Ternyata kemaren pada nggak puas dengan sad ending yang aku buat. Jadi aku bikin lagi part buat ending Cerpen Cinta Ini Untukmu
Kali ini cerpennya udah beneran ending, mudah - mudahan kalian puas dengan endingnya ya!
Oke kalau gitu Happy reading aja buat semuanya.
Braaak,
Suara seseorang menggebrak meja terdengar disetiap penjuru kelas membuat semua pasang mata melihat kearah Bayu yang sedang menatap bingung Daren, begitu pula Daren yang menatap Bayu dengan kesal karena Bayu yang baru datang langsung menggebrak mejanya.
"Apa - apaan sih?" Tanya Daren menatap Bayu dengan raut sebalnya,
"Katakan kalau kamu nggak pindah dari rumah Karin?" Bukannya menjawab, Bayu malah balik bertanya.
"Aku memang udah pindah dari dua minggu yang lalu, kenapa emang?" Tanya Daren merasa bingung dengan sikap Bayu yang marah karena hal itu,
"Kenapa nggak cerita?" Tanya Bayu lagi yang kali ini dibalas dengan cengiran tanpa dosa Daren, lalu Daren tidak mempedulikan Bayu dan malah asyik dengan bukunya kembali.
"Lupa" Gumam Daren pelan saat dirasa Bayu masih serius menatapnya.
Mata Bayu tidak henti - hentinya menatap Daren dengan serius kedua tangannya ia lipat ke depan dadanya. Daren yang risih ditatap seperti itu memutuskan untuk menutup buku lalu membalas tatapan Bayu.
"Apalagi?" Tanya Daren kepada Bayu yang tidak bergeming memandangnya.
"Kamu juga belum mengatakan perasaanmu ke Karin?" Tanya Bayu pelan dengan nada penuh penekanan sambil memandang Daren, mendengar pertanyaan Bayu, Daren membuang muka lalu beranjak pergi dari hadapan Bayu dan keluar dari kelas.
Daren merasa kesal jika masalah pribadinya diungkit - ungkit oleh orang lain, tapi bagaimanapun ia tidak bisa marah kepada Bayu. Bagaimanapun juga Bayu benar, karena dia memang belum mengungkapkan isi hatinya kepada Karin, dan sejak ia keluar dari rumah Karin bukannya ketenangan yang ia dapat malah sebuah rasa kesepian yang menghampirinya.
Dua minggu ini ia tidak melihat Karin di sekolah karena kegiatan menjelang ujian membuatnya tidak bisa memikirkan hal lain selain pelajaran, serta mendekati pertandingan antar propinsi membuatnya tidak bisa menghubungi Karin saat ini, namun saat Daren berada di rumah sendirian dia sangat merindukan Karin.
"Ini" Sebuah tangan mengulurkan minuman dingin ke padanya, membuat Daren menengok dan melihat Bayu yang sedang mengulurkan minuman itu.
"Thanks" Kata Daren sambil mengambil minuman itu dan mengesapnya, mereka berdiri di koridor lantai 3 depan kelas sambil memandang ke depan dalam diam.
Baik Bayu maupun Daren tidak ada yang bersuara membuat suasana menjadi canggung tak seperti biasanya.
"Sebenarnya apa yang membuatmu tidak bisa mengungkapkan perasaanmu kepada Karin" Tanya Bayu pada akhirnya karena merasa Daren tidak mau membuka percakapan.
"Itu masalahku, jadi kurasa kau tidak perlu tau" Kata Daren dengan nada datar tidak memandang Bayu dan masih memandang ke arah depan.
"Memang bukan urusanku, tapi sebagai teman aku kasihan melihatmu yang tidak ada gairah sama sekali, bukankah dengan tidak menyampaikannya semakin membuat kamu tersiksa?" Kata Bayu sambil melirik Daren, lalu kembali memandang ke arah depan saat Daren memandangnya.
Dari ekor matanya Bayu bisa melihat Daren menghela napas menyerah akan sikap sok taunya, melihat itu membuat Bayu tersenyum geli melihatnya.
"Kau benar" Kata Daren sambil menatap ke koridor seberang yang merupakan koridor kelas bahasa, kelasnya Karin "Memang lebih baik diungkapkan meski mungkin dengan jawaban yang tidak sesuai dari pada harus dipendam" Lanjutnya masih memandang koridor kelas Karin berharap Karin ada disana dan mendengar apa yang ia katakan lalu tersenyum manis. Bayu hanya bisa mengangguk mendengar itu. "Tapi aku tidak bisa mengungkapkannya, setidaknya untuk saat ini aku tidak bisa mengorbankan persahabatan antara Karin dan Sarah jika aku memilih Karin" Kata Daren yang kini memandang Bayu.
Bayu memandang Daren dengan alis yang terangkat dan tersenyum geli mendengarnya.
"Jadi itu masalahnya?" Tanya Bayu sambil tersenyum geli memandang Daren, membuat Daren menatapnya dengan mata yang dipicingkan.
"Jika itu masalahnya, kamu terlambat bro! Aku pikir sekarang Sarah sudah tidak keberatan jika kamu dan Karin pacaran?" Kata Bayu yang membuat Daren menaikkan alisnya tidak mengerti.
"Masalah Karin dan Sarah udah kelar dari dua minggu yang lalu, dan sekarang mereka sudah akur kembali. Aku pikir Sarah tidak keberatan kalau kamu mengungkapkan perasaanmu kepada Karin" Lanjutnya saat Daren memandangnya bingung. Kini tatapan Daren bukan bingung karena ucapan Bayu tapi Daren menatap Bayu dengan curiga.
"Kenapa kamu bisa tau tentang hal itu?" Tanya Daren "Dan dari mana pula kamu tau aku sudah keluar dari rumah Karin?"Lanjutnya dengan nada menyelidik membuat Bayu menghentikan senyumnya
"Eh itu" Kata Bayu dengan nada sedikit salah tingkah sambil mengalihkan pandangannya.
"Jangan bilang kalau kamu tau perasaan Sarah dari Sarahnya langsung?" Tebak Daren membuat Bayu semakin salah tingkah.
"Ya itu karena aku kadang berhubungan sama mereka" Jawab Bayu berusaha terlihat normal, namun Daren bisa melihat bahwa Bayu sedang salah tingkah.
"Sama mereka atau hanya sama Sarah?" Goda Daren lagi membuat Bayu kesal dan memukul lengan Daren.
"Owh jadi sudah pindah kelain hati nih?" Kata Daren tak henti - hentinya menggoda Bayu, membuat Bayu lebih memilih pergi meninggalkan Daren dari pada menanggapi perkataan Daren.
Daren yang masih memandangi punggung Bayu tersenyum lebar dan kembali memandang koridor kelas Karin yang masih sepi karena sedang ada ujian praktek.
"Kalau memang masalah Karin dan Sarah sudah selesai, mungkin aku akan mengungkapkannya secepat mungkin" Kata Daren tidak sabar ingin mengungkapkan isi hatinya, ia memandang langit sambil tersenyum dan saat kembali memandang koridor ia melihat Karin yang juga sedang melihatnya sambil tersenyum.
****
Karin melihat Daren yang berdiri di seberang koridor sambil memandang ke langit, Karin terus memperhatikan Daren yang tersenyum memandang langit saat semua teman - temannya sedang berjalan melewatinya menuju kelas.
Jantung Karin berdetak lebih cepat dari biasanya saat Daren mengalihkan pandangan dan menatapnya, mata mereka saling mengunci dalam diam seakan ingin menyalurkan rasa dari masing - masing yang dimiliki. Membuat Karin merasakan perasaan yang aneh didadanya, selama dua minggu ini ia sangat ingin melihat mata coklat itu menatapnya, senyum yang sangat ingin ia lihat dan betapa ia merindukan Daren yang entah sejak kapan selalu berada dipikirannya.
"Aku merindukannya" Gumam Karin dalam hati sambil tetap diam dan menatap Daren yang tersenyum memandangnya.
Tiba - tiba saja Karin merasakan sebuah sentuhan dibahunya, membuatnya terkejut dan memutuskan kontak mata dengan Daren.
"Ayo ke kelas?" Kata Bu Nina guru yang akan mengajar pada kelas Karin,
"I.ya .... ya Bu" Jawab Karin dengan sedikit gugup karena salah tingkah, Bu Nina hanya tersenyum simpul lalu mendahului Karin, sebelum Karin berjalan menuju kelas ia melihat koridor di seberang dan tidak menemukan Daren berada ditempat yang sebelumnya.
"Lah dimana Daren? " Gumam Karin sambil menengok mencari keberadaan Daren "Apa dia sudah masuk kelas ya?" Lanjut Karin sambil berjalan ke kelasnya.
Karin tidak habis pikir dengan dirinya sendiri, sejak Daren meninggalkan rumahnya dia merasakan sebuah kehilangan yang teramat besar, meski masih bisa bertemu selama di sekolah namun rasa itu tetap masih ada, ia lalu menghela napas dan mengedarkan pandangannya ke luar jendela kelas berharap bisa melihat Daren di koridor seberang seperti kemaren.
"Karin" Seseorang menyapanya namun Karin tidak bergerak dan masih memfokuskan pandangannya ke luar jendela.
"KAAAAAAAARRRRRRRRRRINNNNNN" Teriak Sarah tepat disamping telinga Karin membuat Karin terperanjat dan mengusap - usap telinganya.
"Apaan sih" Sungut Karin, kesal dengan ulah Sarah barusan,
Sarah yang berada disamping Karin menatap Karin sambil geleng - geleng kepala dan Gina yang berada di hadapan Karin menundukkan kepala pasrah melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Kamu kenapa sih? akhir - akhir ini suka ngelamun?" Tanya Sarah sambil menyeret bangku agar bisa duduk di samping Karin.
"Emang aku kenapa? Aku nggak kenapa - napa ko'. Lagian aku tadi nggak ngelamun" Jawab Karin masih dengan nada sebalnya.
"Kalau nggak ngelamun kenapa kamu nggak denger saat aku panggil?" Kata Gina yang membuat Karin mengerutkan keningnya.
"Nggak usah keheranan gitu, itu berarti tanda kamu lagi ngelamun" Serobot Gina cepat saat Karin membuka mulut, membuat Karin menutup mulutnya kembali lalu mengambil buku dan membuka - buka tanpa niat membacanya.
"Kamu sebenarnya kenapa sih? Sejak Daren pulang ke rumahnya, kamu sering ngelamun. Kalau ada masalah cerita napa!" Kata Sarah membuat Karin menutup bukunya dan menatap kedua sahabatnya satu persatu.
Karin menimbang - nimbang apakah tidak apa - apa jika ia bercerita kepada Sarah dan Gina tentang perasaannya kepada Daren, mengingat dulu Sarah pernah kecewa kepadanya! Apa mungkin itu tidak menyakiti perasaan Sarah kembali.
Namun saat melihat kedalam mata kedua sahabatnya Karin sadar bahwa ia tidak bisa berbohong dan lebih baik mengakuinya dari pada menghindarinya. Reaksi apa yang akan disampaikan Sarah, mungkin nanti baru akan Karin pikirkan. Karena hal itu membuat Karin memilih untuk menceritakan perasaannya saat Daren pergi meninggalkan rumahnya
"Owh karena itu" Kata Sarah dan Gina berbarengan saat Karin sudah selesai menceritakan masalahnya, Karin hanya mengangguk dan terlihat frustasi.
"Aku pikir kamu menyukai Daren Rin" Kata Gina membuat Karin mengangguk.
"Aku sudah bilang kepadanya kalau aku menyukainya sebagai sahabat" Kata Karin dengan nada polosnya.
Gina dan Sarah hanya bisa menunduk lemas karena kepolosan Karin. Membuat Karin menatap mereka dengan heran.
"Bodoh, bukan itu maksud Gina! Yang Gina maksud adalah kamu mencintai Daren lebih dari sahabat, seperti seorang wanita mencintai seorang pria, begitu!" Kata Sarah membuat Karin berpikir keras.
"Maksudmu seperti dulu kamu mencintai Daren?" Tanya Karin tanpa dosa membuat Sarah menelan ludah dan Karin mendapatkan tatapan tajam dari Gina. "Eh maaf" Kata Karin lemah mengerti akan kesalahannya.
"Hem, tidak apa - apa! Mungkin lebih dari apa yang aku rasakan. Lagi pula aku sekarang sudah tidak begitu mencintainya" Kata Sarah berusaha menahan perasaannya, meski ia sudah berusaha melupakan perasaannya kepada Daren, tapi bukan berarti bisa secepat itu melupakannya?
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakitimu"Kata Karin lemah tidak berani memandang Sarah.
"Sudah lah, lagian semua sudah berlalu. Lebih baik sekarang kamu harus berpikir gimana cara mengatasi masalahmu" Kata Sarah dan dibalas dengan anggukan Karin.
"Lebih baik kamu ungkapin aja perasaanmu sama Daren?" Usul Gina membuat Karin menatapnya tak percaya dan Sarah membalas dengan anggukan antusias.
"Eh nggak bisa begitu" Ucap Karin sambil menggeleng - gelengkan kepalanya "Mana boleh cewek yang ngungkapin duluan" Lanjutnya.
"Ih siapa bilang nggak boleh, sekarang sudah jamannya modern, udah banyak ko' cewek yang ngungkapin duluan. udah ungkapin aja dari pada dipendam" Desak Gina dan Sarah
"Nggak mau" Ucap Karin tegas, "Lagian sejak kapan kalian jadi cewek agresif?" Tanya Karin membuat Gina dan Sarah saling pandang.
"Kita nggak agresif, kita hanya menyuruh kamu untuk agresif" Kata Sarah dibalas dengan anggukan Gina membuat Karin kesal dan pergi keluar dari kelasnya. Sarah dan Gina hanya cekikan melihat raut lucu wajah Karin.
****
Jika untuk mengerti cinta harus berpisah dengan orang yang ku sukai, ku harap aku diberi kesempatan untuk mengungkapkan rasa cinta ini kepadanya.
Karin termenung di kantin sekolah yang sedang sepi, karena sedang mengadakan ujian praktek membuat jadwal istirahat untuk angkatan kelas tiga tidak sama. Itu membuat Karin leluasa duduk sendirian di kantin sekolah.
"Apa benar yang dikatakan Gina kalau aku jatuh cinta sama Daren" Gumam Karin pelan sambil mengaduk - aduk minumannya.
"Lalu bagaimana sekarang? Apa aku harus mengungkapkan perasaan ini kepada Daren? Masa iya sih aku yang harus ngungkapin duluan?"Kata Karin frustasi sambil mengesap minumannya.
"Ngungkapin apa?" Tanya seseorang membuat Karin mendongak dan melihat Daren sedang duduk dan melihatnya dengan alis yang terangkat sebelah.
Uhuk uhuk uhuk karena terkejut membuat Karin tersedak dan Daren langsung menyodorkan tisu kearahnya.
"Maa kaa sih" Kata Karin terbata saat mengambil tisu dari tangan Daren, lalu mengelap mulutnya sambil menengok kearah samping.
"Tadi kamu mau ngungkapin apa?" Tanya Daren membuat Karin dengan cepat menengoknya.
"Kapan aku ngomong kaya gitu?" Tanya Karin dengan berusaha menutupi kegugupannya.
"Barusan aku mendengarnya!" Kata Daren sambil memandang Karin yang sedang memandangnya dengan kening berkerut sambil sedikit mencondongkan badannya ke depan
"Mampus aku! Jangan dengar, jangan dengar" Gumam Karin dalam hati sambil menundukkan kepalanya.
Daren yang melihat tingkah laku Karin tersenyum simpul,
"Apa aku harus mengulanginya biar kamu ingat?" Tanya Daren membuat Karin mendongak dan menatap mata coklat itu. "Lalu bagaimana sekarang? Apa aku harus mengungkapkan perasaan ini kepada Daren? Masa iya sih aku harus ngungkapin duluan!" Kata Daren menirukan cara bicara Karin membuat Karin membulatkan matanya saat menatap Daren tak percaya.
Tanpa sadar tangan Karin terangkat dan memukul kepala Daren, membuatnya meringis kesakitan.
"Aduuh! Sakit tau" Kata Daren sebal karena kelakuan Karin sambil menjauhkan badannya dan mengusap kepalanya.
"Maaf nggak sengaja! Lagian kamu apa - apa sih ngikut - ngikut cara aku ngomong, itu menjijikan tau!" Kata Karin membuat Daren tersenyum penuh arti kepada Karin.
Sesaat berikutnya Karin menutup mulutnya dan langsung menunduk untuk menyembunyikan rasa malunya.
"Berarti benarkan apa yang tadi aku katakan?" Kata Daren yang kembali memajukan badannya agar bisa melihat wajah Karin dengan seksama.
Karin yang merasa malu hanya semakin menunduk sambil menggigit bibirnya, ia tidak berani menjawab dan tidak berani mendongakkan wajahnya.
"Dengarkan aku baik - baik ya!" Kata Daren tepat berada di depan wajah Karin membuat Karin bisa merasakan hembusan napas Daren dan membuatnya tidak bisa berkutik dan semakin menunduk kepala
"Aku mau jujur sama kamu" Masih dalam posisi yang sama Daren melanjutkan perkataannya "Aku ingin kamu menjadi satu - satunya wanita yang ada dihatiku, dari sekarang dan sampai kapanpun, karena aku mencintaimu" Kata Daren lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Karin.
Karin yang mendengar perkataan Daren terdiam beberapa saat tanpa berani mendongakkan kepalanya, matanya terbelalak tak percaya kalau ternyata Daren memiliki perasaan yang sama seperti apa yang ia rasakan, dengan perlahan - lahan Karin mengangkat wajahnya dan tersenyum saat memandang mata coklat Daren yang sedang menatapnya.
Endiiing....................
Akhirnya bisa ending beneran. Sumpah dari kemaren bingung mau gimana endingnya! udah gitu mikir gimana cara mengungkapin perasaan mereka satu sama lain, eh jadi kayak gini deh hasilnya. Semoga yang nggak puas dengan ending kemaren sekarang bisa puas ya!
Ok ini beneran ending jadi nggak ada yang boleh minta lanjutin lagi ok!
Bye - bye
1 comments:
Inn.. Bru krenn. Bgus bgt crpenx..
Post a Comment