Monday, 25 March 2013

Cerpen Remaja : Cerpen Sajak Cinta Untuk Rima part 3


Semenjak hari itu, saat Rima membereskan perpustakaan bersama Sisil, Adnan tak pernah datang lagi menemani Rima seperti sebelumnya.

"Adnan, kayaknya nggak datang lagi deh" Gumam Rima saat dia duduk sendirian didalam ruang perpustakaan setelah selesai melaksanakan hukumannya sambil mencoba mengedarkan pandangannya ke sekeliling perpustakaan.

"Hem, rasanya sepi sekali nggak ada Adnan" Rima menyenderkan kepalanya di meja, tanpa terasa dia meneteskan air mata, ada rasa mengganjal dihatinya. Ia merasakan rindu yang teramat sangat kepada sosok Adnan yang baru dikenalnya, selama ini Rima nggak pernah merasa dekat dengan seorang cowok kecuali ayahnya. Meski Adnan selalu mengagetkannya dan selalu bersikap misterius namun Rima sangat senang berada dideketnya, meski ia dan Adnan baru berteman namun Rima merasa sangat dekat dengannya.

"Kenapa gue jadi mikirin Adnan ya? Hem apa mungkin gue jatuh cinta sama dia?" Gumam Rima kepada dirinya sendiri,

"Masa sih gue jatuh cinta sama dia, orang yang baru gue kenal, dan kini menghilang entah kemana hem" Gumamnya sambil geleng - geleng kepala.

"Udah ach, ngapain gue mikirin dia yang nggak jelas mending gue ngulang pelajaran yang tadi siang" Rima pun mengambil buku pelajaran yang tadi siang dipelajari dan mulai membacanya.

Selang berapa menit Rima tertidur, kebiasaan tidur Rima kembali kumat, ia bisa gampangnya tidur setiap kepalanya disandarkan dialas yang datar. Rima tak menyadari pada saat ia tidur ada seseorang yang sangat ia rindukan yang kini sedang duduk d.sampingnya.

Ya Adnan kini sedang ada disamping Rima, melihat wajah Rima yang sedang tertidur sambil menulis dibuku bersampul coklat miliknya.

Adnan sengaja tak membangunkan Rima karena ia tak ingin mengganggunya, dan masih saja menulis dalam bukunya, ntah apa yang ia tulis namun sesekali mengorak arik tulisannya seperti buntu akan apa yang ia tulis.

"Adnan" Rima bergumam dan mengedip - ngendipkan matanya seperti melihat sosok Adnan, namun ia kaget ketika mendapati tak ada satu pun sosok Andnan saat pandangannya mulai jelas.

"Perasaan tadi gue beneran ngeliat Adnan ada disamping gue" Kata Rima yang kini bangun dengan tegak,

"Apa tadi gue cuma ngimpi ya?" Gumamnya sambil berdiri dari kursi, namun gerakannya terhenti ketika mendapati sebuah buku dikolong meja dengan posisi terbuka seperti terjatuh dari meja, Rima pun memungut buku tersebut dan membolak balik buku itu.

"Lho ini kan buku Adnan? bukannya tadi nggak ada ya?" pikir Rima, lalu ia langsung keluar ruangan perpus, berlari - lari kecil kesana kemari mencari sosok Adnan yang mungkin belum jauh dari perpustakaan, namun sayang sosok yang ia cari tak ada, bahkan jejak perginya pun tak terlihat.

"Gue yakin tadi gue nggak ngimpi, gue yakin kalau Adnan tadi kesini dan buku ini adalah buktinya, tapi kemana sekarang dia, perasaan tadi gue langsung tersadar deh kenapa cepet banget perginya tu orang" Kata Rima dengan nada ngos - ngosan

Rasanya begitu banyak pertanyaan yang menghampiri hatinya akan keberadaan Adnan, namun tak ada satu pun pertanyaan yang mampu ia jawab.

"Gue harus mencari tau siapa Adnan, dari kelas mana dia pokoknya sampai ketemu" Kata Rima mantab sambil melangkah pergi meningglkan ruangan perpustakaan dan bersiap untuk pulang.

***

Rima bertekad untuk mencari tau tentang Adnan, tak seperti biasa hari - hari Rima berangkat sekolah, hari ini ia datang lebih pagi, bahkan masih sangat pagi untuk Rima karena jam segini biasa ia masih diranjang dengan bantal menutupi telinga agar tak terdengar teriakan ibunya. Namun hari ini perubahan yang sangat besar baginya karena jam 06.30 ia sudah sampai di sekolah.

Tatapan heran mengiringi langkah Rima saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di pintu gerbang sekolah, bukan hanya semua orang di sekolah namun keluarganya pun heran karena tingkah lakunya hari ini.

Namun Rima tak begitu menghiraukan tatapan heran teman - temannya, ia tetap saja berjalan santai kearah kelas 2 f, kelasnya dan duduk disalah satu tempat duduk sambil mengedarkan pandangan keliling kelasnya.

"Ngapain kalian ngeliatin gue kaya gitu" Kata Rima kepada beberapa anak yang berada di kelas, kelas masih sepi hanya ada lima anak yang berada di kelas termasuk Rima.

"Tumben banget loe dateng sepagi ini?, loe nggak masih tidurkan" Kata Seila sambil mengguncangkan badan Rima.

"Ya tentu aja gue udah bangunlah buktinya gue ada disini" Jawab Rima santai

"Baguslah kalau loe udah sadar dan mau berubah nggak telat lagi" Kata Veno yang notabenenya adalah anak paling pinter dan paling rajin di kelasnya.

Rima hanya tersenyum tanpa berniat membalas ucapan Veno dan mencoba membuka buku mata pelajaran jam pertamanya.

Sisil berjalan dengan santai seperti biasanya kearah kelas, langkahnya terhenti saat mendengar bisikan teman - temannya yang masih asyik menggosip disekitar halaman sekolah.

"Masa sih, Rima bisa berangkat sepagi itu? bukannya paling pagi buat dia adalah jam 7 lbih 15 menit ya?" Kata seseorang,

"Gue juga nggak yakin kalau itu dia, tapi emang beneran dia ko'" Kata yang lain.

"Ach udah ach ngapain sih kita omongin si tukang tidur itu" Kata yang lain lagi.

Sisil yang mendengarnya merasa penasaran dan mempercepat langkahnya menuju ke kelas.

Alangkah terkejutnya Sisil mendapati sosok Rima yang kini bertengger ditempat duduknya, dengan raut yang cerah tanpa raut ngantuk seperti biasa ia liat dari muka sahabatnya itu.

"Hai, pagi Sil" Kata Rima dengan tersenyum lebar, namun Sisil tak menjawab sapaannya.

Sisil hanya bengong dan duduk disamping Rima dengan tatapan tak terkedip kearah Rima.

"Loe nggak apa - apa kan?" Tanya Rima sambil mengibas - ngibaskan tangannya didepan muka Sisil, tiba - tiba Sisil mencubit lengan Rima dengan kerasnya

"Aduhh loe apa - apaan sih Sil, sakit tau" Kata Rima

"Loe beneran Rima temen gue? gue kira loe itu arwahnya Rima dan jasad loe, masih tertinggal di tempat tidur" Kata Sisil tanpa tersadar ia telah mendapat jitakan dikepala sebagai balasan dari cubitan Sisil ke Rima "Jadi gue nyubit ello deh" Lanjut Sisil sambil memegangi kepalanya seisi kelas pun dibuat tertawa oleh ulah mereka berdua.

Namun karena mendapat tatapan tajam dari Sisil dan Rima, suara tawa mereka hilang seketika tanpa ada yang berani melanjutkannya, mereka takut akan mendapatkan jitakan yang lebih parah dari yang didapatkan Sisil.

"Loe ngapain sih njitak gue" Tanya Sisil memandang sebel Rima

"Lagian loe ngapain nyubit gue, ngatain gue ini arwah lagi" Jawab Rima tak kalah sebel.

"Ya sorry, habisnya gue kaget ngliat loe yang jam segini udah nangkring disini, gue kira tadi omongan temen - temen yang lagi pada ngegosip itu bo'ong ternyata mereka bener" Kata Sisil panjang lebar.

"Huuh dasar loe ya! yang mereka liat ya beneran gue lah, masa orang lain sih!" Jawab Rima

"Ya gue kira mereka salah liat orang lah" Jawab Sisil tak mau kalah.

"Ya udah lah, oiya loe mau mbantuin gue nggak" Tanya Rima, Sisil menatapnya bingung.

"Bantuin apa?" Tanya Sisil, Rima pun membisikkan sesuatu ketelinga Sisil

"Apa loe mau nyari tau tentang Adnan?" Jawab Sisil dengan nada yang sedikit kenceng membuat seisi kelas memandang mereka.

"Loe kalau ngomong direm dikit napa? nggak usah kenceng - kenceng gitu" Jawab Rima sebel dengan sahabatnya yang bikin malu aja.

"Ya sorry sorry,.emang Loe mau nyari tau kemana?" Tanya Sisil kini dengan volume yang direndahkan.

"Ya kita mulai dari berbagai kelas lah" Jawab Rima singkat Sisil hanya mengangguk saja.

Obrolan mereka terhenti ketika Bu Lena sudah berada diambang pintu.

***

Rencana Sisil dan Rima segera dilaksanakan ketika pas jam istirahat, mereka menanyakan kelas - kelas yang ada di sekolahnya.

"Huuh, masa sih nggak ada yang kenal sama Adnan" Kata Sisil ketika mereka duduk di taman sekolah setelah meneguk minumannya.

"Gue juga nggak tau, perasaan semua kelas udah kita datengin deh, tapi kenapa nggak ada yang kenal sama Adnan ya?" Kata Rima sambil menatap Sisil, Sisil hanya bisa mengangkat bahu.

"Sekali lagi gue nanya sama loe apa loe beneran yakin kalau Adnan itu manusia?" Tanya Sisil memandang Rima dengan seksama.

"Gue sangat yakin lah, ini buktinya mana ada sih hantu bisa nulis?" Jawab Rima sambil menunjukkan buku Adnan yang baru kemaren ia temukan.

"Loe dapat dari mana buku itu, loe yakin itu buku milik Adnan?" Tanya Sisil setelah buku itu ada ditangannya.

"Gue nemuin itu kemaren di perpus, saat gue bangun dari kebiasaan tidur gue.

"Loe ketemu sama Adnan?" Tanya Sisil penasaran, Rima hanya menggeleng saja.

"Waktu gue bangun nggak ada siapa - siapa yang ada hanya buku itu aja, gue sempet nyariin tapi nggak ada tanda - tanda Adnan datang ke perpus , jadi gue bertekad untuk nyari dia hari ini" Kata Rima, kesedihan tergambar jelas diraut mukanya, Sisil hanya bisa menepuk - nepuk bahu sahabatnya itu.

"Nggak tau kenapa gue kanget banget sama dia, dan kenapa juga gue nggak pernah ketemu sama dia sebelumnya? gue cuma bisa ketemu pas di perpustakaan aja" Tanpa terasa Rima meneteskan air matanya menetes, dengan perasaan rindu ia remas buku Adnan yang kini berada ditangannya.

"Loe jangan nangis gitu donk, gue pasti bantu loe buat ketemu sama Adnan" Kata Sisil sambil mengusap air mata Rima, Rima pun bersandar pada bahu Sisil dan menangis didalamnya.

"Ya elah, disuruh diem malah tambah nangis, awas ya kalau ingus loe nempel di baju gue" Kata Sisil, Rima pun langsung mendongak dengan segera mengusap air matanya dan tersenyum memandang sahabatnya.

"Nah gitu kan cakep" Kata Sisil, mereka pun saling pandang dan tersenyum bersama.

"Makasih ya Sil, loe udah jadi sahabat gue paling paling paling baik" Kata Rima sambil mengacak - acak rambut Sisil.

"Eh kira - kira donk, baik si baik tapi jangan ngacak - acak rambut gue, jadi kusut tau" Kata Sisil menghempaskan tangan Rima.

"Ehem" Terdengar suara dari arah belakang mereka, Sisil dan Rima menoleh secara bersamaan

"Kalian berdua ngapain disini? Udah hampir masuk loh, ayo cepat ke kelas" Kata Bu Lena yang berdiri dibelakang mereka.

"Baik Bu" Sahut Sisil dan Rima bersamaan, mereka pun bergegas meninggalkan Taman.

"Rima" Namun langkah Rima berhenti saat dipanggil oleh bu Lena. Rima pun menoleh

"Pulang sekolah kamu bisa ke ruangan ibu, ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan sama kamu"

"Baik bu, nanti saya ke ruangan ibu" Jawab Rima, Bu Lena hanya menngangguk dan mempersilahkan Rima pergi ke kelasnya.

***

"Menurut Loe, gue Bu Lena mau ngomongin apa ya sama gue?" Tanya Rima Sisil pada saat mereka membersekan buku pelajaran bersiap untuk pulang.

"Mana Gue tau, mungkin mau bilang masalah hukuman loe kali" Kata Sisil " Mau ditambahin waktunya"

"Masa sih? Padahal gue kan udah beresin selama satu bulan penuh masa mau nambahin lagi, emang salah gue apa?" Kata Rima dengan nada putus asa.

"Ya mana gue tau" Jawab Sisil singkat,

"Elo tu ya, ditanya jawabnya mana gue tau, mana gue tau mulu" Kata Rima sedikit sebel, bukannya nenangin malah bikin dia penasaran.

"Lah, kan emang gue nggak tau, kalau gue tau ya gue jawab tau donk" Kata Sisil nggak mau kalah,

"Dari pada penasaran ayo ke ruangan Bu Lena sekarang, gue anter deh"

"Serius loe mau nemenin gue?" Kata Rima berubah wajah menjadi lebih bahagia sesaat

"Iya, tapi gue nunggu depan pintu aja, heheheh" Kata Sisil sambil nyengir, wajah Rima pun berubah jadi sinis karena omongan sahabatnya ini.

"Udah ah ayo ke ruangan Bu Lena, ntar kalau telat bisa dimakan loe sama dia" Lanjut Sisil sambil menarik Rima.

Akhirnya dengan hati yang was - was mereka berdua sampai di depan ruangan Bu Lena. namun Rima hanya termangu didepan ruangan tanpa berniat mengetuk pintu.

"Ya elah, kenapa diem? buruan ketuk terus loe masuk" Kata Sisil,

"Gue takut Sil" Kata Rima sambil berbalik arah menghadap Sisil.

"Udah nggak usah takut, tarik napas loe keluarin secara perlahan baca doa" Kata Sisil, Rima pun mengikuti arahan Sisil dengan teratur.

"Bismillahirohmanirohim" Kata Rima sambil mengetuk pintu Ruangan bu Lena.

Terdengar suara perintah masuk dari dalam menunujukkan bahwa bu Lena menyuruh masuk Rima, dengan hati yang was - was Rima membuka pintu itu.

Pintu ruangan seorang guru yang terkenal disiplin dan tanpa ampun setiap ada pelanggaran.Dalam hati Rima pun bertanya - tanya, apa kesalahannya kali ini, perasaan dia sudah melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Bu Lena, dan tadi pagi dia juga nggak telat, tapi sekarang dia disuruh berhadapan dengan Bu Lena.

"Hukuman apa Lagi ya, yang menanti gue saat ini" Kata Rima dalam hati sambil menelan ludah ketika pintu sudah terbuka.


0 comments: