Setelah part 1nya kini giliran part 2, hem.........
nggak pake lama deh silahkan baca ya..................
nggak pake lama deh silahkan baca ya..................
Maukah kau menungguku Part 2
Ridwan berjalan ke toko buku untuk membeli sebuah buku tentang pengobatan, Ridwan masih mencari - cari dideretan buku yang terpajang di toko buku itu, namun buku yang ia cari tak kunjung ia temukan.
"Permisi bisa saya bantu mas?" Tanya seorang pegawai kepada Ridwan, karena Ridwan terlihat sangat kebingungan mencari buku yang dibutuhkannya.
"Owh ini mba, saya mencari sebuah buku untuk pengobatan alternatif" Jawab Ridwan kepada pegawai toko pegawai toko itu pun membawa Ridwan kederetan buku untuk pengobatan. Ridwan berterimakasih kepada pegawai toko karena sudah membantunya.
"Terima kasih mba" Kata Ridwan sambil tersenyum dan dibalas dengan senyuman dari pegawai toko itu.
"Sama - sama Mas" Jawabnya, Pegawai toko itu meninggalkan Ridwan dengan terus menatapnya. Ridwan hanya mampu menghela napas dan merasa risih karena terlalu diperhatikan oleh si pegawai.
Tak berapa jauh dari Ridwan terdapat seorang gadis yang sedang mencari buku dideretan buku tentang agama. Gadis itu merasa kebingungan karena buku yang ia cari belum juga ia temukan, seorang pegawai toko mendatanginya.
"Kamu nyari buku apa Aisyah?" Tanya seorang penjaga toko kepada gadis tersebut. Gadis tersebut pun mendongak dan tersenyum.
"Ini Rin, buku sirah nabinya ko' belum ada ya?" Jawab gadis itu kepada penjaga toko yang kebetulan adalah temannya sendiri. Ya gadis itu bernama Aisya.
"Itu belum dateng, ntar wis kalau udah dateng gue kasih tau loe" Jawab Rina kepada Aisya, Aisya pun manggut - manggut mengerti. Karena ada cutomer Rina terpaksa meninggalkan Aisya sendirian dideretannya. Ridwan yang tak sengaja mendengar percakapan mereka pun menoleh kepada sang pemilik suara yang pernah ia kenal.
Benar saja apa yang diduga Ridwan bahwa gadis itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang satu bus dengannya, Ridwan tersenyum senang karena dia bisa bertemu dengan gadis itu kembali.
"Kebetulan sekali gue bertemu dengannya disini, gue ingin tau siapa namanya" Gumam Ridwan sambil melangkah menuju gadis tersebut. Gadis dengan balutan jilbab yang sama longgar dan sama panjangnya dengan yang kemaren ia kenakan namun berbeda warna.
"Hai kita bertemu lagi" Sapa Ridwan yang kini berada disamping gadis itu, gadis itu menoleh kearah Ridwan dan mengkerutkan kening sesaat namun ia kembali menatap ke deretan buku yang ada didepannya.
"Nggak nyangka kita bisa ketemu disini, loe masih ingat gue kan?" Tanya Ridwan dengan beraninya, namun lagi - lagi sang gadis mengacuhkannya dan tak mempedulikan omongan Ridwan.
"Gue Ridwan nama loe siapa?" Tanya Ridwan sambil mengulurkan tangannya meski telah dicuekin berapa kali namun Ridwan tak menyerah, jadi dia berniat untuk berkenalan dengan gadis yang ada didepannya.
Aisya memandang tangan Ridwan, lalu memandangnya dengan penuh kecurigaan.
"Maaf mas saya harus ke kasir, permisi" Kata Aisya mengacuhkan uluran tangan Ridwan, Ridwan hanya mampu terbengong - bengong dan sedikit kesal karena dia telah diacuhkan oleh Aisya.
"Haah biasanya gue yang cuek sama cewek, eh sekarang gue yang dicuekin sama cewek, huuh benar - benar cewek aneh" Gumam Ridwan sambil berjalan kearah kasir dengan membawa buku yang dibelinya.
"Loe cuma beli ini aja Sya?" Tanya Rina yang bertugas sebagai kasir, Aisya hanya mengangguk saja, Rina menghitung pembelian Aisya yang berupa buku yang tadi diambil oleh Aisya. Aisya akan membayarnya belanjaannya dan merogoh tas untuk mengambil dompetnya, namun dompet yang ia cari tak kunjung ia temukan.
"Kenapa Sya?" Tanya Rina saat sudah selesai memasukan semua data buku Aisya ke mesin kasir.
"Dompet aku ketinggalan Rin? Gimana ya?" Jawab Aisya merasa sedih dan kebingungan.
"Hem, loe mau gue talangi dulu?" Kata Rina, Aisya pun tersenyum merasa senang.
"Kalau kamu ikhlas, ntar malam aku kembalikan uang kamu ke kostsan" Kata Aisya, Rina pun mengganguk tanda setuju.
"Ya udah gue talangin dulu ya" Kata Rina sambil akan memasukan nominal pembayaran ke mesin kasir. Tiba - tiba Ridwan menyodorkan ATMnya kepada Rina.
"Pake ini aja, sekalian punyaku tolong dihitung" Katanya sambil tersenyum kepada Aisya, Aisya mengkerutkan kening bingung, namun ia menundukkan wajahnya kembali.
"Ini belanjaannya mas dan ini belanjaanmu Aisya" Kata Rina menyodorkan belanjaan mereka berdua.
"Terimakasih" Kata Aisya dan Ridwan berbarengan sedangkan Rina tersenyum kepada Ridwan menunjukkan ketertarikannya kepada Ridwan, Ridwan hanya mendengus dan berjalan keluar toko.
"Tampan ya Sya, loe kenal dia" Tanya Rina saat Aisya sedang memasukan belanjaannya. Aisya hanya menggeleng - gelengkan kepalanya, lalu ia pun keluar toko buku tersebut.
Aisya keluar dan berniat untuk menegoisasi atas pembayaran bukunya yang telah dibayar kepada pemuda tadi. Namun pemuda yang Aisya cari tak ada di depan toko Aisya pun celingukan kesana kemari mencoba mencari pemuda yang telah menolongnya.
"Ya dia sudah pergi, gimana cara mbayar buku ini" Gumam Aisya sambil berbalik, Tiba -tiba saja pemuda yang dari tadi dia cari tepat dibelakang Aisya Menbuat Aisya kaget dan langsung melangkah mundur.
"Astaghfirullah" Gumam Aisya karena hampir menabrak Ridwan
"Loe nyari gue?" Tanya Ridwan kepada Aisya yang kini sudah sedikit tenang. Aisya hanya mengangguk tanpa memandang Ridwan.
"Terima kasih, karena kamu sudah mau membayarkan buku saya, sekarang bagaimana saya harus membayarnya?" Tanya Aisya dengan menundukkan kepalanya, tanpa mau memandang Ridwan.
"Owh itu, nyante aja lagi! Nggak usah dibayar juga nggak apa -apa. Nama loe siapa?" Tanya Ridwan memandang gadis yang ada didepannya dengan seksama.
"Saya cuma nggak mau punya utang sama kamu, jadi bagaimana saya harus membayar utang saya" Bukannya menjawab pertanyaan Ridwan, Aisya malah meminta cara agar ia terbebas dari utangnya.
Ridwan bingung harus gimana karena dia nggak meminta bayaran Ridwan hanya ingin tau siapa nama gadis yang berada didepannya. Ridwan sedikit berpikir bagaimana cara buat mengetahui nama gadis didepannya. Meski ia sudah mendengar nama sang gadis dari kasir toko buku tadi, tapi Ridwan ingin mengetahuinya langsung dari sang gadis.
"Hem, kalau loe maksa gimana kalau cara bayarnya kamu kasih tau nama kamu, alamat dan no telf kamu biar kita bisa ketemu lagi gimana?" Tanya Ridwan sambil tersenyum
"Apa?" Jawab Aisya sambil mendongak kearah Ridwan dengan tatapan tajam.
"Kenapa loe ngliatin gue kaya gitu, gue nggak bermaksud jahat ko' sama loe, gue cuma ingin kenal lebih dekat aja sama loe" Kata Ridwan berusaha menenangkan Aisya, namun bukannya tenang Aisya malah menatapnya dengan penuh amarah.
"Jangan berpikir semua wanita itu sama ya mas" Jawab Aisya dengan lantang karena amarahnya sudah tak bisa terkontrol.
"Kenapa dia marah? Apa gue salah ngomong ya?" Batin Ridwan sambil menelan ludahnya, dan tak berani menatap gadis yang ada didepannya.
Aisya nampak berpikir mencari ide agar ia bisa terbebas dari pemuda yang ada didepannya, kemudian ia tersenyum sendiri, membuat Ridwan merasa bingung. Aisya kemudian masuk kembali kedalam toko dan meninggalkan Ridwan yang terbengong - terbengong.
Tak berapa lama Aisya kembalidari dalam toko dengan membawa sejumlah uang.
"Ini aku bayar utangku, mohon diterima agar kita impas" Kata Aisya sambil menyodorkan uang kepada Ridwan. Ridwan hanya menatap tangan Aisya sambil mengerutkan kening.
"Kalau gue nggak mau menerimanya gimana" Tantang Ridwan kepada Aisya, dan Ridwan yakin kalau Aisya akan melunak dan memberikan nama serta no telfonnya.
Aisya nampak mengerutkan kening, dan terlihat benar - benar kesal dengan sikap pemuda yang ada didepannya ini.
"Terserah kamu, tapi bagi saya ini sudah lunas" Kata Aisya sambil memasukan uangnya kedalam tas belanjaan Ridwan yang kebetulan terbuka, lalu segera pergi dari hadapan Ridwan.
Ridwan kaget dan ingin mencegah Aisya namun Aisya keburu pergi mennggalkannya.
"Heh, nama loe siapa" Teriak Ridwan sebelum Aisya semakin menjauh, namun gadis itu tak menoleh sedikitpun kepada Ridwan.
"Aisya" Teriak Ridwan sekali lagi saat Aisya akan menuruni eskalator, dan kini Aisya menoleh kepada Ridwan membuat Ridwan tersenyum kepada Aisya.
"Jadi nama loe Aisya" Gumam Ridwan sambil tersenyum.
***
Ridwan tersenyum saat sedang mengamati struk belanjaan buku yang dibelinya kemaren.Ridwan mengingat kejadian saat berada didepan toko buku tersebut.
"Hayo lagi ngapain bro?" Tanya Ardi yang mengagetkan Ridwan membuat kertas struk yang dari tadi diamati oleh Ridwan jatuh ke lantai, Ridwan kesal dan akan memungut kertas struk yang jatuh namun sudah diambil oleh Genta.
"Kenapa loe bawa struk belanjaan kaya cewek aja!" Timpal Genta sambil menyerahkan kertas struk kepada Ridwan.
"Iya tumben banget loe bawa struk belanja, pasti ada apa - apanya ni? Ayo ngaku loe" Tanya Ardi sambil mendorong tubuh Ridwan.
"Ye ini bukan kertas struk sembarangan" Jawab Ridwan sambil mengelus - elus struk belanjaannya dan tersenyum menggoda, membuat Ardi dan Genta saling berpandangan.
"Maksud loe ini kertas bisa bawa hadiah gitu?" Tanya Genta yang termakan rayuan iklan kupon - kupon berhadiah,
"Apa jangan - jangan ini vouher belanjanya?" Timpal Ardi yang berharap bisa berbelanja gratis, Ridwan hanya menghela napas mendengar pemikiran kedua sahabatnya.
"Kalian itu mikirnya cuma hadiah aja" Jawab Ridwan sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Terus apa donk" Tanya Ardi dan Genta secara berbarengan.
"Kertas ini yang membantu gue menemukan bidadari" Kata Ridwan sambil tersenyum membayangkan wajah Aisya yang selalu cemberut didepannya.
"Haaa gue tau, Loe sedang jatuh cinta ya?" Tebak Genta yang dibalas dengan anggukan Ridwan.
"Haah loe jatuh cinta Wan? sama siapa? cowok apa cewek?" Tanya Ardi merasa tak percaya dengan sahabatnya sekarang.
"Sembarangan loe, sama cewek lah. Gue masih normal kali" Jawab Ridwan sambil menjitak kepala Ardi.
"Ya sory, habisnya loe kan nggak pernah tertarik sama yang namanya cewek, padahal diluar sana banyak cewek - cewek yang naksir sama elo" Terang Ardi sambil mengelus - elus kepalanya.
"Yang ini beda men, gue emang nggak tertarik sama cewek yang biasa. Gue lebih tertarik sama cewek yang luar biasa" Kata Ridwan sambil tersenyum kembali.
"Berarti loe jatuh cinta sama janda donk" Jawab Ardi dan Genta berbarengan, membuat mereka menyesal karena mendapatkan jitakan dari Ridwan.
0 comments:
Post a Comment