Thursday 7 November 2013

"Cerpen Cinta Ini Untukmu Part 10"

Akhirnya bisa ngepost lagi, sebenarnya udah mau ngepos dari kemaren - kemaren tapi karena keasyikan nonton anime Death Note jadi baru sempet ngepos deh.

ya udah yang pada nunggu kelanjutan cerpen Cinta Ini untukmu, silahkan dibaca, Buat yang nggak nunggu tetap mohon dibaca ya! :-)

ok.. Happy reading to all






"Saat Sarah melihat Daren sedang memperhatikanmu ia merasa sakit, dan saat Sarah melihatmu tidak menghindar dari perlakuan Daren, ia merasa sangat kecewa" Perkataan Gina saat berada di bawah pohon dekat parkiran kembali terngiang di telinga Karin, membuatnya menghentikan aktifitas mengerjakan tugasnya..

Karin menaikkan kedua kakinya ke atas kursi lalu menyenderkan dagunya diatas lutut, "Lalu apa yang harus aku lakukan" Gumam Karin sambil menatap layar laptop yang masih menyala.

"Apa aku harus menghindar dari Daren?" Gumamnya kembali sambil saat memandang buku yang berada disamping laptop. Sebuah buku novel yang dibelikan Daren untuknya.

"Karin turun nak! Makan malam sudah siap" Teriak Sang mama dari lantai bawah dan terdengar hingga kamar Karin, namun Karin tak beranjak sedikitpun dari posisinya.

"Aku benar - benar tidak tau apa yang harus aku lakukan! Aku nggak mau harus memilih antara Daren atau Sarah. Aku nggak mau menjauhi salah satu diantara mereka" Gumam Karin sambil menyembunyikan wajahnya diantara kedua lutut.

Suara derap langkah kaki mendekati kamar Karin, namun Karin seakan tidak mendengar apa pun dan masih diam dalam posisinya.

Tok .......... Tok...... Tok terdengar ketukan pintu yang lebih keras dari biasanya membuat Karin tersentak, lalu muncul kepala sang mama dari arah pintu tersenyum lembut kepada Karin yang sedang memandangnya dengan wajah syok!

"Mama, ngagetin aja deh!" Pekik Karin dibalas dengan senyuman maklum mamanya yang berjalan mendekati Karin.

"Lagi ngapain sih? Kayaknya serius banget" Tanya sang Mama sambil membelai rambut Karin.

"Ngerjain tugas" Jawab Karin bohong sambil menunjuk laptop yang sedang menyala, dibalas oh oleh sang mama, lalu menyuruh Karin turun untuk makan malam, Karin menurut dan mengikuti mamanya sebelum mematikan laptop terlebih dahulu.

Di meja makan sudah duduk dengan manis Daren dan Papa Karin lalu disusul dengan Mama yang baru menarik kursi dan Karin yang sudah duduk di kursinya. Seperti biasa makan malam dilewati dengan suasana hening dan tak ada pembicaraan yang berlangsung.

Karin hanya mengaduk - aduk makanannya tanpa berniat untuk memasukkan makanan itu kedalam mulutnya, Daren yang berada di depan Karin memperhatikan wajah Karin yang tidak seperti biasanya membuatnya mengernyit, khawatir melihat raut wajah Karin seperti sedang memikirkan masalah

Daren menaruh sendok lalu menautkan tangannya kedepan dagu sambil memandang Karin terus menerus agar Karin bisa menyadari kontak mata yang coba ia ciptakan. Menyadari sesuatu Karin berhenti mengaduk - aduk makanannya lalu mendongakkan kepala, matanya bertemu dengan mata coklat Daren yang sedang menatapnya lurus dengan penasaran.

"Ada apa?" Tanya Karin lirih merasa risih ditatap Daren seperti itu, mendengar pertanyaan Karin membuat Daren menaikkan alisnya.

"Harusnya aku yang bilang seperti itu! Kamu kenapa?" Tanya Daren, Karin hanya mendengus lalu memasukkan makanan kedalam mulutnya "Aku baik - baik saja" Gumamnya tidak jelas karena mulut Karin berisi penuh dengan makanan.

"Apa tugasnya terlalu susah?" Celetuk sang mama yang mengira Karin berubah seperti itu karena memikirkan tugas yang sedang ia kerjakan.

Karin mengernyit lalu menatap mamanya dengan bingung, "Nggak terlalu sih. Tumben mama tanya tentang tugas Karin?" Tanya Karin yang membuat Mamanya semakin bingung.

"Mama kira kamu ngelamun karena lagi mikirin tugas" Jawab Sang Mama sambil menatap bingung anaknya. "Berarti kamu bukan mikirin tugas ya?" Lanjut sang mama,

"Owh, eh hem iya lumayan susah juga sih" Jawab Karin sambil mengelus tengkuknya "Jangan sampai mama tau masalah aku sama Sarah, aku nggak mau mereka ikut campur dalam masalah ini" Gumam Karin dalam hati sambil memandang makanannya.

"Owh ya? Keliatannya bukan masalah tugas yang kamu pikirkan" Gumam Daren membuat Karin menengoknya lalu cepat - cepat menundukkan kembali wajahnya, agar terhindari dari tatapan mata Daren.

"Aduuh mampus aku! Kenapa juga sih Daren ikut campur" Gumamnya dalam hati.

"Maksudnya bukan masalah tugas apa Ren?" Tanya sang mama yang mulai kambuh kekepoannya.

"Bukan masalah apa - apa ko' ma! Karin masuk kamar dulu ya, tugasnya masih banyak yang harus dikerjain" Kata Karin memotong Daren yang hendak menjawab pertanyaan mamanya.

Buru - buru Karin beranjak meninggalkan meja makan sebelum protesan sang mama kepada Karin yang tidak menghabiskan makanannya terlebih dahulu.

"Ih Daren nyebelin dengan instingnya yang bisa membaca pikiran orang lain" Umpat Karin sambil menutup pintu kamarnya.

****

Karin memandang langit yang berada diatasnya lalu menghembuskan napas pelan, ia menghabiskan waktu istirahatnya dengan duduk di taman sekolah sambil memandangi langit yang sedikit mendung, tanpa ia sadari seseorang sudah duduk disampingnya dan memperhatikannya. Tanpa banyak bicara Bayu hanya memperhatikan raut muka Karin yang sedang memandang langit dan terlihat resah.

"Hai" Sapa Bayu ketika Karin menengok kearahnya sambil berjingkrak karena terkejut.

"Kapan kamu ada disini?" Tanya Karin dengan nada sedikit bergetar karena masih merasa terkejut oleh kehadiran Bayu yang tiba - tiba.

"Udah hampir sepuluh menit" Jawab Bayu sambil menengok jam tangannya, yang membuat Karin menganga karenanya, Bayu yang menyadari keterkujutan Karin hanya tersenyum memakluminya.

"Ternyata benar ya kata Daren" Ucap Bayu sambil memandang langit, dan Karin hanya mengernyit bingung karenanya

:Kata Daren?" Ulang Karin merasa kebingung dengan perkataan Bayu

"Hem" Gumam Bayu sambil menganggukkan kepalanya lalu menoleh memandang Karin, "Daren bilang kalau kamu lagi serius dengan sesuatu, kamu tidak bisa menyadari suasana di sekitarmu" Lanjutnya saat Karin masih memandangnya dengan bingung.

"Owh" Gumam Karin sambil mengangguk membenarkan jawaban Bayu, lalu kembali sibuk denngan pikirannya.

"Masih memikirkan masalah dengan Sarah" Celetuk Bayu tanpa memandang Karin.

"Eh" Pekik Karin sambil memandang Bayu yang sedang tidak memandangnya "Kenapa dia bisa tau?" Gumamnya dalam hati.

"Nggak usah kaget kenapa aku bisa tau" Kata Bayu yang mengerti keterkejutan Karin meski ia tidak memandangnya."Bukannya aku pernah bilang, kalau kamu tipe orang yang mudah ditebak hanya dengan melihat mata kamu" Lanjut Bayu yang kini sudah memandang kedalam mata Karin yang juga memandangnya.

Buru - buru Karin menundukkan kepala agar tidak bertatapan langsung dengan Bayu, Bayu hanya tersenyum simpul melihat kelakuan Karin.

"Jawabanku benarkan?" Tebaknya yang membuat Karin semakin menunduk tanpa mau menatap Bayu yang kini sedang menatapnya.

Melihat Karin hanya menunduk tanpa mau menjawab atau menatapnya, membuat Bayu tau bahwa pemikirannya benar. Karin bingung dan merasa bersalah dengan Sarah yang sudah mencintai Daren sejak lama, dan Bayu bisa melihat bahwa Karin juga menyukai Daren, memikirkan hal itu membuatnya menarik napas. Apalagi dengan sikap Daren yang tidak pernah ia tunjukkan kepada cewek manapun selain Karin membuat Bayu juga merasa yakin bahwa Daren sahabatnya itu juga menyukai Karin dan bahkan Daren sudah mengakuinya kepada Bayu.

"Bukan, Bukan hanya menyukai tapi mungkin juga Daren sudah mencintai Karin. Gadis yang sama yang aku cintai" Gumam Bayu dalam hati sambil memandang Karin yang tak bergeming lalu ia menghembuskan napas.

Karin benar - benar merasa kesal, bisa - bisanya ada dua orang yang bisa membaca pikirannya. Apa benar bahwa dia terlalu mudah dibaca pikirannya. Kalau pun ia kenapa Sarah tak bisa membaca dan mengerti perasaannya.

"Huuuh" Dengus Karin kesal sambil terus mengamati kakinya yang sedang memainkan sebuah rumput dibawahnya.

"Aku mengerti perasaanmu Karin" Suara Bayu menyadarkan Karin bahwa ia tidak sedang sendirian, cepat - cepat ia mendongak dan menolehkan wajahnya ke arah Bayu.

"Aku juga mengalami hal yang sama seperti kamu" Lanjut Bayu tanpa menoleh kearah Karin, membuat Karin merasa kebingungan.

"Merasakan hal yang sama sepertiku?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri, Bayu hanya melirik dan mengangguk

"Menyukai seseorang yang juga disukai oleh sahabatku" Jawab Bayu yang dibalas dengan oh an Karin.

"Akan ku tunjukkan cara untuk menyelesaikan masalah ini" Usul Bayu sambil memandang Karin yang segera bersemangat karena omongannya, melihat hal itu Bayu hanya tersenyum.

"Apa? Aku sangat bingung menentukan sikap yang akan aku lakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Aku nggak mau harus menjauhi salah satu diantara mereka" Ucap Karin dengan semangat sambil mendekatkan diri kearah Bayu.

"Hal pertama yang harus kamu lakuin adalah menjelaskan atau mengakui perasaanmu kepada teman kamu" Kata Bayu nampak Karin sedang berpikir.

"Menjelaskan atau mengakui perasaan kepada Sarah, Gina juga udah nyaranin untuk itu. Tapi belum aku lakuin karena takut" Gumam Karin dalam hati "Terus apalagi?"Tanya Karin.

"Yang kedua, kamu harus tanya sama orang yang kamu dan sahabatmu suka. Dia harus memilih siapa apakah dia memilih kamu atau sahabatmu itu?" Jawab Bayu sambil mengambil handphone yang ada disaku bajunya melihatnya sekilas lalu memasukkan hpnya kembali.

"Yang ketiga dan yang terakhir. Aku nggak akan meninggalkan salah satu diantara mereka, walau aku tidak bisa memiliki orang yang aku cintai karena telah memilih sahabatku. Aku masih ingin bersamanya sebagai sahabat. Karena aku tidak ingin membohongi diriku sendiri dengan bilang tidak ingin melihatnya lagi" Ucap Bayu dengan nada penekanan dan perasaan sambil memandang ke dalam mata Karin yang kini memandangnya tak percaya, seakan ingin Karin mengerti tentang perasaan Bayu lewat tatapan matanya.

Lama mereka saling menatap membuat Karin menundukkan kepalanya untuk memutuskan apa yang coba Bayu salurkan dalam tatapannya, Bayu pun menoleh kearah lain karena tidak ingin memaksa Karin mengerti akan perasaannya.

"Lalu apa kamu sudah melakukan semua hal itu?" Tanya Karin sambil memandang Bayu, Bayu pun memandang Karin dengan tersenyum lembut.

"Aku sudah melakukan dua hal yang pertama" Jawab Bayu dengan masih tersenyum sambil memandang Karin "Dan akan aku lakukan hal yang ketiga" Lanjutnya sambil menundukkan kepalanya.

"Itu berarti orang yang kamu sukai memilih sahabatmu?" Tanya Karin dengan hati - hati, Bayu hanya mengangkat wajahnya lalu menatap mata Karin dengan dalam sambil tersenyum.

"Dia belum memutuskan untuk memilih namun tanpa aku bertanya kepadanya aku bisa melihat kalau dia juga menyukai sahabatku" Jawabnya.

"Kenapa kamu berpikiran seperti itu, harusnya kamu tanya dan mendengarkan apa jawabannya" Kata Karin merasa Bayu pengecut karena tidak berusaha bertanya kepada orang yang dia sukai.

Mendengar perkataan Karin Bayu hanya menggeleng kepala sambil tersenyum kepada Karin "Aku tidak harus menanyakan kepadanya karena dengan melihat sorot matanya aku bisa tau apa yang ada didalam hatinya" Jawaban Bayu membuat Karin merasakan perasaan aneh, "Lagi pula dia juga mengalami hal yang sama denganku" Lanjut Bayu yang membuat Karin semakin merasakan hal yang aneh tersebut namun Karin mencoba untuk tidak merasakannya.

Teeeeeeet, Teeeeeeeeeeeeet Bunyi bel tanda masuk membuat Karin dan Bayu tersadar lalu berdiri untuk segera ke kelas masing - masing.

"Ok, Bayu terima kasih, karena kamu aku jadi tau apa yang harus aku lakuin" Ucap Karin tulus Bayu hanya tersenyum simpul, lalu saat Karin berbalik hendak melangkah ke kelas, Bayu memanggilnya.

"Iya?" Tanya Karin saat ia berbalik menghadap Bayu.

"Maukah kamu menjadi sahabatku?" Tanya Bayu tulus dan dibalas dengan senyuman ceria Karin.

"Tentu saja, Kau dan Daren adalah sahabatku" Jawabnya lantang dibalas dengan anggukan Bayu, lalu Karin berbalik untuk kembali ke kelasnya.

"Mudah dibaca hatinya dari tatapan mata, merasakan hal yang sama seperti yang Bayu rasakan, apakah orang yang disukai Bayu adalah aku" Gumam Karin saat berjalan kearah kelasnya,

Karin menggelengkan kepalanya saat hendak memasuki kelas berusaha mengenyahkan pikiran tadi konyol tadi.

****

"Sarah" Panggil Karin saat semua siswa sedang berjalan untuk keluar dari kelas karena bel tanda pulang baru berbunyi;

"Hem" Gumam Sarah tanpa memandang Karin sambil terus memasukkan buku kedalam tasnya.

"Aku mau bicara sama kamu boleh"Tanya Karin hati - hati dan dia memandang Gina yang menyemangati melalui senyuman lalu pergi meninggalkan kelasnya.

"Bicara apa?" Tanya Sarah kini sudah duduk tak jauh dari Karin dan melihat ke sekeliling kelas yang sudah sepi.

Karin diam berusaha mengatur debaran jantungnya yang terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Baik Sarah maupun Karin tidak ada yang bicara, mereka sama - sama saling menunggu. Sarah menunggu Karin untuk bicara, sedang Karin berusaha untuk menenangkan jantungnya, ia masih merasa takut untuk berbicara langsung kepada Sarah.

"Kalau nggak ada yang mau diomongin aku pulang dulu" Kata Sarah sambil beranjak dari kursinya namun buru - buru dicegah oleh Karin.

"Aku minta maaf" Kata Karin cepat sambil masih memegang tangan Sarah, perkataan Karin membuat Sarah mengerutkan kening dan memandangnya.

"Aku minta maaf, karena tanpa sadar aku telah menyakitimu. Bukan, waktu kemaren aku belum sadar telah menyakitimu sekarang aku sudah sadar bahwa apa yang aku lakukan telah menyakitimu, untuk itu aku minta maaf" Kata Karin tulus sambil memandang Sarah, yang kini juga masih memandangnya.

"Semudah itu kamu minta maaf?" Tanya Sarah yang membuat Karin nampak bingung. "Kamu tidak tau perasaanku yang sebenarnya kan??" Lanjut Sarah sambil berusaha menahan amarahnya.

"Maaf! Aku minta maaf. Aku tau kamu kecewa dengan sikapku, aku tau kamu suka sama Daren dari dulu. Tapi aku, tapi aku malah mendekati dan tidak berusaha menghindar darinya. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu" Kata Karin berusaha menjelaskan apa yang ia rasakan.

"Kamu tidak tau apa - apa Rin, kamu tidak tau apa yang sebenarnya aku rasakan" Kata Sarah masih berusaha mengontrol amarahnya, namun air matanya sudah jatuh tanpa bisa dicegah.

"Kamu tau aku mencintai Daren selama 6 tahun, aku selalu mengikutinya. Berusaha keras agar bisa selalu satu sekolah dengannya, berusaha keras agar aku bisa mengetahui segala sesuatu tentangnya dan berusaha sedikit demi sedikit untuk mendapat perhatiannnya"Kata Sarah sambil menampikkan tangan Karin secara kasar.

"Aku tau, aku tau itu Sar!" Kata Karin mencoba menenangkan Sarah dengan berusaha menyentuhnya.

"Kamu tidak tau!" Kata Sarah menyingkirkan tangan Karin yang berusaha menyentuhnya "Kamu tidak tau! Kamu bahkan tidak tau bagaimana aku iri denganmu. Kamu yang sama sekali tidak tertarik malah dengan mudah mendapatkan perhatiannya, apa kamu tau itu!" Kata Sarah mengutarakan perasaannya dengan nada yang sedikit lebih tinggi sambil menjatuhkan tubuhnya ke kursi yang berada didekatnya membuat Karin bergidik ngeri dan tak mampu menahan air matanya sendiri.

"Apa kamu tau, bagaimana rasanya tidak dikenal oleh seseorang yang saelama ini kamu kagumi meski dia bersamamu selama 6 tahun?" Lanjut Sarah dengan terisak karena sudah tidak bisa menahan kesedihannya. "Aku pikir kamu tidak tau karena kamu, Karin tidak pernah jatuh cinta".

"Aku tau!" Pekik Karin dengan segenap tenaganya "Aku tau, aku nggak pernah jatuh cinta, aku tau aku nggak pernah tau apa yang sebenarnya kamu rasakan. Setiap hari aku hanya bisa menemanimu memperhatikan Daren, tanpa tau bagaimana rasanya melihat seseorang bisa membuat kita bahagia. Aku tak tau bagaimana rasanya hanya dengan mengikutinya dan tau segala aktifitasnya, tanpa pernah memperkenalkan diri dan bahkan tidak peduli kalau orang yang kita perhatikan tidak mengenal kita, masih bisa membuatmu bahagia. Aku memang tidak tau dan tidak mengerti tentang itu" Lanjutnya sambil berusaha mendekati Sarah dan berjongkok didepannya.

"Aku memang tak tau tentang itu. Yang aku tau hanya aku bisa merasakan sakit saat kau tidak bisa dikenal oleh Daren, yang aku tau hanya rasa sakit saat melihatmu kecewa karena tingkah Daren yang angkuh padamu, dan yang aku tau hanya aku merasakan sangat sakit, saat aku tidak bisa melihatmu tersenyum lagi dihadapanku" Ucap Karin tulus yang kini sudah menggenggam tangan Sarah "Itulah yang selalu aku rasakan" Kata Karin yang membuat Sarah menatapnya."Sekali lagi aku minta maaf, karena aku tidak bisa mengerti perasaan kamu yang sebenarnya" Kata Karin dengan lembut namun dibalas gelengan oleh Sarah.

"Tidak, bukan kamu yang salah. Aku yang salah, karena aku egois. Aku tau kalau dengan menghindarimu atau menyalahkanmu bukanlah sesuatu yang bisa meredakan rasa sakit, Aku terlalu egois memikirkan kau berusaha menyakitiku meski sebenarnya kamu tidak bermaksud seperti itu. Aku yang salah karena sangat egois, namun memikirkan kamu selalu mendapatkan perhatian rasanya sangat sakit disini" Kata Sarah sambil menunjuk dadanya.

"Aku pikir dengan menghindar dari kamu rasa sakit itu akan berkurang, namun nyatanya sakit itu lebih menjadi - jadi saat aku menghindarimu. Andai aku bisa menerima semuanya dari awal mungkin aku nggak akan merasa sesakit ini" Kata Sarah sambil menarik Karin untuk memeluknya.

"Maafin aku Karin karena bersikap egois sama kamu" Katanya didalam pelukan Karin,

"Aku nggak pernah nyalahin kamu ko' justru aku yang minta maaf karena tanpa sadar menyakitimu" Ucap Karin sambil membalas pelukan Sarah.

"Jadi diantara kita nggak ada yang salah" Kata Sarah lalu dibalas dengan anggukan Karin yang masih memeluknya.

"Tunggu" Kata Sarah sambil melepas pelukan mereka dan menatap Karin "Apa kamu suka sama Daren Rin?" Tanyanya yang membuat Karin menatapnya dengan bingung. Namun beberapa detik kemudian Karin mengangguk dengan mantap membuat raut sedih di muka Sarah kembali muncul.

"Aku memang menyukainya dan menyayanginya" Kata Karin "Sebagai sahabat seperti aku sayang sama kamu, Tidak lebih" Tambahnya cepat - cepat saat dirasa Sarah kembali bersedih dan mencoba menghapus air mata dipipi Sarah.

Mendengar penuturan Karin membuat Sarah kembali tersenyum dan memegang tangan Karin.

"Aku tidak keberatan kalau kamu memang menyukainya lebih dari sahabat. Karena kini aku sadar bagaimanapun perasaan tidak bisa dipaksakan dan juga tidak bisa disalahkan" Ucapnya tulus. "Apa kamu yakin tidak mencintai Daren?" Tanya Sarah sambil memandang Karin mencari tau kejujuran Karin.

"Tidak" Karin menggeleng mantap, "Untuk saat ini aku tidak mencintainya, untuk saat ini aku menyayangi sebatas sahabat. Tapi aku tidak bisa berjanji akan selamanya seperti itu, aku tidak akan tau apakah nantinya perasaan ini akan berubah menjadi cinta untuknya atau hanya akan tetap menjadi rasa sayang sebagai sahabat" Kata Karin sambil tersenyum ceria.

"Ya kita nggak akan tau apa yang akan terjadi nantinya" Ucap Sarah sambil beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah keluar sambil menggandeng tangan Karin dan menemui Gina yang sedari tadi sudah menunggu mereka di luar kelas.

Bertiga saling berpegangan tersenyum gembira karena tidak akan ada lagi pertengkaran untuk merebutkan cinta atau sahabat. Karena cinta atau sahabat haruslah berjalan beriringan.


To be Continue

Ach udah part 10 ya! Mungkin bentar lagi mau ending. Jangan lupa kasih komen dan sarannya ok


0 comments: