Semua siswa sudah rapi memasuki kelasnya masing - masing karena jam sudah menunujukkan jam 07 lebih 15 menit. Namun ada seorang yang berlari - lari melewati koridor sekolah dengan kecepatan penuh menuju kelasnya.
"Mampus, telat deh gue" Kata Rima sambil melihat jam tangan dan berlari - larian menuju kelas.
Rima berhenti tepat didpan kelasnya, dengan napas yang masih ngos - ngosan dia mengelap keringat yang ada di dahinya, serta mengatur napasnya sebelum ia membuka pintu kekelas.
"Mudah - mudahan Bu Lena belum masuk kelas! Amien" Katanya seraya mengusap muka dengan kedua tangan. dan membuka pintu kelas dengan hati - hati.
Setelah berhasil membuka pintu, Rima celingak celingukan mencoba mencari Bu Lena kali aja dia nggak masuk.
Namun orang yang dia cari - cari, kini bertengker di meja guru dengan tangan dilipat dan mata yang melotot serta senyum yang sinis and sadis. Membuat bulu kuduk merinding dan membuat semua wajah yang melihatnya merasa ngeri akan kata apa yang terlontar. Udah gitu penggaris kayu panjang siap berdiri tegak disampingnya siapa tau akan digunakan untuk mengajar materi, bukan untuk mengajar Rima secara kan dilarang tu melakukan tindakan kekerasan apa lagi didalam sekolah sangat tidak dianjurkan.
"Telat lagi Rima?" Tanya Bu Lena. Rima yang ditanya hanya nyengir saja sambil membuka lebar pintu kelasnya. Semua siswa yang ada dikelas Rima melihat dengan wajah pasrah akan apa yang terjadi pada Rima, termasuk juga Rima yang tanpa ditanya udah bener - bener pasrah dengan keadaannya dan kondisinya.
"Iii ya.. bu" Kata Rima.
"Ya udah duduk sana" Kata Bu Lena, membuat semua orang tercengang mendengarnya, yang tadinya suasananya serem kini jadi melegakan bin sejuk.
Rima yang mendengar perintah bengong karena ini jelas - jelas tak pernah terjadi sebelumnya. "Mimpi apa gue semalem? ko' tumben gue beruntung gini" Gumamnya sambil menepuk nepuk pipinya sendiri.
"Kamu mau duduk apa nda Rima?" Tanya Bu Lena yang mengagetkan Rima.
"Eh iya Bu, permisi" Kata Rima sambil melangkah melewati Bu Lena pake gaya setengah jongkok pula biar sopan, katanya.
"Jangan lupa ntar pulang sekolah ya!" Kata Bu Lena saat Rima sudah sampai di mejanya. Rima langsung menoleh ke arah Bu Lena bingung atas ucapan yang baru didengarnya.
"Pulang sekolah saya disuruh ngapain Bu?" Tanya Rima dengan hati yang was - was.
"Kamu bersihin dan beresin perpus selama satu bulan setiap pulang sekolah" Kata Bu Lena tegas, membuat Rima melongo dengan mulut terbuka tapi tak ada suara yang terdengar.
Seisi kelas hanya bisa menahan tawa saat melihat ekspresi Rima yang bener - bener berhasil mengundang tawa untuk meledak, tapi tak ada satupun yang berani tertawa karena ada Bu Lena guru yang terkenal kejam n galak.
"Ya bu, masa saya harus beresin perpus sih Bu, selama satu bulan lagi" Kata Rima saat dia telah tersadar dari shok alias kagetnya.
"Tinggal pilih perpustakaan apa toilet" Kata Bu Lena tanpa memandang Rima.
"Ya itu mah sama aja" Gumam Rima lirih.
"Ehem, terserah kamu pilih yang mana" Lanjut Bu Lena yang sepertinya mendengar gumamannya Rima.
"Tapi Bu jangan satu bulan donk bu" Kata Rima memohon belas kasihan.
"Ayo anak - anak kita lanjutin pelajarannya" Kata Bu Lena seperti tak mendengar Rima berbicara, Rima hanya bisa pasrah menerima hukumannya dan duduk dengan sangat lemas.
"Loe sih ngapain suka telat" Kata Sisil "Makanya dihukum tu sama Bu Lena" Lanjutnya saat jam istirahat berlangsung.
"Haah, habisnya gue nggak bisa bangun pagi" Kata Rima sambil mengangkat kepalanya dan memandang sendu temen satu bangkunya itu.
"Ya ampun Rima Rima, loe kalau tidur jam berapa sih? udah tadi telat sekarang jam istirahat malah tidur lagi" Kata Sisil sambil geleng - geleng kepala melihat sahabatnya itu.
Rima hanya diam dan tak merasa terganggung saat mendengar ocehannya Sisil dan tetep melanjutkan kembali mimpinya.
***
Bel berbunyi tanda pelajaran telah usai dan saatnya untuk pulang.
"Rim, gue pulang dulu ya" Kata Sisil
"Ya masa loe pulang sih Sil, mbantuin gue beresin perpus napa" Kata Rima saat mereka berjalan dikoridor
"Gue nemenin elo, ogah mending gue pulang terus bantuin emak di rumah" jawab Sisil
"Ach Elo nggak setia kawin banget sih" Kata Rima
"Yang bener tu setia kawan kale, bukan setia kawin gue kan belum kawin" Kata Sisil cemberut.
"Ya Maksud gue gitu Sil, pleas donk bantuin gue beresin perpus" Kata Rima sambil memohon - mohon.
"Wani piro?" Kata Sisil
"Ya ko' gitu? perhitungan banget ma sahabatnya sendiri" Kata Rima
"Yeee, itu pelajaran buat loe biar nggak telat lagi. udah ach gue pulang dah............" Kata Sisil sambil melangkah pergi.
"Ya Sisil loe jahat banget sih:" Kata Rima namun diabaikan oleh Sisil yang terus berjalan menjauh.
Meski keberatan dengan hukuman yang ditugaskan olehnya, tapi Rima tetap saja melakukannya. Ia bereskan buku - buku yang tergeletak dan membereskan semua seisi perpustakaan.
"Huuh, akhirnya selesai juga cape uiy" Kata Rima saat akan mengembalikan peralatan perpus yang terakhir.
namun gerakannya berhenti saat mendapati sebuah buku yang bersampul coklat dan juga tipis.
"Ini buku siapa? perasaan ni buku ko' tipis banget kaya gini sih. kaya buku oret - oretan aja" Kata Rima sambil membolak - balik buku yang ia dapatkan.
"Apa mungkin ini buku punya siswa yang tertinggal ya?Ach bodo amat lah gue taro aja disini" Katanya sambil menyelipnakan tu buku dirak buku dengan sembarangan.
Setelah menutup ruang perpustakaan Rima bersiap berbalik untuk pulang, alangkah terkejutnya saat ia mendapati wajah seseorang dengan jarak yang sangat amat - amat dekat sekali, membuat Rima kaget serta reflek menonjok wajah itu, tanpa memikirkan akibatnya membuat cowok yang punya wajah sampai terjatuh tersungkur di lantai.
"Eh sory sory" Kata Rima sambil membantu cowok itu berdiri.
"Lagean Loe ngapain ngagetin gue sih, jadi gue reflek nonjok Loe deh" Kata Rima saat si cowok udah berhasil berdiri, cowok itu diam saja dan memegangi hidungnya.
"Loe mau ngapain sih? Hidung Loe nda apa - apa kan?" Tanya Rima sambil menunujuk hidung cowok itu yang memerah, namun yang ditanya hanya menggeleng saja sambil mengusap - ngusap hidungnya. Rima masih belum menjauhkan pandangannya dari hidung cowok itu takut aja kalau ada darah yang keluar dari hidungnya, kalau yang keluar itu ingus sih Rima ogah liatinnya tapi kalau darah yang keluarkan berarti lukanya parah nah itu dia yang ditakutkan oleh Rima kan kalau disuruh tanggung jawab berabe urusannya.
"Loe nggak apa - apa kan? hidung loe nggak apa - apakan? Tanya Rima mengulangi pertanyaannya lagi.
"Gue nggak apa - apa ko'" Kata si cowok membuat Rima bernapas lega karena tak ada satu pun cairan yang keluar dari hidung si cowok hidungnya cuma merah saja.
"Eh jangan dikunci dulu donk perpusnya, gue ada yang ketinggalan ni" Kata Si cowok yang merebut kunci perpus dengan kasar dari tangan Rima.
"Eh tunggu emang loe mau ngapain" Tanya Rima, namun cowok itu malah masuk ke perpus tanpa menjawab pertanyaan dari Rima.
Rima pun mengikuti masuk ke perpus dan betapa marahnya dia saat melihat cowok itu mengacak - ngacak isi perpus yang baru aja diberesin oleh Rima.
"Eh Loe nyari apaan sih, ruangan ini baru gue beresin tau nggak" Kata Rima dengan berusaha mencegah cowok itu, namun cowok itu tak menghiraukannya malah terus saja mengacak - ngacak isi perpus sambil bergumam buku, buku dan buku saja. tak ada kata lain yang terucap dari bibirnya.
Rima tak tau harus berbuat apa karena dia sudah berusaha mencegahnya namun tak berhasil si cowok itu masih saja mengobrak abrik seisi perpustakaan.
"STOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOPPPPPPPPPP" Kata Rima dengan suara yang amat sangat keras membuat gema diruangan dan mengguncangkan seisi ruangan tersebut membuat cowok itu berhenti dari aktivitasnya. Andai aja sekolah masih rame mungkin semua orang yang ada di sekolah langsung menghampirinya dan menggiring Rima ke rumah sakit jiwa karena suaranya yang sangat mengganggu dan dapat memecahkan telinga bagi orang yang mendengarnya.
"Mau Loe apa sih, loe udah gila apa? Gue udah cape - cape mberesin ni ruangan Loe obrak abrik dengan seenaknya. kalau Loe mau nyari buku biar gue bantuin" Kata Rima dengan nada yang sangat super sebel kini kesabarannya bener - bener telah habis karena ulah si cowok. Namun tetep cowok itu hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun, menunduk tak berani memandang wajah Rima. Ya iyalah, kan masih dimarahin jadi menunduk itu sikap yang baik, bukan tambah mendongak dan menatap tajam orang yang memarahi kita itu bukan sikap yang baik.
Cowok itu lalu mengedarkan pandangannya ke ruangan perpustakaan lalu berbalik dan keluar dari ruangan tanpa memandang Rima sama sekali.
"Waduh ni cowok bener - bener nggak punya sopan santun apa? udah bikin ulah malah pergi tanpa minta maaf lagi" Kata Rima dalam hati yang juga mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan perpustakaan dengan wajah ironois yang menahan tangis serta miris karena melihat jerih payah yang tadi ia lakukan begitu rapi, bahkan lebih rapi dari dulu dan dulunya lagi, kini berubah berantakan, nggak karuan bin kotor bak kapal pecah ditelan ombak. Ia bingung kalau membereskan kembali ia tak sanggup karena sudah sangat lelah,lagi pula jam sudah menunjukkan pukul 17.30 wib.
Sambil masih menahan tangis dan rasa bingung harus ngapain ia pun keluar dari ruang perpus dengan sangat - sangat lemas tak berdaya. Rima pun mengedarkan pandangan di sekeliling mencari - cari cowok itu. Siapa tau cowok itu belum pulang
"Tu cowok udah balik apa belum ya?" Pikir Rima dalam hati dan benar saja si cowok belum pulang, ia masih duduk termenung di lantai. Rima pun menghampiri dan duduk disampingnya.
Rima menghembuskan napas pelan lalu memandang si cowok itu. "Ngimpi apa gue semalem ketemu sama Loe, harusnya gue itu udah pulang dari tadi, gara - gara Loe, Gue masih disini dan masih belum bisa pulang karena perpustakaan itu masih berantakan" Kata Rima mengeluarkan perasaan sebelnya.
"Maaf, Gue minta maaf" Kata si cowok itu dengan nada yang terdengar sangat menyesal,
"Loe itu nyari apa sih di perpus, kalau Loe nggak bisa nemuinnya kan bisa nanya ke gue dan gue pasti bantuin ko' bukan gitu caranya" Kata Rima.
"Sekali lagi gue minta maaf, gue nyari buku gue yang bersampul coklat dan tipis" Kata si cowok.
"Udah lah udah terjadi mau ngapain, gara - gara loe terpotong waktu gue buat bermimpi tau nggak" Kata Rima, cowok itu pun menoleh dan memandangnya.
"Maksudnya buat bermimpi?"Tanya si cowok
"Ya tidurlah biasanya gue jam segini itu udah siap - siap menuju alam mimpi gue, tapi gara - gara loe, terpotong deh waktu gue buat bermimpi indah dan besok gue bakal telat deh masuk sekolah" Kata Rima
"Bukannya Loe emang sering telat ya?" Kata si cowok, membuat Rima mati gaya dan kata karena bingung harus berkata apa?
"Dari mana Loe tau kalau gue ini sering telat?" Tanya Rima, namun yang ditanya diam saja sambil memandang kakinya seperti tak mendengar perkataan Rima.
Rima menghela napas berat "Ni cowok aneh banget ditanyain malah diem aja, huuh" Bisik Rima dalam hati Rima pun menelungkupkan wajah serta tak menghiraukan keberadaan si cowok yang masih terdiam.
***
"Huuaaaaaaah" Kata Rima sambil merentangkan tangannya ke atas, gerakan yang sering ia lakukan jika baru bangun dari tidurnya.
"Lha mba ko' tidur disni?"Kata seseorang yang berada disampingnya, dengan cepat Rima menoleh
"Eeh Pak Bejo" Kata Rima kepada tukang kebun di sekolahnya.
"Owalah ternyata Rima si tukang tidur to!, Sana pulang udah malem ko' malah tidur di sekolahan" Kata Pak Bejo, Rima mengucek - ngucek matanya dan melihat jam yang melingkar di tangan menunjukkan pukul 8 malem tepat.
"Busyet, jadi gue tadi ketiduran? waduh gue belum sempet mberesin perpustakaan lagi" Kata Rima sambil berdiri dan mendongak ke ruangan perpustakaan.
Pak Bejo mengikutinya tanpa berkata apa pun.
"Lha ko' udah rapi? siapa yang ngrapiin? tadi kan berantakan banget" Kata Rima tak percaya melihat perpustakaan yang terakhir ia lihat sebelum ketiduran amat sangat berantakan kini sekarang rapi kembali seperti tak terjadi apa - apa.
"Kenapa Rim?" Kata Pak Bejo yang melihatnya kebingungan.
"Siapa beresin ruangan ini pak? tadi sebelum aku tertidur kan berantakan sekali ini kenapa sekarang udah rapi gini?" Tanya Rima kepada Pak Bejo.
"Mana bapak tau, bapak nggak melihat ruangan ini sebelumnya!" Jawab Pak Bejo,
"Kalau bukan Pak Bejo, berarti siapa? apa mungkin cowok itu?" Pikir Rima
"Ya elah malah nglamun? udah sana pulang, udah malem lho" Kata Pak Bejo yang mengagetkan Rima.
"Eh bapak tadi ngeliat seorang yang duduk bersamaku nggak" Tanya Rima
"Nggak bapak nggak liat siapa - siapa selain kamu, mungkin kamu ketiduran terus mimpi kali! Udah pulang sana palingan orang tuamu nyariin kan? apa mau nemenin bapak disini?" kata Pak Bejo.
"Ih ogah nemenin bapak" Kata Rima sambil merogoh tas gandengnya mencari - cari hpnya dan ternyata benar kalau mamanya mencari dia, karena ada 20 panggilan tak terjawab dan hanya ada satu nomor yaitu nomor mamanya.
Rima pun pamit kepada Pak Bejo dan bergegas pergi menuju parkiran untuk mengambil motornya.
"Siapa sih tu cowok, dia beneran ada apa cuma mimpi ya? atau jangan - jangan dia penunggu sekolah ini lagi" Gumam Rima sambil mengedarkan pandanganya ke sekeliling sekolah dan langsung menstater motornya dan melaju dengan kecepatan yang lumayan meninggalkan sekolahnya menuju rumah.
Monday, 4 March 2013
Cerpen Remaja : Cerpen Sajak Cinta Untuk Rima part 1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment