Astri terdiam merenung dikamarnya, ia melihat - lihat buku diary yang hanya terisi dengan cerita - cerita soal Rey. Lembar demi lembar Astri baca sambil tersenyum senyum, ia lalu mengambil pulpen pemberian Rey saat MOS.
Astri ingin menulis namun bingung apa yang akan ia tulis dalam buku diarynya. Begitu banyak cerita yang ingin ia tulis dan cerita itu masih sama dengan bertemakan Rey. Astri menghela napas dan mulai menulis.
"Diary, hampir 2 tahun aku mengaguminya, hampir dua tahun aku selalu memperhatikannya dan hampir dua tahun ini aku tak mampu menatap mata indahnya. Mata indah itu selalu penuh misteri bagiku, mata bening yang tak dapat terbaca olehku. Aku yang selama ini tak mampu berbicara langsung denganya, tak mampu berada disampingnya, aku hanya mampu menatap dalam jauh dirinya. Bagaikan upik abu yang hanya bisa melihat jauh pangeran hatinya, namun hari ini aku bisa berada disampingnya, berada dalam satu tempat yang sama dan dapat berbicara secara langsung denganya. Meski pembicaraan yang singkat dan menyebalkan hati, namun aku tetap bersyukur. Andai esok semua bisa berjalan lebih baik lagi, mungkin aku dan dia akan menjadi lebih dekat lagi" Tulisan yang menggambarkan perasaan Astri saat ini, terbayang kejadian tadi pagi dalam benaknya.
"Begitu banyak cerita tentangmu REY" Lanjut Astri. Lalu ia berjalan ke tempat tidurnya.
Berhubung hari ini hari minggu, Astri menyempatkan diri untuk berjoging ria di sekitar rumahnya. Meski sendirian namun Astri tetap merasa senang dan bersemangat.
"Hem, udah sedikit cape, dilanjut jalan kaki aja aaah" Gumamnya sambil mulai berjalan pelan.
Tiba - tiba saja ada sepeda yang menyerempet Astri, alhasil Astri terpeleset dalam lubang tanah yang tidak terlalu dalam, Ia pun mendongak untuk melihat pengendara sepeda yang telah menyerempetnya.
"Ello, sakit tau" Kata Astri setelah melihat sang pengendara sepeda yang ternyata adalah REY.
"Makanya kalau jalan itu ati - ati" Kata Rey sambil melenggang pergi, Astri hanya melongo dibuatnya.
"Hei yang harusnya ngomong kaya gitu kan aku! dia kan yang menabrakku" Kata Astri namun percuma saja karena Rey sudah jauh pergi meninggalkannya.
"Huuh, apa - apaan dia, bukannya minta maaf malah pergi gitu aja" Omel Astri entah untuk siapa karena orang yang ia omeli sudah tidak ada, Astri pun mencoba berdiri, namun kakinya terasa ngilu sehingga ia tak mampu berdiri.
"Aaaw kakiku sakit buat berdiri, udah sepi, nggak bawa hp lagi. gimana pulangnya kalau kaya gini!" Gumam Astri sambil mencoba untuk bangkit namun sia - sia karena kakinya masih terasa ngilu untuk berdiri.
Astri pun bingung bagaimana caranya ia bisa pulang dengan kaki seperti itu.
"Sini gue liat kaki loe" Kata sesorang yang kini jongkok dan memegang kaki Astri, Rey pun memeriksa kaki Astri dan mengolesnya dengan obat. Astri hanya diam tak percaya bahwa kini Rey berada didepannya dan sedang memeriksanya,
Rey mendongak untuk melihat ekspresi Astri beberapa saat mata mereka bertemu pandang, Astri langsung menunduk untuk menghindari tatapan Rey, entah karena obat atau karena cara Rey mengobati Astri yang begitu lembut membuat rasa sakit itu kini telah lenyap.
"Loe bisa berdiri?" Tanya Rey
"Haa, oiya akan gue coba" Kata Astri gugup karena pertanyaan Rey yang tiba - tiba.
Astri mencoba untuk bangkit dengan dibantu Rey, kini kakinya tak terasa ngilu lagi, namun Astri tak mampu berjalan seperti biasa ia sedikit pincang.
"Sepertinya kaki loe terkilir, gue antar loe pulang" Kata Rey sambil mendekatkan sepedanya agar Astri bisa naik diboncengannya.
Astri terdiam tak percaya "Oh Tuhan, apa ini nyata? ataukah hanya mimpi belaka? dia menawarkan diri untuk mengantar aku?" Gumam Astri dalam hatinya.
"Kenapa diem? Loe nggak mau naik sepeda? loe gengsi ya?" Tanya Rey, Astri langsung menggelengkan kepala
"Mana mungkin aku gengsi? apalagi itu bersama kamu" Gumam Astri
"Apa? Loe bilang apa??" Kata Rey dengan nada penasaran
"Nggak gue nggak bilang apa - apa ko'" Jawab Astri dengan wajah memerah, merasa malu jika Rey mendengar gumamannya.
"Oh ya udah ayo naik" Jawab Rey sambil menepuk - nepuk boncengan sepedanya.
Astripun mengikuti keinginan Rey dengan tersenyum. Rey mengayuh sepeda dengan tenang, sedangkan Astri berusaha menutupi kegembiraannya, detak jantungnya seperti tak beraturan dan semakin cepat.
Angannya melayang seperti dalam dongeng sang pangeran Rey menunggang kuda dan ia adalah permaisurinya. Astri pun tersenyum - senyum sendiri, bahkan ia lupa akan rasa sakit dikakinya.
"Rumah Loe dimana As?" Tanya Rey, namun yang ditanya masih asyik dengan angannya, Rey pun berhenti dan menengok Astri
"Loe kenapa ko' senyum - senyum sendiri?" Tanya Rey, Astri langsung terlonjak berdiri karena kaget, namun beberapa kemudian ia merasakan ngilu dikakinya.
"Aaaw" Kata Astri sambil memegangi pergelangan kakiya, Rey hanya tersenyum melihatnya.
"Makanya jangan suka nglamun, rumah loe dimana sih?"
Astri cemberut mendengarnya, ia lalu mengedarkan pandangan kesekeliling,
"Perasaan ini bukan daerah rumahku" pikir Astri dalam hati, " Ya ampun kita kelewatan, harusnya tadi loe belok kiri kenapa loe malah lurus?" Tanya Astri, lebih tepatnya memarahi Rey karena tak berbelok arah.
"Hei loe ko' sewot, gue kan nggak tau rumah loe" Jawab Rey enteng.
"Iya juga ya, ya udah buruan balik arah gih" Kata Astri dengan ketus. Rey pun manyun mendengarnya namum tak urung ia berbalik arah. Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke rumah Astri.
***
Karena kaki yang terkilir akhirnya Astri berangkat diantar oleh mang Udin ojek langganan bundanya.
"Astri, kaki loe kenapa? ko' pincang gitu?" Tanya Nina saat bertemu dengan Astri didepan gerbang sekolah disusul dengan Rena yang menghampiri mereka dengan cara berlari
"Aduh Ren, loe bisa ati -ati nggak sih" Omel Nina karena tubuhnya baru saja ditabrak Rena
"Ooops sory" Jawab Rena sambil tersenyum manja, "Ya ampun, loe nggak apa - apa kan As?" Lanjut Rena yang kini memandang Astri dengan salah satu kaki terbalut.
"Gue nggak apa - apa ko' cuma terkilir" Jawab Astri sambil tersenyum, pada saat itu Rey berjalan melewati mereka, secara bersamaan mata Astri dan mata Rey saling bertemu pandang, Astri tersenyum kepada Rey, namun Rey malah berpaling muka dan pergi begitu aja.
Raut muka Astri menunjukkan kalau dia kecewa akan sikap Rey tadi.
"Apa - apaan itu, kemaren dia baik banget sekarang malah kaya nggak kenal sama sekali" Gumam Astri dalam hati, perlahan ia pun menghela napasnya.
"Loe ngapain liatin Rey segitunya?" Tanya Nina dengan nada menyelidik
"Eh, nggak kenapa - napa ko'" Jawab Astri berusaha menutupi rasa malunya karena ketahuan oleh Nina kalau dia sedang memperhatikan Rey dan berusaha kembali bersikap cuek.
"Mana mungkin Astri suka sama Rey, dia kan benci sama Rey" Timpal Rena dengan wajah polosnya,
"Eh, siapa yang bilang gue benci sama Rey?" Astri kaget mendengar perkataan Rena yang tak masuk akal itu.
"Lha kalau bukan benci kenapa kemaren loe marah banget sama dia sampe banting buku segala lagi" Jawab Rena yang mengingatkan Astri akan kejadian diruang musik.
"Oh itu, waktu itu gue lagi emosi aja ko' " Jawab Astri dibalas dengan ohh serempaknya Rena dan Nina.
"Udah ach yuk ke kelas" Kata Astri dengan cepat sebelum Nina melontarkan pertanyaan yang akan lebih membingungkan untuk dijawabnya.
Sekali lagi ia menutupi rasa sukanya terhadap Rey kepada kedua sahabatnya itu.
***
Diruang rapat beberapa anggota osis sudah berkumpul untuk membahas acara bazar yang sudah semakin dekat.
"Beginilah jadi anggota Osis kalau udah kelas 2, sibuk banget selalu ada rapat, apalagi kalau udah mendekati perpisahan kelas 3, udah deh kita hatus pandai memikirkan ide" Kata Nina saat sedang menunggu rapat Osis dimulai.
"Setuju,banyak rapat dan juga banyak bolos jam pelajaran deh, heheheh" Rena menimpali sambil terkekeh
"Tumben loe setuju sama pendapat gue, biasanya selalu bertentangan" Cibir Nina
"Kan kita sahabat" Jawab Rena sambil mengedip - ngedipkan matanya.
"Udah kalian ribut apaan sih, yang pentingkan ini bermanfaat, dari pada cuma keluyuran nggak jelas!" Timpal Astri menengahi kedua sahabatnya itu.
Arya datang membawa agendanya osisnya, merekapun memulai rapat osis dengan tenang tanpa ada suara yang mengganggunya.
"Bazar sekolah akan dilaksanakan hari jum'at ini, kita berharap acaranya akan sukses dan bisa memperoleh cukup dana untuk membantu korban banjir nantinya" Kata Arya memulai rapat, "oiya kemaren gue menyuruh Rey buat gabung sama kita apa dia bersedia? Astri" Tanya Arya kepada Astri.
"Hem, gue belum berhasil membujuk Rey, sepertinya dia nggak berminat buat gabung ke Osis" Jawab Astri di barengi dengan anggukan Nina dan Rena agar Arya percaya.
"mungkin elonya aja yang nggak bisa membujuk orang" Cibir Keisha dengan nada meremehkan Astri,
"Gimana kalau gue aja yang mbujuk dia Ar?" Usul Keisha dengan semangat 45nya.
Sebelum Arya menjawab usulan Keisha terdengar pintu diketuk den Arya mempersilahkan orang yang mengetuknya masuk ke ruangan.
"Sorry, apa gue terlambat untuk bergabung" Tanya Rey meminta izin buat bergabung bersama mereka.
"Rey" Gumam Nina,Rena, Keisha dan Astri secara bersamaan, mereka tak percaya bahwa Rey akan bergabung bersama Osis, apalagi Astri dan kawan - kawannya.
"Owh,silahkan masuk Rey. Kita belum lama mulai ko'" Jawab Arya yang mempersilahakan Rey untuk duduk diantara kursi anggota Osis.
Rey duduk di deretan tempat duduk paling belakang. Astri heran akan sikap Rey tersebut, ia pun memandang Rey dengan Tatapan "Apa - apaan ini? bukannya kemaren dia sendiri yang menolak buat gabung?.
Rey membalas tatapan Astri dengan sedikit tersenyum, yang membuat Astri langsung memalingkan mukanya.
1 comments:
Cinta malu malu kucing....?..
Wukakakaka.....
tapi kayaknya 'Astri aku banget deh.
Kalo naksir orang emang bisanya malah jadi demen marah marah sama dia.
Kan dianya jadi kabur, Padahal kan....
Ah, Sudah lah.... :p
Post a Comment