Sesampainya di sekolah Astri sudah siap dengan tugas yang akan diembannya yaitu menyebarkan undangan bazar ke instansi - instansi terkait. Beberapa surat ada di tangannya dan Arya sudah menyerahkan tugas ini kepada Astri sepenuhnya, yang Astri bingungkan adalah bagaimana cara efektif umtuk menyebarkan undangannya.
"Gimana nyebarin undangan sebanyak ini" Gumamnya sendiri saat melangkah menuju ruang rapat, setelah meninggalkan kelas.
Astri sangat terburu - terburu hingga tak sengaja menabrak seseorang membuat semua undangan berhampuran kemana - mana.
"Aduh, ya undangannya berhamburan deh" Kata Astri sebel dam menunduk untuk memunguti surat - surat undangannya.
"Loe nggak bisa hati - hati ya kalau jalan" Kata Rey yang masih diam terpaku tanpa mencoba menolong Astri.
Astri cemberut mendengar perkataan Rey, ia memandang sejenak Rey dengan kesal dan kembali berkonsentrasi pada aktifitas memungut suratnya.
Tiba - tiba Rey berjongkok dan membantu Astri untuk memunguti surat -suratnya.
"Ini " Kata Rey sambil menyodorkan surat - suratnya. Astri pun menerimanya dengan sedikit kesal.
"Apa - apaan itu, bukannya terimakasih udah dibantuin malah nerimanya kaya nggak ikhlas" Kata Rey menyindir sikap Astri barusan.
Astri menatapnya dengan heran, "sejak kapan dia meminta terimakasih?" Batin Astri.
"Terimakasih" Kata Astri namun tak memandang Rey dan masih bersikap cuek, Rey pun menatapnya dengan sangat heran, Astri pun demikian, heran dengan tatapan Rey kepadanya.
"Kenapa ngeliatin gue kaya gitu" Tanya Astri dengan penasaran akan tatapan Rey.
Rey menghela napas sebelum menjawabnya,"Loe nggak tau cara terimakasih yang benar ya? ko' terimakasihnya kaya gitu" Jawab Rey.
"Hei, sejak kapan loe suka berbicara panjang lebar" Kata Astri ketus, bukannya menjawab namun Rey malah mempertajam tatapannya.
"Ia ya gue minta maaf, makasih ya Rey atas bantuannya" Kata Astri yang diikuti dengan senyum tulusnya.
"Nah gitu kan manis" Kata Rey sambil tersenyum dan pergi begitu saja meninggalkan Astri yang terbengong -bengong.
Astri meletakkan surat - surat itu diatas meja yang di kelilingi oleh Rena, Nina dan Rey karena memang Rey ikut dalam panitai humas osis. Astri sejenak memandang Rey yang bersikap seperti biasa saja.
"Gimana cara nyebarnya As?" Tanya Rena sambil memegang surat - surat yang banyak di depannya.
"Sepertinya kita nggak bisa nyebar secara bersamaan, jadi kita bagi aja gimana" Usul Astri memandang mereka.
"Gue sih setuju aja" Kata Nina sambil mengambil beberapa surat itu, Rey hanya diam tak memperhatikan Astri.
"Tapi gue nggak mau nyebar sendirian" Terang Rena
"Ya udah loe sama gue aja" Potong Nina saat Astri ingin membuka mulutnya,
"Gimana As? Gue sama Rena, loe sama Rey, loe setuju nggak Rey?" Jawab Nina mengambil keputusan.
"Gue sih terserah aja" Kata Rey cuek.
Astri pun hanya bisa pasrah menerima keputusan ini, memang ini keputusan yang terbaik. Tapi Astri tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya, ia masih teringat kejadian kemaren saat berada di ruang belakang aula.
"Aduh Astri ayo fokus, anggap aja kemaren itu Rey cuma bercanda. Harus Fokus Astri harus fokus" Bisik Astri dalam hati.
Setelah meminta ijin pada pihak sekolah mereka pun berangkat dengan pasangan masing - masing, dan mencoba berlawanan arah. Rena dengan Nina dan Astri dengan Rey.
***
Semua undangan yang ada ditangan Astri sudah habis tersebar tinggal satu untuk sebuah sekolah menengah yang cukup terkenal, dan mereka sedang menuju tempat terakhir yang akan dituju. Astri dan Rey bertemu dengan satpam penjaga yang menjaga gedung itu, satpam itu menyeruh Astri untuk langsung lurus saja didalam ada belokan nanti Astri bisa belok kiri.
Astri pun menuruti perkataan satpam dengan Rey berada disampingnya.
"Dimana tempatnya ya Rey?" Tanya Astri saat berjalan mencoba mencari ruang kepala sekolah, karena memang sekolah ini termasuk sekolah besar membuat Astri menjadi bingung.
"Loe bisa nggak nunggu gue disini" Kata Rey tiba - tiba saat mereka sedang berada di koridor, Astri mengerutkan kening bingung.
"Emang loe mau kemana Rey?" Tanya Astri.
"Gue ada panggilan alam nih, loe tunggu gue disini dan jangan kemana - mana nyampe gue dateng, ok" Kata Rey belum sempet Astri menjawab Rey sudah berlari meninggalkan Astri.
Astri menunggu Rey dengan gelisah sudah 20 menit Astri menunggu namun Rey tak juga kembali, tiba - tiba ada seorang bapak melewati Astri, Astri pun ternyum kepadanya. Tak lama di belakang bapak tersebut Rey muncul dengan tenang dan tak merasa bersalah terhadap Astri yang sudah lama menunggunya.
"Aduh Rey, lho kemana aja sih gue udah pegal nungguin loe tau" Cerca Astri saat Rey sudah berada didekatnya, Astri pun menarik tangan Rey untuk meneruskan mencari ruangan kepala sekolah.
"Mau kemana?" Tanya Rey sambil menahan tangan Astri
"Ya ketemu sama kepala sekolahnya lah" Jawab Astri nggak sabar
"Telat baru aja kepala sekolahnya keluar" Jawab Rey tenang, Astri pun menunjuk ke arah belakang, lalu bersiap untuk mengejar kepala sekolah yang barusan lewat.
Namun tangannya tertahan oleh tangan Rey lagi,
"Loe mau kemana lagi?"Tanya Rey yang tak tau tujuan Astri,
"Ya ngejar kepala sekolah tadi lah" Jawab Astri,"Gimana sih loe, ini gara - gara loe sih tadi kelamaan jadi kita nggak bisa ketemu kepala sekolah itu" Lanjutnya dengan muka cemberut.
Rey pun menghela napas, ia mencoba bersabar menghadapi Astri yang terkadang suka buru - buru.
"Suratnya udah gue serahin, jadi nggak ada gunanya juga kalau mengejar kepala sekolah itu" Jawab Rey enteng sambil mengeluarkan bukti tanda tangan kepala sekolah tersebut.
Astri hanya bengong dan mencoba memeriksa proposalnya, Rey pun pergi meninggalkan Astri. Buru - buru Astri mengejarnya dan mengucapkan maaf karena sikapnya tadi yang suka buru - buru, tapi Rey diam saja dan bersikap cuek.
"Rey gue minta maaf karena sikap gue barusan" Kata Astri saat langkahnya udah bisa sejajar dengan langkah Rey, Rey pun berhenti dan memandang Astri sambil tersenyum.
"Ngapain juga minta maaf ayo buruan pulang" Ajak Rey sambil menarik tangan Astri.
***
"Entah sejak kapan hubunganku dengan Rey makin dekat aja, ya walau terkadang dia masih suka cuek. Tapi setidaknya hampir tiap hari aku bisa berbicara sama dia. Diary kau tau kemaren aku hampir aja ketahuan kalau aku suka pangeran, aku bingung dengan pertanyaannya kenapa dia bertanya seperti itu. Apa dia sudah tau kalau aku suka sama dia." Astri pun meletekan pulpennya ke tempatnya kembali.
Namun buru - buru Astri mengambil pulpen itu lagi. "Pangeran Rey = si Cowok Misterius" Tulis Astri sambil tersenyum dan menutup buku diarynya untuk segera ke alam mimpinya.
Hari ini acara Bazar dimulai semua siswa yang mengikutinya sudah berkumpul dan sudah menyiapkan stand - stand mereka. Astri dan kawan - kawan mendapatkan tugas jaga di ruang belakang aula, sedang yang lain kebanyakan mendapatkan tugas di ruang depan aula.
"Kayanya bazar kali ini lebih rame dari tahun kemaren ya Nin?" Tanya Rena kepada Nina saat mereka sedang mengawasi persiapan bazar.
"Iya, apalagi ntar ada penampilan bandnya, pasti seru deh" Jawab Nina.
Astri datang menghampiri mereka dengan cara yang mengendap - ngendap. Ia berniat untuk mengagetkan mereka, Astri sangat berhati - hati agar mereka tidak menengok ke belakang. Pada saat Astri sudah dekat dengan Nina dan Rena siap untuk melancarkan aksinya, namun tiba - tiba Nina menengok ke belakang mendapati Astri sedang mengangkat tangan, Astri tak mampu berkutik karena ia tak bisa meneruskan aksinya, Astri hanya bisa tersenyum kecut kepada Nina.
"Kenapa loe?" Tanya Nina yang heran dengan sikap Astri, Rena pun berbalik untuk melihat Astri.
"Nggak kenapa - napa" Kata Astri mencoba bersikap biasa saja.
"Gue tahu loe pasti mau nguping pembicaraan kita ya?" Kata Rena sambil menunjuk wajah Astri membuat Astri membuka mulut tidak percaya "Astri Astri pembicaraan gue sama Nina bukan pembicaraan yang rahasia ko', jadi nggak usah pake diam - diam buat nguping segala" Lanjut Rena.
"Eh." Kata Astri "Sama juga yang mau nguping orang mau ngagetin juga" Gumam Astri.sambil memalingkan mukanya.
"Loe ngomong apa As?" Tanya Rena, Astri buru - buru langsung menggelengkan kepala.
"Gimana nyebarin undangan sebanyak ini" Gumamnya sendiri saat melangkah menuju ruang rapat, setelah meninggalkan kelas.
Astri sangat terburu - terburu hingga tak sengaja menabrak seseorang membuat semua undangan berhampuran kemana - mana.
"Aduh, ya undangannya berhamburan deh" Kata Astri sebel dam menunduk untuk memunguti surat - surat undangannya.
"Loe nggak bisa hati - hati ya kalau jalan" Kata Rey yang masih diam terpaku tanpa mencoba menolong Astri.
Astri cemberut mendengar perkataan Rey, ia memandang sejenak Rey dengan kesal dan kembali berkonsentrasi pada aktifitas memungut suratnya.
Tiba - tiba Rey berjongkok dan membantu Astri untuk memunguti surat -suratnya.
"Ini " Kata Rey sambil menyodorkan surat - suratnya. Astri pun menerimanya dengan sedikit kesal.
"Apa - apaan itu, bukannya terimakasih udah dibantuin malah nerimanya kaya nggak ikhlas" Kata Rey menyindir sikap Astri barusan.
Astri menatapnya dengan heran, "sejak kapan dia meminta terimakasih?" Batin Astri.
"Terimakasih" Kata Astri namun tak memandang Rey dan masih bersikap cuek, Rey pun menatapnya dengan sangat heran, Astri pun demikian, heran dengan tatapan Rey kepadanya.
"Kenapa ngeliatin gue kaya gitu" Tanya Astri dengan penasaran akan tatapan Rey.
Rey menghela napas sebelum menjawabnya,"Loe nggak tau cara terimakasih yang benar ya? ko' terimakasihnya kaya gitu" Jawab Rey.
"Hei, sejak kapan loe suka berbicara panjang lebar" Kata Astri ketus, bukannya menjawab namun Rey malah mempertajam tatapannya.
"Ia ya gue minta maaf, makasih ya Rey atas bantuannya" Kata Astri yang diikuti dengan senyum tulusnya.
"Nah gitu kan manis" Kata Rey sambil tersenyum dan pergi begitu saja meninggalkan Astri yang terbengong -bengong.
Astri meletakkan surat - surat itu diatas meja yang di kelilingi oleh Rena, Nina dan Rey karena memang Rey ikut dalam panitai humas osis. Astri sejenak memandang Rey yang bersikap seperti biasa saja.
"Gimana cara nyebarnya As?" Tanya Rena sambil memegang surat - surat yang banyak di depannya.
"Sepertinya kita nggak bisa nyebar secara bersamaan, jadi kita bagi aja gimana" Usul Astri memandang mereka.
"Gue sih setuju aja" Kata Nina sambil mengambil beberapa surat itu, Rey hanya diam tak memperhatikan Astri.
"Tapi gue nggak mau nyebar sendirian" Terang Rena
"Ya udah loe sama gue aja" Potong Nina saat Astri ingin membuka mulutnya,
"Gimana As? Gue sama Rena, loe sama Rey, loe setuju nggak Rey?" Jawab Nina mengambil keputusan.
"Gue sih terserah aja" Kata Rey cuek.
Astri pun hanya bisa pasrah menerima keputusan ini, memang ini keputusan yang terbaik. Tapi Astri tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya, ia masih teringat kejadian kemaren saat berada di ruang belakang aula.
"Aduh Astri ayo fokus, anggap aja kemaren itu Rey cuma bercanda. Harus Fokus Astri harus fokus" Bisik Astri dalam hati.
Setelah meminta ijin pada pihak sekolah mereka pun berangkat dengan pasangan masing - masing, dan mencoba berlawanan arah. Rena dengan Nina dan Astri dengan Rey.
***
Semua undangan yang ada ditangan Astri sudah habis tersebar tinggal satu untuk sebuah sekolah menengah yang cukup terkenal, dan mereka sedang menuju tempat terakhir yang akan dituju. Astri dan Rey bertemu dengan satpam penjaga yang menjaga gedung itu, satpam itu menyeruh Astri untuk langsung lurus saja didalam ada belokan nanti Astri bisa belok kiri.
Astri pun menuruti perkataan satpam dengan Rey berada disampingnya.
"Dimana tempatnya ya Rey?" Tanya Astri saat berjalan mencoba mencari ruang kepala sekolah, karena memang sekolah ini termasuk sekolah besar membuat Astri menjadi bingung.
"Loe bisa nggak nunggu gue disini" Kata Rey tiba - tiba saat mereka sedang berada di koridor, Astri mengerutkan kening bingung.
"Emang loe mau kemana Rey?" Tanya Astri.
"Gue ada panggilan alam nih, loe tunggu gue disini dan jangan kemana - mana nyampe gue dateng, ok" Kata Rey belum sempet Astri menjawab Rey sudah berlari meninggalkan Astri.
Astri menunggu Rey dengan gelisah sudah 20 menit Astri menunggu namun Rey tak juga kembali, tiba - tiba ada seorang bapak melewati Astri, Astri pun ternyum kepadanya. Tak lama di belakang bapak tersebut Rey muncul dengan tenang dan tak merasa bersalah terhadap Astri yang sudah lama menunggunya.
"Aduh Rey, lho kemana aja sih gue udah pegal nungguin loe tau" Cerca Astri saat Rey sudah berada didekatnya, Astri pun menarik tangan Rey untuk meneruskan mencari ruangan kepala sekolah.
"Mau kemana?" Tanya Rey sambil menahan tangan Astri
"Ya ketemu sama kepala sekolahnya lah" Jawab Astri nggak sabar
"Telat baru aja kepala sekolahnya keluar" Jawab Rey tenang, Astri pun menunjuk ke arah belakang, lalu bersiap untuk mengejar kepala sekolah yang barusan lewat.
Namun tangannya tertahan oleh tangan Rey lagi,
"Loe mau kemana lagi?"Tanya Rey yang tak tau tujuan Astri,
"Ya ngejar kepala sekolah tadi lah" Jawab Astri,"Gimana sih loe, ini gara - gara loe sih tadi kelamaan jadi kita nggak bisa ketemu kepala sekolah itu" Lanjutnya dengan muka cemberut.
Rey pun menghela napas, ia mencoba bersabar menghadapi Astri yang terkadang suka buru - buru.
"Suratnya udah gue serahin, jadi nggak ada gunanya juga kalau mengejar kepala sekolah itu" Jawab Rey enteng sambil mengeluarkan bukti tanda tangan kepala sekolah tersebut.
Astri hanya bengong dan mencoba memeriksa proposalnya, Rey pun pergi meninggalkan Astri. Buru - buru Astri mengejarnya dan mengucapkan maaf karena sikapnya tadi yang suka buru - buru, tapi Rey diam saja dan bersikap cuek.
"Rey gue minta maaf karena sikap gue barusan" Kata Astri saat langkahnya udah bisa sejajar dengan langkah Rey, Rey pun berhenti dan memandang Astri sambil tersenyum.
"Ngapain juga minta maaf ayo buruan pulang" Ajak Rey sambil menarik tangan Astri.
***
"Entah sejak kapan hubunganku dengan Rey makin dekat aja, ya walau terkadang dia masih suka cuek. Tapi setidaknya hampir tiap hari aku bisa berbicara sama dia. Diary kau tau kemaren aku hampir aja ketahuan kalau aku suka pangeran, aku bingung dengan pertanyaannya kenapa dia bertanya seperti itu. Apa dia sudah tau kalau aku suka sama dia." Astri pun meletekan pulpennya ke tempatnya kembali.
Namun buru - buru Astri mengambil pulpen itu lagi. "Pangeran Rey = si Cowok Misterius" Tulis Astri sambil tersenyum dan menutup buku diarynya untuk segera ke alam mimpinya.
Hari ini acara Bazar dimulai semua siswa yang mengikutinya sudah berkumpul dan sudah menyiapkan stand - stand mereka. Astri dan kawan - kawan mendapatkan tugas jaga di ruang belakang aula, sedang yang lain kebanyakan mendapatkan tugas di ruang depan aula.
"Kayanya bazar kali ini lebih rame dari tahun kemaren ya Nin?" Tanya Rena kepada Nina saat mereka sedang mengawasi persiapan bazar.
"Iya, apalagi ntar ada penampilan bandnya, pasti seru deh" Jawab Nina.
Astri datang menghampiri mereka dengan cara yang mengendap - ngendap. Ia berniat untuk mengagetkan mereka, Astri sangat berhati - hati agar mereka tidak menengok ke belakang. Pada saat Astri sudah dekat dengan Nina dan Rena siap untuk melancarkan aksinya, namun tiba - tiba Nina menengok ke belakang mendapati Astri sedang mengangkat tangan, Astri tak mampu berkutik karena ia tak bisa meneruskan aksinya, Astri hanya bisa tersenyum kecut kepada Nina.
"Kenapa loe?" Tanya Nina yang heran dengan sikap Astri, Rena pun berbalik untuk melihat Astri.
"Nggak kenapa - napa" Kata Astri mencoba bersikap biasa saja.
"Gue tahu loe pasti mau nguping pembicaraan kita ya?" Kata Rena sambil menunjuk wajah Astri membuat Astri membuka mulut tidak percaya "Astri Astri pembicaraan gue sama Nina bukan pembicaraan yang rahasia ko', jadi nggak usah pake diam - diam buat nguping segala" Lanjut Rena.
"Eh." Kata Astri "Sama juga yang mau nguping orang mau ngagetin juga" Gumam Astri.sambil memalingkan mukanya.
"Loe ngomong apa As?" Tanya Rena, Astri buru - buru langsung menggelengkan kepala.
0 comments:
Post a Comment