Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, namun tak ada rasa kantuk yang menyinggapi tubuh Asti. Ia masih saja berkutat dengan catatan – catatannya.
“Udah selesai semuanya, besok siap deh menghadapi kakak – kakak jahat disekolah” Sebuah senyum bertengger diwajah manisnya.
“Sekarang jam berapa ya?” Astri melihat jam kecil yang menggantung di dinding kamar, jam yang bergabung dengan figura kecil beserta foto Asti saat kelulusan SMP beserta kedua temannya.
Astri kemudian berdiri menghampiri jam tersebut, Ia memegang figura foto dan mengusap foto tersebut sambil tersenyum.
“Besok aku udah mulai SMA” Gumam Astri dengan senyuman yang melebar. Kemudian ia langsung merebahkan diri di tempat tidurnya, sebelum memejamkan mata tak lupa juga ia membaca doa smbil menarik selimut, dan memejamkan mata dengan tersenyum.
“Astriii, cepet turun sarapannya udah siap ni!” Teriak Bunda yang memanggil Astri agar segera turun.
Namun Astri tak langsung menjawab terikan bundanya tapi malah masih berkutat dengan berbagai macam peralatan MOS yang akan dibawa meski sudah dipersiapkan jauh – jauh hari dan dengan ditambah semalam begadang.
“Udah aku masukin semua belum ya takut ada yang ketinggalan nih” Gumam Asrti sambil berpikir, kemudian terdengar ketukan pintu. Astri pun menoleh dan seketika itu pintu pun terbuka.
“Astri, mau sampai kapan di dalam kamar? Nanti malah nggak sempet sarapan lho” Kata Bunda yang sudah membuka pintu kamar Astri yang tak terkunci.
“Ia bunda, bentar lagi Astri turun ko’, ini Astri lagi ngerapiin peralatannya” Jawab Astri sambil tersenyum, Nampak jelas raut muka Astri yang sedikit gugup karena akan mengikuti MOS SMAnya.
“Coba sini bunda bantu” Kata Bunda sambil melangkah mendekat ke Astri. Bunda tau tabiat Astri yang sering merasa khawatir akan sesuatu dan ingin semuanya dengan sempurna.
“Udah beres semua ko’ Tri, udah ayo turun nanti malah telat lho!” Kata Bunda sambil mengusap rambut Astri.
“Beneran kan udah siap semua Bunda? Astir takut ada yang ketinggalan dan ntar disana Astri malah kena hokum lagi” jawab Astri yang Nampak khawatir akan peralatan MOSnya.
“Iya saying, ayo turun ntar keburu si Nina datang kamunya malah belum siap” kata Bunda meyakinkankan Astri,
Mereka pun turun bersama menuju ruang makan untuk sarapan sebelum Asrti berangkat.
*
SEMU part 1
**
Sebuah Sekolah Menengah yang menjadi pilihan Astri untuk melanjutkan pendidikannya kini sudah terlihat rame, para anak – anak yang akan mengikuti Masa Orientasi Siswa suda berdatangan begitu pula dengan Asrti dan kawan – kawan.
“Eh loe udah nyiapin semuanya kan Tri,” Tanya Nina kepada Astri karena Astri yang selalu ceroboh bila sedang dalam kondisi gugup seperti ini.
“Udah ko’, dari mulai topi bola rambut – rambutan dari tali raffia dan papan nama dari kayu, serta tak lupa bawa surat pernyataan diri kan? Jawab Astri sambil memeriksa tasnya.
“Bagus deh kalau gitu, duuh kita satu tim nggak ya? Kan nanti semua anak dibagi perkelompok” Kata Rena memandang Nina dan Astri, Astri dan Nina hanya angkat bahu saja.
Tak lama kemudian acara MOS pun dimulai dengan salah seorang kakak kelas memberi pembinaan tentang acara MOS ini. Benar saja apa yang dikatakan Rena bahwa semua anak MOS dibagi menjadi beberapa kelompok.
Rena dan Nina dimasukan dalam kelompok yang sama sedangkan Astri di kelompok yang beda dengan mereka berdua. Di setiap kelompok dibentuk dengan adanya ketua, wakil dan sekretaris diharapkan selama MOS berlangsung kelompok tersebut tetap dengan anggotanya masing – masing.
Setiap kelompok juga deberi tugas masing – masing sesuai dengan jabatannya, Astri yang memegang jabatan sebagai sekretaris dalam kelompok tersebut tugasnya mencatat anggota mereka dan harus menghafalnya.
“Aduh, pulpen gue mana ya? Perasaan udah gue taruh ditas, apa jangan – jangan gue lupa bawa pulpen ya?” kata Astri mulai panik karena tak mendapatkan pulpennya.
Tiba – tiba ada tangan yang mengulurkan sebuah pulpen didepannya, Astri pun mendongak untung meluhat siapa pemilik tangan tersebut, ternyata seorang cowok dengan senyum ramah dan tatapan ni ambil pulpennya.
Tanpa sadar tangan Astri udah mengambil pulpen dari tangannya si cowol itu, meski mata Astri tak berpaling dari wajah cowok tersebut.
“Ganteng banget ni cowok, udah gitu senyumnya manis lagi” gumam Astri dalam hati.
Setelah pulpen berpindah ke tangan Astri cowok tersebut pun meninggalkannya dan memulai member aba – aba kepada rekan timmnya. Ya ternyata cowok itu adalah ketua dari kelompok Astri.
Atri pun memulai tugasnya memcatat anggota – anggota kelompoknya dan tak lupa juga nama cowok yang memberinya pulpen. Astri pun tertunduk malu saat menulis nama Rey sebagai ketua sekaligus cowok yang memberinya pulpen sambil melirik pemilik nama dan tersenyum ke arahnya.
“Ini pulpen kamu, makasih ya udah minjemin” Kata Astri diakhir acara saat semua siswa akan pulang..
“Buat kamu aja lah, aku masih ada ko’ lain kali jangan lupa bawa lagi ya” Kata cowok tersebut sambil tersenyum memandang Astri.
“Astri….” Terdengar suara yang memanggil Astri, mereka pun menoleh kea rah sember suara, ternyata Rena dan Nina yang baru keluar dari sekolah.
“Ya udah gue duluan ya” Kata Rey berpamitan dan berjalan kearah parkiran mengambil sepedanya, saat Rena dan Nina sampai ditempat Astri.
“Siapa Tri” Tanya Nina sambil masih memandang punggung Rey
“Dia yang nolongin gue dari kecerobohan gue” Jawab Astri tersenyum juga masih memandang kepergian Rey, tiba – tiba Rey berbalik wajah dan tersenyum memandang mereka bertiga.
“Hai diary hari ini pertama kali aku ikut MOS dijenjang SMA, dan pertama kalinya juga aku merasakan sesuatu yang aneh terhadap lawan jenis, meski dia hanya melakukan hal yang sepele namun bagiku dia seperti penyelamat, aku tau mungkin belum waktunya aku merasakan yang namanya cinta, tapi boleh kah aku berharap kalau dia akan menjadi pengeran hatiku, pangeran berkuda putih yang akan menjemputku sebagai permasisurinya dan pangeran itu bernama REY” Tulis Astri disebuah blog pribadinya saat akan beranjak tidur.
SEMU part 1
***
Hiruk pikuk sekolah mulai kembali terdengar ini adalah hari terakhir acara mos yang diselenggarakan. Hari ini acaranya adalah outbond di sebuh perkebunan teh, setiap kelompok diharuskan mengikutsertakan anak buahnya untuk berpartisipasi dalam lomba dan untuk yang menang akan diberi hadiah oleh kakak kelas.
Semua siswa antusias mengikutinya, dari mulai panjat – panjatan sampai melesor dibawah jaring – jaring seperti pelatihan ala militer dengan berburu waktu kelompok siapa yang bias sampai duluan ke pos finis dialah yang menang.
Begitu pun kelompok Atri yang bersemangat karena tak mau kalah dengan kelompok lainnya.
“Ayo cepetn Rey” Kata Astri menyemangati ketuanya karena ini adalah kesempatan Rey untuk berpartisipasi. Dipos ini cukup sulit karena harus bergelantungan ditali dan harus membutuhkan kekuatan fisik, dan semua anggota kelompok setuju Rey lah yang maju untuk pos ini.
“Yeh akhirnya selesai ayo cepeten kita lari menuju pos berikutnya” Kata Keisha yang bersemangat berlari dan diikuti dengan yang lain.
Tinggal pos terakhir, ini pos ini dilombakan pengambilan bola dengan lari dari satu ember ke ember lainnya.
Semua sepakat bahwa Astri kini yang maju, menghadapi lawan – lawan dari kelompok lain.
“Ayo Astri kita semua mendukungmu” kata temen – temen Astri menyemangatinya. Terdengar itungan dari panitia yang menandai akan dimulainya lomba lari ini.
Astri pun mulas berlari mondar mandir di area balapan dengan membawa bola. Selama ini Astri unggul didepan dari pada lawan yang lain, tapi putaran terakhir ia terlihat sangat kelelahan dan pandangannya mulai kabur napasnya pun mulai tak beraturan akhirnya Astri pun pingsan di area putaran terakhir.
“Kamu nggak apa – apa kan?” Rey mendekatkan dirinya kearah Astri yang kini perlahan – lahan mulai membuka mata.
“Aku ada dimana?” Tanya Astri dengan nada yang masih lemas.
“Kamu diruang uks, ni minum dulu biar nggak pusing” Kata Rey sambil memberikan minuman kepada Astri. Astri pun meminumnya lalu dia ingat kejadian tadi kalau dia sedang berada di perlombaan.
“Terus lombanya gimana?” Tanya Astri sambil menaruh gelas dimeja sebelah tempat tidur itu.
“Ya apa boleh buat kita kalah” Kata Rey lemas, Astri jadi tak enak hati mendengarnya. Gara – gara dia pingsan jadi kelompok mereka kalah dalam perlombaan tersebut.
“Maaf ya, gara – gara aku kita jadi kalah” kata Astri dengan nada menyesal.
“Ngapain minta maaf ini kan Cuma perlombaan nggak usah terlalu dipikirin” Kata Rey menenangkan Astri.
Astri pun hanya tersenyum dan mengedarkan pandangan ke sekeliling.
“Kamu dari tadi nungguin aku disini?” Tanya Astri yang baru sadar karena tak ada siapapun selain mereka berdua diruangan itu.
Rey hanya bisa menggangguk sambil tersenyum namun senyumnya seketika hilang karena tatapan Astri yang memandangnya dengan tatapan “Kamu nggak ngapa – ngapain aku kan?”
“Tenang aja, aku nggak ngapa – ngapain kamu ko’ Cuma baca buku aja disitu” Jawab Rey sambil menunjuk tempat duduk yang jauh dari temapat tidur Astri. Astripun bernapas lega dantersenyum kepada Rey dan Rey pun membalas senyum Astri.
“Diary, hari ini dia menolong ku lagi dia memang seperti pangeran dalam dongeng yang selalu menolong tuan putri. Tapi diary apakah mungkin aku akan jadi tuan putrinya? Atau kah aku hanya bayangan sang Putri, semoga aja aku akan selalu dekat dengan dia lagi tak hanya saat MOS aja. Dan aku akan menjadi tuan putri seutuhnya dari pangeran REY” Itulah yang ditulis dalam diary Astri sebagai penutup harinya dengan tulisan pangeran REY.
0 comments:
Post a Comment