk menatap orang yang ia tabrak
"Kamu" Kata Aisya dengan nada sedikit kaget, dibalas dengan anggukan dan senyuman orang yang didepannya.
"Waah, apakah ini hanya kebetulan atau apa mungkin kita memang benar - benar berjodoh?" Kata Ridwan sambil tersenyum melihat muka Aisya yang kaget bercampur dengan heran.
"Bagaimana dia ada disini?" Gumam Aisya dengan nada pelan.
Aisya hanya bisa terdiam dan menunduk saja, sedangkan Ridwan masing merasa mimpi dia bertemu lagi dengan Aisya dan ingin mengajaknya untuk mengobrol. Ketika Ridwan akan memulai pembicaraan, namun terganggu oleh kedatangan Ardi yang memanggilnya.
"Hai bro lama sekali loe" Kata Ardi yang muncul dari belakang Aisya, Ridwan hanya tersenyum kecut menanggapi perkataan Ardi.
"Perusak suasana" Batin Ridwan, Aisya hanya bisa diam terpaku karena merasa tak nyaman dengan situasi seperti ini.
"Eh mba Aisya belum ketemu sama Ummi, Ummi ada didapur. Mba Aisya lurus aja kesana" Kata Ardi sambil menunjukkan arah dapurnya. Aisya hanya bisa mengucapakan kata terimakasih sambil menunduk dan pergi meninggalkan mereka. Ridwan hanya bisa cemberut karena kesempatan untuk bersama Aisya terganggu oleh kehadiran Ardi.
"Ach elo bro, kenapa datangnya cepet banget sih. Ganggu gue aja" Omel Ridwan setelah Aisya pergi dari mereka.
"Lah emang kenapa? Emang loe kenal sama mba Aisya?" Tanya Ardi sambil mengajak Ridwan ke ruang santainya.
"Dia itu gadis yang tempo hari gue ceritain" Kata Ridwan sambil mengambil cemilan yang ada meja.
"Jadi gadis yang loe taksir itu mba Aisya?" Tanya Ardi memastikan, Ridwan hanya mengangguk saja tanpa menoleh ke arah Ardi.
"Serius loe" Tanya Ardi sambil duduk disebelah Ridwan hanya menatapnya dengan makna penuh keyakinan bahwa ia benar - benar menyukai Aisya.
Melihat keseriusan yang ada dimata Ridwan, Ardi hanya bisa geleng - geleng kepala dan merasa lemas.
"Kenapa Loe bro" Tanya Ridwan melihat perubahan sikap Ardi kepadanya.
"Nggak apa - apa! Loe yakin apa yang loe rasakan?"
"Gue yakin seyakin - yakinnya, emang loe kenal banget sama Aisya ya bro?" Tanya Ridwan yang dibalas dengan anggukan Ardi.
"Oiya gue hampir lupa kenapa Aisya bisa ada di rumah loe?" Tanya Ridwan sambil memasukan cemilan ke dalam mulutnya.
"Dia kesini mau ketemu sama Ummi, paling juga mau bayar kontrakan. Biasanya sih yang bayar kakak iparnya Mba Anis, tumben banget dia yang kesini" Kata Ardi menjelaskan kenapa Aisya bisa ada di rumahnya.
"Bayar kontrakan?" Tanya Ridwan memastikan bahwa ia nggak salah dengar.
"Iya, dia salah satu orang yang ngontrak di rumah kontrkan nyokap gue, dia tinggal bersama kakak laki - laki dan kakak iparnya. Udah lama ko' dia ada disini" Jawab Ardi sambil mengambil cemilan di tangan Ridwan.
"Owh, ko' gue nggak pernah liat dia ya?" Tanya Ridwan lagi sambil menerawang sudah sering ia ke rumah Ardi tapi nggak pernah bertemu dengan pujaan hatinya.
"Yee, gue aja jarang ketemu sama dia. Apa lagi loe?" Kata Ardi sambil mendorong kepala Ridwan.
Ardi terdiam karena sedang memilih - milih kaset film yang akan ditontonnya, sedangkan Ridwan terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Kenapa loe senyum - senyum sendiri" Tanya Ardi kepada Ridwan yang sedang sibuk dengan pikirannya.
"Jadi loe bisa bantu gue donk" Kata Ridwan kepada Ardi yang menatapnya dengan kening berkerut.
"Bantu apa?" Tanya Ardi dengan penasaran Ridwan mendekati Ardi yang akan memasukkan kaset ke dalam dvdnya.
"Ya bantuin gue buat ndapetin si Aisya itu" Jawab Ridwan sambil memegang bahu Ardi.
"Haah, gue nggak mau" Jawab Ardi dengan cepat sambil berpindah tempat duduk,
"Lah emang kenapa bro? Loe kan paling jago soal cewek?" Tanya Ridwan sambil berpindah tempat duduk di samping Ardi.
"Masalahnya ini mba Aisya bro! kalau cewek - cewek yang lain mah, gue mungkin bisa bantu elo" Kata Ardi tanpa memandang Ridwan yang terlihat sedang berpikir.
"Apa masalahnya? Aisya sama - sama cewek kan? Dia pasti suka bila diperlakuin sama seperti cewek - cewek yang lain" Timpal Ridwan mengeluarkan pendapatnya.
"Aisya itu cewek yang berbeda sob, dia nggak cuma mandang lawan jenis dari ketampanan, kekayaan dan kepinterannya saja bro" Kata Ardi yang kini berubah serius.
"Kalau loe mau ngedapatein dia, loe harus punya nilai plus dimatanya. Kalau loe nggak punya nilai itu jangan harap deh loe dilirik sama si Aisya itu" Lanjut Ardi sambil mendekatkan wajahnya ke arah Ridwan yang kini sedang mencoba mencerna setiap kata yang Ardi ucapkan.
"Emang menurut loe nilai plus yang diinginkan Aisya apa bro" Tanya Ridwan yang sudah paham setiap kata yang Ardi ucapkan.
"Agama dan akhlak" Jawab Ardi singkat dengan tersenyum kepada sahabatnya itu.
1 comments:
bagus loh kak, aku suka ceritanya. seorang wanita muslimah yang tidak banyak bicara. Lanjutin dong kak :-)
Post a Comment