Friday 1 November 2013

"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 9"

Waah udah nyampe part 9 kapan ya Cerpen Cinta Ini Untukmu ini bisa tamat?? Authornya udah bingung juga mau diapain nih cerita. Mau di tamatin di part berapa juga nggak tau.

Ya udah deh nggak usah ikut bingung kaya Author, mending baca aja langsung ya!

Happy reading to All ok!






"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 9"

Tik, Tik Tik suara keyboard bergumam pelan saat Karin sedang menuliskan sesuatu diatas laptopnya ,sesekali ia menengok buku lalu kembali menulis pada keyboard apa yang terlintas di pikirannya. Karin sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasanya membaca buku yang kemaren dipinjam dari perpustakaan lalu mencoba merevisinya, meski tugas kelompok yang terdiri dari 3 orang dengan 15 buku tebal yang harus direvisi membuatnya kebagian 5 buku harus direvisi sendiri olehnya.

"Achhh, capeknya" Kata Karin sambil meregangkan otot mengangkat tangannya keatas dan memiringkan lehernya ke kanan dan kiri, Karin memandang jam dinding yang bertengger rapi di kamarnya sambil mengesap minuman yang ada didepannya.

"Sudah 2 jam ternyata, tapi baru selesai satu buku" Gumamnya miris sambil memandang laptop yang ada didepannya, karena merasa lelah ia memilih bangkit dari tempat duduk lalu berjalan kearah jendela kamar.

Senja sudah menyingsing pertanda akan tibanya sang malam saat ia mendekat jendela, Karin masih memperhatikan awan - awan yang kini mulai berubah warna orange, sambil memainkan jari dijendela dan tersenyum memperhatikan senja.

"Dibandingkan malam hari senja memang lebih indah dan menghangatkan" Gumam Karin sambil matanya memperhatikan matahari yang kini berwarna kuning seperti kuning telur.

Senyum Karin terukir dari bibirnya tatkala pandangannya turun beralih ke teras rumah, memperhatikan seseorang yang duduk di tempat duduk teras. Pandangan Karin tak lepas dari sosok itu, memperhatikan gerakannya, sekecil apa pun gerakan yang dilakukan sosok itu Karin tetap memperhatikannya. Dari ia menarik napas, menghembuskannya, matanya yang bergerak - gerak karena membaca sebuah buku yang ada di tangannya, hingga gerakan tangan yang membolak - balikkan halaman buku itu.

"Dia begitu misterius, meski sudah lama tinggal dengannya tapi aku tak pernah bisa membaca apa yang ada dipikirannya dan juga tak bisa mengerti apa yang ia rasakan" Gumam Karin sambil terus memandangi sosok Daren yang sedang fokus membaca.

Untuk beberapa saat Karin memandang Daren dengan intensitas sama, kini senyuman Karin makin melebar menunjukkan senyum jahilnya, dengan cepat ia lalu keluar kamar sebelum mengsave dan mematikan laptopnya terlebih dahulu.

Sesampainya di depan pintu utama rumah, Karin memperlambat langkahnya, dengan cara mengendap - endap seperti seorang maling Karin mendekati Daren yang masih fokus dengan bacaannya.

"Selangkah lagi, pelan - pelan" Gumam Karin dalam hati sambil menahan napas ketika jarak antara dia dan Daren semakin mendekat.

Masih mencoba menahan napas saat tangannya terangkat hendak menyentuh Daren

"Nggak usah ngagetin kalau kamu nggak mau celaka Rin!!!" Suara Daren menghentikan aksi Karin yang hampir saja berhasil untuk mengagetkan Daren meski Daren tidak mengalihkan pandangan dari bacaanya. Membuat Karin tercekat sambil melebarkan matanya lalu menjulurkan kepala kesamping kepala Daren, Daren yang bisa merasakan napas Karin menunduk karena salah tingkah.

"Bagaimana kamu bisa tau kalau itu aku?" Tanya Karin yang belum menarik wajahnya dari samping Daren. Bukannya menjawab Daren hanya bisa menundukkan kepalanya karena salah tingkah.

"Jangan menengok - jangan menengok" Gumam Daren dalam hati agar ia tidak menengok kesamping yang mungkin akan bertabrakan dengan wajah Karin.

"Ach aku tau" Kata Karin sambil menarik wajahnya menjauh dari samping Daren, membuat Daren bisa bernapas lega dan memandang Karin.

"Tau apa?" Tanya Daren dengan suara sedikit gemetar sambil menaikkan alisnya masih sedikit salah tingkah.

"Membaca pergerakan lawan dari arah manapun pasti hal itu juga dipelajari untuk menjadi atlit kan?" Jawab Karin sambil memandang Daren dengan menyipitkan matanya.

"Owh, hem Ya" Gumam Daren singkat lalu memalingkan pandanganya kearah lain "Ku pikir dia tau kalau aku salah tingkah dibuatnya" Lanjutnya dalam hati sambil mengusap kepala bagian belakangnya.

Karin memutuskan untuk duduk disamping Daren sambil bersila lalu ia melihat bacaan di tangan Daren.

"Suka komik juga?" Pekik Karin girang saat berhasil merebut komik dari tangan Daren, membuat Daren hanya bisa menghela napas.

"Kalau aku lebih suka fairy tail dari pada naruto" Oceh Karin sambil membuka halaman demi halaman komik Daren, Daren hanya memperhatikannya saja tanpa bicara apapun.

"Dicerita Naruto, Aku lebih suka tokoh Sasuke dari pada tokoh Naruto. Kau sendiri tokoh mana yang kau sukai?" Tanya Karin sambil mengulurkan komik kepada Daren.

"Aku Hatake Kakashi" Jawab Daren sambil menerima komik dari Karin, Karin hanya manggut - manggut saja mendengarnya

"Kalau Fairy tail kamu suka?" Tanya Karin, dibalas dengan anggukan Daren."Aku suka semua komik, terutama yang bergenre petualangan. Tapi komik yang paling aku sukai ya Naruto" Balas Daren, sekali lagi nampak Karin manggut - manggut mendengar perkataan Daren,

"Kalau di Fairy Tail. Kamu lebih suka tokoh mana?" Tanya Karin lagi sambil menekuk lutut dan menopang dagu diantara kedua lututnya.

"Tentu saja Natsu" Balas Daren santai dengan tidak memandang Karin.

"Hem, kalau aku lebih suka Erza dan Gray" Kata Karin yang dibalas dengan gugaman tak jelas dari Daren.

"Dibandingkan tokoh pertama disebuah bacaan. Aku lebih tertarik pada tokoh kedua" Oceh Karin "Karena tokoh kedua itu lebih membuat penasaran dari pada tokoh pertama. Ia jarang dimunculkan dalam bacaan namun kehadirannya bisa memperkuat keberadaan si tokoh pertama" Lanjut Karin disaat Daren mengernyit tidak paham tentang omongannya.

Bukannya bisa memahami namun Daren malah memasang tampang tidak mengerti sama sekali tentang omongan Karin, membuat Karin menghela napas pasrah.

"Intinya aku lebih suka tokoh kedua dari pada tokoh pertama itu saja" Kata Karin dengan nada pasrah yang benar - benar pasrah, membuat Daren menyunggingkan senyum simpulnya.

"Percuma saja kau bicara tentang naskah yang berkaitan dengan pelajaranmu itu, aku akan tidak mengerti karena aku bukan anak bahasa" Ucap Daren enteng

"Benar juga ya! Dia kan nggak mengerti tentang tokoh pertama, tokoh kedua, tentang alur atau tema dari suatu bacaan" Gumam Karin yang bisa didengar Daren , membuat Daren hanya mengangguk -anggukan kepalanya "Dasar payah"Lanjut Karin dengan nada lebih rendah dari sebelumnya.

"Apa?" Tanya Daren karena merasa Karin menggumamkan sesuatu, namun Karin hanya menggeleng sambil tersenyum tidak jelas kepadanya, membuat Daren lebih memilih fokus kepada komiknya dari pada bertanya lebih lanjut kepada Karin.

Karin mengubah tempat duduknya menghadap ke depan seperti posisi tempat duduk Daren. Posisi ini membuatnya bisa leluasa memandangi langit senja yang ada diatasnya.

Suasana hening terjadi karena mereka sama - sama terdiam dengan pikiran masing - masing, sesekali Daren melirik Karin yang sedang menatap kearah langit sambil tersenyum manis membuatnya terpaku sesaat,

"Apa aku benar - benar menyukainya hanya sebatas sahabat?" Gumam Daren dalam hati sambil menatap Karin, namun saat Karin memalingkan pandangannya kearah Daren buru - buru ia kembali fokus pada komiknya membuat Karin mengernyit dan mengangkat bahu saja.

Daren ingat sesuatu yang ia beli beberapa hari yang lalu di toko buku kemudian dibukanya tas belanja yang dari tadi berada disampingnya.

"Waaah, novel habiburahman" Kata Karin girang saat Daren mengulurkan sebuah buku novel karya Habiburrahman El Shirazy., Mata Karin berbinar - binar saat menatap buku itu lalu memandang Daren dengan penuh kebahagiaan.

"Nih buat kamu" Kata Daren membuat Karin tanpa pikir panjang langsung menerimanya dengan penuh kebahagiaan.

"Eh dari mana kamu tau aku suka novel karya Abi habib?" Tanya Karin seketika senyumnya hilang diganti dengan raut muka penasarannya,

"Hanya menebak" Jawab Daren bohong yang menyebabkan kening Karin berkerut, "Sudah nggak usah dipikirin dari mana aku tau kamu suka novel itu" Lanjut Daren yang tidak ingin Karin bertanya - tanya lagi, Karin hanya manggut - manggut lalu tersenyum saat membuka bungkus plastik novel itu.

"Terima kasih" Kata Karin sambil tersenyum manis membuat Daren menelan ludah dan buru - buru memalingkan pandangannya kearah lain.

Suasana hening kembali tercipta saat Karin maupun Daren kembali fokus pada bacaan masing - masing.

"Aku penasaran deh" Celutuk Karin membuat Daren memandangnya sambil menaikkan alisnya "Kenapa kamu bisa tau kalau tadi aku yang hampir mengagetkanmu, padahal aku udah hati - hati sekali agar tidak menimbulkan suara?" Tanya Karin membuat Daren sedikit salah tingkah.

"Owh itu, dari aroma sampo yang kamu gunain. Begini aku memiliki penciuman yang tajam dari pada orang lain" Kata Daren tak berani memandang Karin yang memasang tampang penasarannya.

"Owh, memang sih aku baru aja keramas" Nampak Karin manggut - manggut sambil membelai rambutnya sambil memiringkan kepalanya.

"Hem, Bisa membaca pikiran, Bisa membaca pergerakan lawan meski dari arah belakang, penciuman yang tajam" Oceh Karin yang membuat Daren menatapnya dengan bingung."Apa kamu bukan manusia? Apa kau vampir?" Tebak Karin sambil menuding Daren yang melongo didepannya,

Detik berikutnya bukan jawaban yang Karin dapat tapi timpukan yang Daren berikan di kepala Karin.

"Ngarang, tidak ada vampir didunia ini" Kata Daren sambil beranjak dari tempat duduknya dan masuk kedalam rumah

"Aku kan hanya menebak saja" Sungut Karin mengikuti Daren sambil mengusap - usap kepalanya saat adzan maghrib berkumandang.

****

Suasana kantin yang ramai saat jam istirahat kedua membuat Karin, Gina serta Sarah berusaha cepat mencari tempat duduk, mereka mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kantin untuk menemukan satu tempat duduk yang bisa di gunakan untuk makan.

"Ketemu" Ucap mereka serempak lalu bergegas menuju temapt duduk yang baru saja ditinggalkan oleh penghuni sebelumnya.

"Ok kalian tunggu disini biar aku yang pesenin makanannya"Kata Gina lalu tanpa menunggu jawaban dari Karin dan Sarah ia pergi meninggalkan meja mereka.

Karin bingung harus berkata apa pada Sarah yang kini sedang menjauhinya, Sarah mau ke kantin bareng dengan Karin karena ajakan Gina. Meski Sarah sedang bermasalah dengan Karin yang Karin sendiri tidak tau apa masalahnya, tapi dia masih mau bertukar sapa dengan Gina dan tidak mau melibatkan Gina dalam masalahnya. Karin benar - benar bingung harus bagaimana untuk mencairkan suasana saat ini karena Sarah juga sepertinya tidak berniat untuk memulai pembicaraan.

"Seharusnya ini bisa jadi kesempatan buat bisa bicara lagi sama dia. Ayo donk Karin kamu cari topik pembicaraan" Gumam Karin dalam hati sambil berpikir mencoba mencari topik pembicaraan,

Saat Karin sedang memikirkan topik apa yang bisa membuat mereka terlibat dalam pembicaraan tiba - tiba tempat duduknya bergeser membuatnya memandang Sarah yang sudah berdiri.

"Aku pesan minuman dulu ya!" Ucap Sarah yang dibalas dengan anggukan Karin tanpa berkata apa - apa, lalu Sarah pergi meninggalkannya sendirian.

"Karin bodoh hilangkan kesempatannya" Gumam Karin sambil menopang sisi kepalanya diatas tangan yang menyender di meja.

Tak berapa lama Sarah kembali ke meja kantin dengan sebuah plastik berisi tiga gelas milk shake ke meja kantin yang kini sudah diduduki oleh Karin, Gina dengan tambahan Bayu dan Daren. Semua orang yang ada dimeja memandangnya sambil tersenyum, lalu Sarah membalas senyum mereka, tak terksecuali Daren yang tersenyum simpul.

"Sorry lama nunggunya" Ucap Sarah sambil duduk merasa tak enak karena melihat mereka yang belum menyentuh makanan masing - masing.

"Nggak apa - apa,. Makasih udah dibeliin" Kata Karin sambil tersenyum girang dan mengambil milk shake coklat kesukaannya, Tapi Sarah hanya membalasnya dengan senyum simpul, membuat Karin sedikit kecewa.

"Ach yang ditunggu udah dateng, ayo kita makan" Ucap Gina mencoba mengalihkan perhatian Karin dan dibalas dengan anggukan semua orang yang ada dimeja itu.

Karin memakan makanannya dengan tidak bersemangat karena perlakuan Sarah kepadanya, matanya beralih pada makanan Daren yang duduk di depannya dengan kening berkerut.

"Tunggu Daren" Ucap Karin sambil memegang tangan Daren yang hendak memasukan suapan kedalam mulutnya, membuat semua mata beralih memandang Karin dan Daren secara bergantian dan Daren memandang Karin dengan tatapan bingung.

"Kamu lupa ya! Kalau kamu alergi dengan daun bawang?" Ucap Karin dengan nada cemas,

Seketika itu Daren sadar bahwa ia hampir memakan Daun Bawang padahal ia alergi dengan semua jenis bawang "Aku lupa" Ucapnya yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Karin.

"Dasar payah bagaimana bisa lupa sih sama apa yang bisa membahayakan diri sendiri!" Kata Karin sambil memindahkan daun bawang yang ada di mangkuk Daren ke mangkuknya.

"Alergi daun bawang?" Tanya semua orang yang sambil memandang Karin dan Daren dengan wajah tak percaya.

"Iya! Kalau dia sampai makan daun bawang dia akan batuk - batuk hingga jam sekolah usai. Bahkan mungkin bisa mengeluarkan darah" Kata Karin yang tidak bisa menyembunyikan kecemasannya kepada orang berada di meja itu.

"Itu kalau tidak segera diobati. Kalau diobati efeknya tidak separah itu" Ucap Daren santai berusaha agar semua orang tidak mencemaskannya namun dibalas dengan tatapan tajam Karin.

"Emangnya kamu bawa obat alerginya apa? Kamu sering lupa bawa obat alergi dan bahkan apa mungkin obatnya masih ada?" Tanya Karin dengan nada sedikit tinggi membuat semua orang kaget dengan tingkahnya yang terlihat marah dan cemas sekaligus.

Daren memandang Karin tak percaya karena selama ini Karin tidak pernah merasa cemas seperti itu kecuali ketika ibunya sakit demam karena masuk angin. Namun ini terhadap dirinya, terhadap seseorang yang bukan siapa - siapanya, ia bisa melihat kecemasan Karin yang besar lewat tatapannya itu.

"Dia mencemaskan aku"Pikir Daren sambil memandang Karin tak percaya lalu terukir senyum pada bibirnya.

"Owh sorry bro! Aku nggak tau kalau kamu alergi sama daun bawang" Kata Bayu merasa bersalah karena telah memesan mie ayam dengan daun bawang untuk Daren

Daren hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum kepada Bayu lalu kembali menatap Karin yang sedang menatapnya dengan kecemasan. Daren berusaha menenangkan Karin dengan cara membelai pipinya seperti yang dilakukan mama Karin saat Karin merasa cemas yang berlebihan.

"Aku tidak akan apa - apa. Ok" Kata Daren sambil membelai pipi Karin dengan lembut, karena merasakan sesuatu Karin mengerjab dan sadar lalu menjauhkan pipinya dari tangan Daren.

Kini Karin mengedarkan pandangan kesekeliling namun tatapan yang ia lihat dari semua orang seakan mencemohnya, apalagi tatapan dari Sarah yang sempat ia tangkap bukanlah tatapan Sarah yang selalu ia lihat, melainkan tatapan rasa kecewa yang teramat sangat yang ditunjukkan kepadanya.

"Aku ke kelas dulu" Kata Sarah sambil beranjak pergi meninggalkan meja dan keluar kantin tanpa melihat kearah Karin yang jelas - jelas sedang melihatnya.

Karin memandang Gina mencoba menemukan tatapan semangat yang sering Gina berikan saat dia sedang ada masalah namun Gina hanya menghela napas lalu melanjutkan makannya tanpa balik memandang Karin, sedangkan Bayu tatapannya tak bisa dibaca Karin saat pandangannya bertemu dengan mata Karin sebelum kembali memalingkan mukanya sambil mengesap minumannya. Saat Karin memandang Daren, ia hanya tersenyum simpul penuh terimakasih yang bisa dibaca Karin lalu melanjutkan makan mie ayam yang sudah tidak ada daun bawangnya.

"Sungguh bukan rasa seperti ini yang ingin aku rasakan" Gumam Karin dalam hati sambil menunduk mencoba menahan rasa perih yang ia rasakan tiba - tiba.

"Kekecewaan itu, aku tak ingin melihatnya dari mata siapapun" Lanjutnya dalam hati sambil masih menunduk untuk menyembunyikan rasa sakitnya.

****

Karin berjalan gontai saat ia keluar dari kelasnya setelah bel tanda pulang berbunyi, Sarah benar - benar mengacuhkannya. Beberapa hari ini Sarah memang menghindarinya namun dia tak pernah memalingkan muka saat berpapasan dengan Karin, tapi hari ini setelah usai jam istirahat Sarah membuang muka pada saat mereka berpapasan. Membuat Karin tak tau harus bagaimana, tatapan Gina yang selalu memberi semangat tetap tak bisa membantu untuk meringankan rasa sakit yang ia rasakan karena sikap Sarah.

"Karin" Panggil Gina sambil menepuk pundak Karin, Karin hanya menengok dan tersenyum miris saat melihat Gina yang tersenyum lembut lalu kembali mengalihkan matanya kearah depan membuat Gina menghela napas frsustasi.

Sejak tadi Gina sudah memanggil Karin, namun karena sifat Karin yang apabila terlalu terfokus tidak akan tidak akan peduli dengan kondisi sekelilingnya.

"Aku mau bicara boleh" Kata Gina yang dibalas dengan anggukan Karin.

"Tapi tidak disini, ayo kita bicara di tempat lain" Ajak Gina sambil menarik tangan Karin membuat Karin mau tak mau mengikuti Gina dengan tak bersemangat.

Disinilah mereka berada di bawah pohon rindang samping sekolah yang berdekatan dengan tempat parkir sepeda. Duduk diam sambil menikmati kesejukan di bawah pohon membuat Karin merasa rileks, sambil sesekali memandang Gina yang tidak bicara apapun malah asyik dengan hpnya.

"Katanya mau bicara?" Tanya Karin membuat Gina tersadar dan memasukkan hpnya kembali.

"Kamu udah tenang?" Tanya Gina yang membuat Karin mengerutkan keningnya, "Aku dari tadi diam karena menunggu kamu tenang" Lanjut Gina yang dibalas dengan oh oleh Karin.

"Sudah tenang ko', menghirup udara segar ini membuatku menjadi tenang" Kata Karin sambil meregangkan tangannya keatas seraya menghirup udara segar yang ditimbulkan dari pohon besar dibelakangnya.

"Aku mau bilang, bukannya aku menyalahkanmu! Aku hanya tidak ingin salah satu diantara sahabatku terluka dan melukai orang lain" Kata Gina membuat Karin memandangnya dengan serius.

"Maksudnya?" Tanya Karin karena tidak mengerti arah pembicaraan Karin.

"Kamu taukan? Maksudku Kita tau kalau Sarah mencintai Daren jauh sebelum ia bertemu dengan kita" Kata Gina yang dibalas dengan anggukan Karin, dan Karin pun mengerti arah pembicaraan Gina.

"Aku juga tau kamu kini dekat dengan Daren karena kalian tinggal bersama. Namun aku menilai tindakan kamu saat di kantin menyakiti Sarah" Lanjut Gina sambil memandang Karin, berharap Karin bisa mengerti keadaan apa yang coba ia jelaskan.

"Di kantin? Aku cuma mengingatkan Daren, dan merasa cemas kalau ada apa - apa dengannya? Bukannya itu hal wajar?" Tanya Karin merasa tidak mengerti, bagaimana sikap cemas pada seorang teman bisa menyakiti teman yang lain.

"Aku tau, dan aku bisa mengerti kecemasan itu. Tapi untuk seseorang yang memiliki perasaan lebih pada seorang cowok. Melihat orang yang disukainya membelai pipi cewek lain, pasti menimbulkan rasa sakit, apalagi itu sahabatnya sendiri yang tau kalau dia sudah mencintai cowok itu sejak lama. Pasti sangat merasa sakit dan kecewa" Kata Gina selembut mungkin kepada Karin berusaha agar tak menghakimi sikap Karin.

"Saat Sarah melihat perilaku Daren padamu, ia merasa sakit dan pada saat Sarah melihatmu yang tidak menghindar dari perlakuan Daren Sarah sangat kecewa. Dan aku tau kamu juga terluka karena Sarah menunjukkan rasa kecewanya, aku tau Sarah sudah kecewa sama kamu saat aku tebak kamu akan dijodohkan dengan Daren, jadi aku tidak bisa menyalahkan Sarah bila dia menghindari kamu, aku juga tidak bisa menyuruhmu untuk menjauh dari Daren" Kata Gina membuat Karin sadar bahwa perkataan Gina benar, mungkin bukan hanya dia yang merasakan sakit, tapi Sarah lebih merasakan sakit dari dirinya.

"Seharusnya perilaku Daren mungkin wajar mengingat kamu mempunyai sikap cemas kepada orang yang dekat denganmu secara berlebihan, dan hanya dengan lembaian di pipimu yang bisa menenangkan kamu dari rasa cemas" Kata Gina sambil membelai pipi Karin dan mengusap air mata Karin yang sudah mengalir tanpa persetujuannya.

"Karena perilaku itu juga yang sering di lakukan oleh Tante dan juga aku maupun Sarah saat kamu merasa cemas tentang keadaan kami, seharusnya itu memang wajar" Lanjut Gina yang membuat Karin hanya diam saja.

"Tapi mungkin akan menimbulkan rasa sakit untuk Sarah saat melihatnya, apalagi sebelumnya Daren dekat pada seorangcewek selain kamu. Itu yang membuat Sarah merasa kecewa" Lanjutnya sambil memeluk Karin yang menangis.

"Lalu aku harus bagaimana Gin" Tanya Karin sambil sesugukkan.

"Apa kamu cinta sama Daren Rin?" Tanya Gina membuat Karin menarik diri dari pelukannya.

"Maksud kamu?" Bukannya menjawab pertanyaan Gina Karin malah balik bertanya kepadanya, namun Gina juga tidak bicara apa - apa hanya menatap dalam mata Karin.

"Aku memang menyukai Daren, namun hanya sebatas teman. Aku memang sayang sama Daren namun rasa sayangku kepadanya sama seperti rasa sayangku kepada kau dan Sarah" Ucap Karin jujur dan membuat Gina tersenyum.

"Mungkin kamu harus menjelaskan itu kepada Sarah Rin, agar Sarah tidak salah paham tentang hubungan kamu dengan Daren" Kata Gina sambil tersenyum misterius membuat Karin tersenyum dan mengangguk setuju.

"Ya Sarah harus tau kalau aku tak bermaksud menyakitinya" Jawab Karin dan memeluk Gina, sementara tanpa mereka sadari sedari ada satu orang yang mendengarkan percakapan mereka dengan kaki lunglai membuatnya terjatuh dan menangis diantara kedua lututnya.

To be Continue

Menyangkut tentang perasaan memang tidak ada yang bisa disalahkan, meski ada orang yang menyakiti hati kita karena mencintai orang yang sama dengan kita. Tetap saja kita tidak bisa menyalahkannya.

Karena Cinta itu memilih bukan dipilih.


0 comments: